Happy reading:)
"Pulang bareng"
"Hah?" Jeongwoo tidak mengerti perkataannya haruto.
"Bang Baekhyun menyuruhku untuk pulang bersamamu" kata haruto.
Tidak mendapat jawaban dari jeongwoo yg diam saja, haruto langsung saja menarik tangan jeongwoo dan membawanya ke parkiran.
Tapi baru saja akan menyebrangi hujan, jeongwoo dengan sekuat tenaga menghentikan langkahnya, membuat haruto juga berhenti serta keheranan.
"Pakai payung, aku tidak ingin sakit lagi" kata jeongwoo sambil mengangkat payung kuning smile:) pemberian yedam tadi.
Tanpa berkata lagi, haruto mengambil payung tersebut dan membukanya, setelahnya ia menarik jeongwoo ke parkiran.
Sesampainya di parkiran, haruto memberikan payung itu pada jeongwoo lalu menaikkan tubuhnya di motornya dan memakai helm serta menyalakan mesin motornya.
"Apa yg kau tunggu? Cepatlah naik, kau sendiri kan yg tidak ingin sakit?" Tanya haruto karena jeongwoo belum menaiki motornya.
Mendengar perkataan haruto, jeongwoo langsung saja menaiki motor itu, sedikit susah sih karena motor haruto itu kayak motor balap.
Setelah dirasa jeongwoo sudah naik sempurna di motornya, haruto berkata "pegangan pada perut ku karena aku bakal ngebut agar cepat sampai"
Awalnya ragu sih tapi demi keselamatan, jeongwoo berpegangan pada perut haruto atau lebih tepatnya memeluk haruto dari belakang.
Haruto melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, membuat jeongwoo ingin cepat sampai di rumahnya dan turun dari motor ini.
Butuh waktu 10 menit untuk mereka sampai dirumahnya. Jeongwoo turun dari motor itu.
"Makasih" kata jeongwoo setelahnya dia berbalik dan berjalan untuk masuk ke rumahnya.
Di lihatnya jeongwoo sudah masuk, haruto menjalankan motornya berbalik arah karena memang rumah haruto sudah terlewati.
Haruto dan motornya sudah sampai di rumahnya. Tidak ingin sakit, haruto langsung berjalan ke kamar mandi di kamarnya untuk mandi.
Tak butuh waktu lama untuk seorang bermarga Watanabe itu mandi. Setelah selesai mandi dan berpakaian, ia merebahkan badannya yg lelah ke kasur empuknya.
Sebelum terlelap, haruto seperti memikirkan sesuatu lalu ia memeluk gulingnya.
"Kenapa aku terlihat tidak membencinya?"
"Atau memang aku tidak bisa membencinya?"
*****
Sinar matahari pagi menembus jendela kamar, membuat empunya perlahan membuka matanya. Rasa ngantuk menyelimutinya yg membuatnya ingin tidur kembali.
Tapi sebuah teriakan membuat nyawanya terkumpul kembali.
"JEONGWOOOOO" teriak Baekhyun yg menggelegar.
Tidak ingin Baekhyun teriak lagi, jeongwoo mengambil satu bantal dan dilemparkan ke ruang tengah untuk menandakan dia sudah bangun.
Bughh
"Berisik anjirr, gk usah teriak bisa gk sih?!" Teriak jeongwoo dari lantai dua tempat kamarnya berada seraya menuju kamar mandi.
"Bangsat! Aku juga kan korbannya!" Teriak kakaknya jeongwoo yg lain-- woojin yg terkena lemparan bantal jeongwoo.
Jeongwoo yg mendengar itu, membalas "Maaf bang! Gk sengaja sumpah"
"Adek gk ada akhlak anjirr" kata woojin lalu melemparkan kembali bantal tersebut dan mendarat tepat di pintu kamar jeongwoo.
Sedangkan Baekhyun yg ada di dapur hanya tertawa.
Setelah acara mandi dan berpakaian selesai, jeongwoo turun dari kamarnya menuju meja makan.
Di sana sudah ada 4 orang termasuk dirinya.
Mereka makan dengan tenang tanpa mengeluarkan suara sampai--"Jeongwoo, kau pulang dengan siapa?" Tanya Baekhyun.
"Lahh bukannya abang pulang bareng sama dia?" jawab jeongwoo dengan heran.
"Ohhh ternyata dia benar-benar mengantarkan mu" kata Baekhyun dan menyudahi makanannya.
"Aku berangkat dulu ada urusan bareng temen" kata woojin sambil menyodorkan piringnya ke Baekhyun lalu pergi entah kemana.
"Jeongwoo, kau jaga rumah mungkin nanti siang ada paket kau ambil ya dan bayar, uangnya kau tau kan ada dimana" perintah sang ibu yg dijawab anggukan oleh jeongwoo lalu pergi untuk bekerja.
Setelahnya Baekhyun membereskan meja makan dan dapur ditemani oleh jeongwoo.
"Bang, kau juga akan pergi?" Tanya jeongwoo menghadap ke Baekhyun.
"Iya" jawab Baekhyun sambil mendekat ke jeongwoo.
"Tenang lah, jangan lupa minum vitamin mu" kata Baekhyun sambil memeluk jeongwoo.
Setelah beberapa saat, Baekhyun pamit dan pergi meninggalkan rumah.
*****
"Bolehkah aku membencimu?"
Brakkk--
"Hhh sekali saja bolehkah aku membencimu?"
Haruto bangun dari tidurnya dengan keringat dingin bercucuran di dahinya. Haruto melihat sekeliling, ahh ternyata mimpi.
"Hhhhh kenapa aku selalu memimpikan hal itu setiap hari baru dua aku tidak memimpikannya?" Tanya haruto entah kepada siapa lalu ia melihat jam digital di nakas samping tidurnya.
Terlihat jam 07.36
"BANGGG" teriak haruto dengan suara beratnya.
"BANG CHANYEOLLL" teriak haruto sekali lagi karena teriakan tadi tidak ada yg menyahut nya tapi kali ini juga tidak ada yg nyahut.
Haruto berdiri dan berjalan ke arah balkon kamarnya sambil menenteng handphone nya.
Setelah duduk, dia menekan tombol panggilan pada kontak Chanyeol di layar handphonenya.
Panggilan terjawab oleh Chanyeol.
"Bang"
"Iya ada apa?"
"Obat itu masih ada kan bang?"
"Ohh kamu mimpi itu lagi? Hmm obatnya masih ada kok, kemarin aku beli"
"Makasih bang"
Panggilan tersebut terputus. Dengan segera haruto masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
•••••
Hayy:)
Selamat Hari Raya Idul Fitri^^
Minal aidzin wal Faidzin mohon maaf lahir dan batin.Maaf atas segala typo yg aku buat dan maaf kalo ceritanya garing dan gaje:( aku pengen ngebacot dulu tapi gaada ide:( dah ya^^ selamat menikmati harimu yg indah ini.
Salam Laila
Bye.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friend | Hajeongwoo ✓
Fanfiction(Revisi) "Maaf, mungkin aku bukan teman yang baik tapi bisakah kita selalu bersama?" 'Bersama dengan arti yang lain' sebenarnya apa sih hubungan mereka? Warning! Banyak typo. Gak jelas. Friendship/friendzona Gak srek, gak usah baca.