11

231 26 0
                                    

Happy reading:)






"Sudah sampai turun lah."

Jeongwoo turun dari mobil Woojin. Wajah datarnya ketika itu digantikan oleh raut wajah senang, kaget dan heran yang menyatu.

"Hey bang! Jam segini dah buka?" Tanya Jeongwoo melihat rumah makan dengan menu utama ayam geprek dan bebek bakar yang merupakan makanan kesukaan Jeongwoo.

"Ku buka paksa dan itu--" jeda Woojin

"Demi kau." Woojin memperlihatkan seringai nya.

Jeongwoo tau ada maksud dari semua yang dilakukan Woojin tapi pikirkan itu nanti yang penting makan dulu.

Mereka masuk ke dalam rumah makan itu. Tentu saja tidak ada pelanggan lain selain mereka. Mereka duduk di meja paling depan.

Baru saja Jeongwoo ingin memesan tapi Woojin meninggalkannya untuk ke dapur.

Jeongwoo hanya bisa menunggu-sampai tak butuh waktu lama Woojin datang dengan nampan besar berisikan makanan dan minuman.

"Wahhh aku merasa seorang pangeran saat ini." kata Jeongwoo membantu Woojin meletakkan semua makanan dan minuman pada meja.

"Dan sepertinya aku seorang pelayan ya--"

"Tapi tenang aku tidak serendah itu." kata Woojin memulai aktivitas makannya.

"Terserah, apapun yang kau mau." balas Jeongwoo menanggapi perkataan kakaknya itu.

Makan dengan tenang tanpa bicara adalah salah satu adab makan dan mereka melaksanakannya.

*****

Seharusnya hari ini semua murid libur akhir tahun tapi setiap tahun kelas 2 harus masuk dua hari karena ada kegiatan.

Haruto berangkat ke sekolah hari ini diantar oleh kakaknya.

Setelah sampai pada tempat belajar-mengajar tersebut, haruto ingin turun dari mobil tapi dua orang yang baru saja keluar dari mobil depan menghentikan pergerakannya.

Dua orang itu adalah Jeongwoo dan Woojin.

"Makasih bang dah nganter ke sekolah dan makanannya tadi." kata Jeongwoo lalu masuk ke halaman sekolah.

Sebelum Woojin masuk kedalam mobil, ia sempat menoleh pada mobil dibelakang nya lalu hanya tersenyum tipis menatap kakak-adik dalam mobil itu.

Setelahnya Woojin pergi bersama mobilnya.

"Jika kau ingin bersamanya kembali maka mulailah dari awal. Ajak ia berbicara dan katakan permintaan maaf-- hanya kata maaf yang dapat menyembuhkan"

Kalimat Chanyeol membuat Haruto berpikir, dari mana ia memulai semuanya. Sebenarnya Haruto adalah tipe manusia yang gengsi untuk memulai percakapan pada seseorang meskipun dekat atau tidak kecuali pada keluarganya dan hal yang sangat penting.

"Baiklah akan ku lakukan tapi jika takdir menyetujui." kata Haruto lalu beranjak untuk masuk ke sekolah.

"Aku akan membantu takdir untuk menyetujui nya. Haruto, Aku tidak tega melihatmu seperti itu selama 4 tahun terakhir dan jangan berpikir Jeongwoo tidak sepertimu."

*****

3 jam mengerjakan tugas mengoreksi seluruh kelas 1 adalah pekerjaan yang berat bagi kelas yang masuk hari ini.

Ingin kabur dari kelas tapi tidak bisa karena gurunya tak mengizinkan seseorang pergi dari kelas dengan alasan apapun.

Dan akhirnya seluruh lembaran soal itu selesai di koreksi dan mendapat nilai. Guru mengizinkan anak muridnya itu meninggal sekolah dan pulang.

Selama kaki Jeongwoo melangkah menuju pagar sekolah, otak Jeongwoo memikirkan permintaan kak Woojin yang sangat sulit bagi Jeongwoo lakukan.

Tinggalkan Jeongwoo bersama pikirannya hingga ia sampai pada pagar sekolah.

*****

Haruto ingin segera pulang ke rumah dengan menaiki bus, namun ketika langkahnya baru melewati gerbang sekolah sebuah pesan masuk dari handphone nya.

Bang Chanyeol Bngst

|Hey
Jangan pulang dulu, tunggu di depan sekolah
Ada seseorang yang ingin berbicara denganmu
Pastikan kalian saling berbicara
Meskipun hanya menyapa.
Setelahnya belanja lah makanan ringan
Dan minuman.

Setelah membaca pesan tersebut Haruto mengernyit heran, apa sebenarnya maksud dari pesan Chanyeol. Ia tak paham tapi ia akan mencoba melakukan hal tersebut. Siapa tahu kebingungan nya akan segera menemukan jawaban.

Beberapa meter di seberang sana, Jeongwoo dapat melihat Haruto berdiri sendirian di depan gerbang sekolah. Ia memandangi sosok tampan itu cukup lama, langkah kakinya tak mau berjalan.

Tiba-tiba terlintas ucapan Woojin dalam pikirannya. Setelah memantapkan hati, sepertinya hari ini adalah waktu yang tepat. Ia harus segera menghampiri Haruto dan memberi tahunya segera. Hari ini atau tidak sama sekali.

Jeongwoo melangkahkan kakinya mendekat pada Haruto yang sibuk memandangi handphonenya.

Setelah sudah sampai disamping Haruto, Jeongwoo hanya diam memikirkan apa yang akan ia ucapkan dan apa yang akan dilakukan Haruto.

Haruto tau ada seseorang disampingnya tapi ia menghiraukannya sampai suara seseorang yang sangat ia rindukan keluar dari mulut orang disampingnya.

"Haruto..." Panggil Jeongwoo sambil menatap wajah sosok disampingnya itu.

Haruto langsung menoleh dan mendapatkan Jeongwoo yang sedang menatapnya. Ia tertegun tak tau berekspresi seperti apa.

Keduanya saling melemparkan tatapan yang menyiratkan sesuatu.

Hening menyelimuti mereka. Hanya ada desiran angin yang menjadi saksi kebisuan dari kedua manusia tersebut.

•••••

Udah.
Hayy:) maaf kalo ada typo atau kalimat yang salah. Gimana menurut kalian setelah sampai chapter ini? Terus ada apa dengan Hajeongwoo disini? Next chapter bakal dikasih tau kok. Oh ya Kak Woojin disini adalah Park Woojin wanna one ya. Udah bisa nebak kan apa perkataan Woojin pada Jeongwoo yang notabenenya permintaannya.

Biar makin penasaran aku kasih spoiler dikit:)

//•°•°•°•\\

"Haruto... Aku minta maaf"

"Bukan hanya kau yang salah, aku juga salah"

"Sebenarnya sama seperti ucapan ku saat itu, aku ingin membencimu tapi sepertinya aku tidak bisa"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Salam Laila

Bye.

My Friend | Hajeongwoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang