Hari-hariku yang terasa menyenangkan selama enam bulan terakhir ini mendadak berubah dikarenakan oleh tingkah menyebalkan Pak Reynaldi.
Ada saja kelakuannya yang berhasil memancing emosiku hingga ke tingkat tertinggi. Hanya dalam dua hari saja ayahnya si kembar berhasil mengacak-ngacak kehidupanku yang tenang.
Bagaimana bisa ia yang seharusnya kulupakan, kini seolah mengambil peran dalam hidupku yang mulai tertata ini. Mulai dari aturannya yang rasaku tidak pada tempatnya. Sikapnya yang terlalu dominan ingin mengekangku, dan yang terakhir, yaitu yang paling parah adalah, ketika dia selalu berusaha menjauhkanku dari Alex. Padahal Alex sama sekali tidak ada cari masalah dengannya. Tapi entah kenapa Pak Reynaldi selalu menganggap Alex menjadi musuh bebuyutannya.
"Saya gak mau tahu Man, yang penting kamu harus jauh-jauh dari lajang tua itu!" Seperti biasa, Pak Reynaldi kembali menyatakan keberatannya akan kedekatanku dengan Alex. Ia bahkan menjuluki Alex sebagai lajang tua. Benar-benar keterlaluan ini orang!
"Kamu itu harus waspada, Man.Tidak semua orang itu sebaik kelihatannya. Bisa saja itu semua hanya sandiwara untuk menjebakmu. Hati orang kan gak ada yang tahu," ucapnya mencoba menakut-nakutiku. "Salah-salah menilai orang, kamu bisa masuk dalam perangkapnya Man. Coba lihat di televisi, sekarang ini lagi maraknya terjadi kejahatan human trafficking. Emangnya kamu gak takut?"
"Enggak," ucapku tegas tanpa pikir panjang.
Mulut Pak Reynaldi terbuka lebar. Kurasa dia tidak menyangka aku berani melawannya. "Ini serius loh, Man. Di sini kamu gak ada yang jagain. Sial-sial kamu yang dijadikan korban. Penjahat di sini, pada kejam-kejam semua. Sekali ditangkap gak ada lagi jaminan bisa buat kamu lepas."
Ocehan panjang Pak Reynaldi menurutku lebih cocok ditujukan untuk dirinya. Bagiku dia lebih menakutkan dibandingkan Alex. Separahnya Alex, dia paling hanya bisa menggantung diriku hidup-hidup. Bukan seperti si duda yang tega menggantung hatiku hingga belasan tahun. Padahal katanya dia menyayangiku, tapi yang terjadi justru ia yang lebih parah menyakitiku. Jadi sekarang lebih jahat siapa?
"Karena itu, saya akan bawa kamu pulang dari sini.Tempat ini tidak cocok buat kamu. Tempat kamu itu disamping saya. Mendampingi saya dan juga anak-anak. Itu yang paling tepat, Manda." Di akhir kata Pak Reynaldi mengulas senyum yang teramat manis. Seolah perkataannya barusan adalah sebuah ide cemerlang yang diturunkan dari langit ke tujuh.
Kalau tidak ingat kesopanan, ingin rasanya aku menjewer telinga Pak Reynaldi keras-keras untuk menyadarkannya. Emangnya gampang banget apa membujukku? Maaf ya Pak, cara itu sudah gak mempan lagi sekarang. Apa kabarnya dulu saat aku setia mendampingimu, dikau sang pangeran hati malah memuja wanita lain. Sakit Pak, sakit! Dan sialnya aku masih belum bisa melupakan itu.
"Kita pulang ya Man, ke Indonesia. Di Indonesia jauh lebih enak daripada di tempat ini," lanjut Pak Reynaldi penuh permohonan. "Di sana nanti saya akan turuti apapun mau kamu," matanya menyiratkan keseriusan. "Yang penting kamu mau kembali pulang bersama kami. Mau ya?" bujuknya lagi sambil memelas. Ia mungkin berpikir dengan cara itu aku pasti akan luluh
Tentu saja aku langsung menolak tegas permintaannya tanpa pikir panjang. Ngapain juga balik ke negeri sendiri kalau ujung-ujungnya nanti melihat kemesraan si duda sama istrinya itu. Belum lagi si jahe tua yang ngotot ingin aku pergi dari kehidupan putranya. Mendingan di sini, meski ribet tapi tenang gak ada yang rusuhi.
Sorry shay...gue gak mau lagi ngulang kesalahan yang sama."Enakan tinggal di sini Pak. Bapak kalau mau pulang, ya pulang aja," ujarku enteng.
"Kamu kok keras banget sih, Man!" tampak Pak Reynaldi mulai kesal dengan penolakanku.
"Bapak juga ngapain maksa-maksa!" sahutku sewot. Lama-lama mancing emosi juga ini mantan duda! "Yang jelas aku gak mau pulang. Maunya di sini aja. Di sini tenang gak makan hati. Cowoknya cakep-cakep lagi. Kalau mau cari jodoh tinggal tunjuk aja!" ucapku berapi-api penuh semangat seperti melawan pemberontakan. Sesekali boleh juga pria di depanku ini diberi pelajaran biar tahu diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemain Figuran
RandomSelamanya status Amanda hanyalah seorang pemain figuran dalam cerita hidup Reynaldi. Tidak lebih. Membantu duda tampan itu membesarkan kedua anaknya selama belasan tahun, tidak membuat hati Reynaldi tersentuh dengan ketulusan hati Amanda Sampai kapa...