Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, itulah peribahasa yang tepat menggambarkan situasiku sekarang.
Maksud hati jalan-jalan ke mall untuk cuci mata, berujung gagal. Tanpa disangka-sangka ternyata pak Reynaldi menyusul kami ke mall. Kadar posesivenya benar-benar menjadi bumerang bagi kami
"Saya gak tenang biarin kalian bertiga jauh dari pengawasan saya." ucapnya formal, ketika melihat mata kami semua melotot tak percaya.
Ingin sekali membantah ucapan pak Reynaldi. Jujurnya, kehadirannya yang malah yang buat kami tidak tenang, tapi sampai mati pasti aku tidak akan berani menyuarakan itu. Aku tidak ingin membuat pujaan hatiku itu sakit hati.
"Kehadiran saya, pasti membuat kalian lebih aman." Lanjutnya dengan penuh percaya diri. Tidak dilihatnya wajah kami semua yang mendadak lemas. Terlebih para temannya Sheyna yang mengkeret ketakutan. Soalnya ditatap tajam sama pak Reynaldi. Entah apa salah mereka?
Sebenarnya, kami ini ada di medan perang atau di mall sih. Perasaan kok berlebihan banget deh sikap pak Reynaldi ini?
"Shey, Mama gue nelpon katanya di suruh pulang. Sorry banget ya," salah satu sahabat Sheyna tiba-tiba minta izin pulang memecah keheningan di antara kami.
"Aku juga, Shey. Tiba-tiba gue baru ingat si pusy belum makan siang," ujar sahabatnya satu lagi menambahi. Kemudian disusul yang lainnya, tanpa bisa dicegah oleh Sheyna.
Alhasil, kini tinggal kami berempat yang tersisa. Teman-teman Sheyna, semuanya sudah pada ngacir dengan berbagai alasan demi menghindari pak Reynaldi.
Rencana jalan-jalan siang ini gagal total.
"Papa sih, ngapain juga sih dateng ke mari? Lihat kan, sahabat Sheyna jadi pada pulang semua," sungut Sheyna dengan wajah kecewa. Sedangkan Aaron tidak menunjukkan reaksi apapun. Ia sepertinya tidak begitu terkejut dengan drama yang ditunjukkan oleh papanya.
Sayangnya, si duda tua itu, bukannya merasa bersalah, dengan nada angkuhnya ia malah membuat suasana menjadi panas. "Papa tidak ada ganggu teman-teman kamu, princes. Kamu dengar sendiri kan mereka bilang ada kegiatan yang lain. Malah seharusnya kamu bersyukur papa datang, coba kalau papa tidak datang, pasti kalian kesepian karena ditinggal teman-temanmu. Sudah-sudah jangan sedih, kamu mau apa nanti papa bayari."
Sepertinya ada yang salah dengan kepekaan pak Reynaldi ini. Apa dia gak sadar karena kedatangannyalah maka acara jalan-jalan ini gagal total.
Untuk memecahkan suasana tidak enak ini, aku langsung berinisiatif pura-pura antusias mau belanja. Kubujuk Sheyna dan Aaron untuk mengikuti jejakku. Beberapa toko kumasuki untuk membeli barang yang menarik mataku. Alhasil kartu yang diberikan pak Reynaldi tadi pagi sudah digesek berapa kali. Bukan hanya aku saja, Sheyna pun lambat laun melupakan aksi ngambeknya begitu diluaskan untuk membelanjakan uang papanya sepuas mungkin.
"Sudah?" Pak Reynaldi bertanya kepada kami dengan lembut ketika melihat kami sudah kelelahan menghabiskan uangnya.
Dengan malu aku mengangukkan kepalaku pelan. Beginilah ciri-ciri pegawai tidak tahu diri, diminta menjaga anaknya, aku malah kalap menghabiskan uangnya. Untung baik, kalau enggak, sudah lama aku dipecatnya.
"Tidak ada lagi yang mau dibeli?"
Aku menggelengkan kepelaku sambil tersenyum malu.
"Princess papa, gak mau beli lagi?" Sama sepertiku, Sheyna juga menggeleng pelan. Beberapa kantong belanjaan miliknya dipegang oleh kembarannya.
"Pa, lapar...kita cari makan aja ya," alih-alih menjawab, Sheyna malah merengek mengeluhkan lapar. Seketika itu juga aku langsung merasa bersalah karena keasyikan belanja, aku jadi melupakan jam makan siang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemain Figuran
CasualeSelamanya status Amanda hanyalah seorang pemain figuran dalam cerita hidup Reynaldi. Tidak lebih. Membantu duda tampan itu membesarkan kedua anaknya selama belasan tahun, tidak membuat hati Reynaldi tersentuh dengan ketulusan hati Amanda Sampai kapa...