¥5¥

3.5K 409 95
                                    

√Author POV

"Kau apa!?"

Suara melengking terkejut seorang pemuda membangunkan tetangga di malam yang tentram :v

"Aku kelepasan! Kecilkan suaramu Itadori"

"Diluar?"

"Di dalam"

"An--"

"BAHAHAHA! TIDAK KUSANGKA KAU BEGITU MEGUMI!"

"Urusai Sukuna"

"Dia lebih parah dariku, ya kan Yuuji?"

"No comment buatmu Sukun gosong"

Tiga sekawan sedang menikmati malam bersama di rumah Itadori Yuuji.

"Berapa ronde?"

"He! Sukun tua nggak sopan!"

"Bocil diam saja"

"Cuma sekali", jawab Megumi.

"Cih, hanya sekali tidak bisa buat dia hamil. Ya, kalau kalendernya tidak sesuai"

Sukuna mengelus dagunya dan menyeringai, diam menepuj punggung Megumi.

Megumi setelah melakukannya merasa bersalah.

Sangking merasa bersalahnya ia ingin mengubur dirinya sendiri.

Sudah dewasa malah marah hak yang sepele, pikirnya.

Ia masih mengungsi di rumah Yuuji.

Memperpanjang masa ungsinya :v

Rasa ingin mati📈

"Kapan?", tanya Sukuna sibuk degan ponselnya.

"Tiga hari setelah aku menginap di sini mingkin"

"Hm...", kepala Sukuna bersandar di sofa sampai bisa melihat Yuuji yanh asyik di dapur. "Oi, ini hari ke berapa dia menginap?"

"Sepuluh hari kurasa", jawab Yuuji sedang memanggang kue.

"Kau tidak lakukan lagi?"

"Mereka berdua sedang liburan"

Sukuna menyeringai. "Mungkin saat mereka pulang kau sudah punya adik"

Megumi terkejut hampir terjena serangan jantung :v. "Anakku?"

"Bukanlah bodoh!"

Megumi lega seketika, namun ia terkejut lagi. "Nggak mau!"

Sukuna terbahak melihat tingkah sahabat kembarannya itu.

Baginya lucu sekali melihat orang lagi bingung dan patah hati setelah ditikung.

Hiburan baginya.

Kue dan kopi tersaji by chef Yuuji :v

"Tapi yah Megumi", Yuuji mendaratkan pantatnya di sofa. "Yang kau lakukan itu jahat, tidak benar, dan salah"

"Tidak usah diperjelas pakai muka polosmu itu!", protes Megumi.

"Kuberi kau nasihat Megumi", Sukuna mengacungkan rokoknya pada Megumi. "Lihat baik-baik keduanya, jika dia menderita dengan ayahmu kau boleh rebut"

Rokok dihisap dengan khidmat.

Diapiynya pada dua belah bibirnya.

Mata merahnya seketika sendu menatap layar ponsel.

"Jika dia bahagia dengan ayahmu...", mata merah masih fokus pada layar ponsel. "Lebih baik jangan kau rebut kebahagiaannya"

My Step Mother is My loverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang