25. Surprise?

96 14 0
                                    

"Najis banget, menjijikan" Devan sudah bergidik geli saat tatapan nya mengarah kepada celana jeans selutut Jun yang basah.

"Diem lo! Ini juga gara-gara nih nenek gayung" tunjuk Jun kearah Nesya yang masih terbahak bersama Jeni dan Salsa disampingnya.

"Heh! Enak aja, salah sendiri milih dare" elak Nesya masih disertai dengan tawa geli.

"Jadi sejarah nih, inget oy hari Sabtu tanggal 9 Juni, Junaidi ngompol karena takut liat bule tatoan" ledek Immanuel yang kini sudah memegangi perutnya tidak kuat menahan ngakak.

"Ganti celana sono! betah amat pake celana basah bau pesing gitu" timpal Salsa menutup hidung mancungnya.

Jun mengumpat yang kemudian membuang muka berekspresi kesal berjalan menuju toilet.

Devan menolehkan kepala kepada Jefri diseberang tempatnya berdiri memberi kode, pemuda berlesung pipi itu langsung mengerti kemudian mencolek Immanuel disebelahnya, "Come on" seru Immanuel semangat yang setelahnya langsung berjalan pergi bersama Jefri.

Rangga dan Radit saling pandang, agak canggung tapi berusaha tetap menjunjung kekompakkan, dua pemuda itu sama-sama mengangguk memberi kode satu sama lain kemudian langsung berbalik berjalan pergi hendak melakukan sesuatu.

"Yang cewek langsung siap-siap aja" titah Resa kepada para gadis yang mengangguk mengerti kemudian berjalan pergi menuju tempat penginapan mereka disusul Devan satu-satunya cowok disana.





Beberapa menit berlalu.

Semuanya sudah berkumpul di kamar tempat Jun, Radit, dan Devan menginap kecuali Jun yang masih berkutat didalam kamar mandi.

Entah apa yang pemuda itu lakukan sampai bisa selama itu.

Apa ganti ompol bisa sampai memakan waktu berjam-jam?

Sudah dengan persiapan masing-masing, kini jarum jam tepat menunjukkan angka 23.55 yang artinya 5 menit lagi akan berganti tanggal, 10 Juni.

Hari Ulang tahun Junaidi.

Salsa sudah sibuk sedari tadi memoles wajah Jeni, Nesya juga Resa seputih dan seseram mungkin, sedangkan Rangga bertugas menyusun lilin diatas kue dengan Immanuel yang bertugas mematikan lampu kamar.

Devan yang mendapat giliran untuk menghubungi Jun sudah beboh ditempatnya bersama Radit juga Jefri disebelahnya menunggu tak sabar balasan chat dari Jun.






Tring.

Notifikasi diponsel Devan berbunyi.

Semua orang disana menahan nafas sampai akhirnya Devan bersuara memecah ketegangan, "Si Cunguk dijalan mau kesini, cewek-cewek pada udah siap belom?" tanya pemuda itu menoleh kearah tiga gadis yang kini langsung terkikik geli membelakangi namun dengan gerakan cepat ketiganya menoleh kompak yang tentu saja membuat Devan juga Jefri menahan nafas ditempatnya.

Devan si badan bongsor tapi nyatanya penakut, sedangkan Jefri si kalem yang ternyata punya trauma akan hantu tapi punya gebetan anak indigo, kan kampret.

Salsa ditempatnya ngakak puas, gadis itu bahagia dengan hasil karya seni membahana nya diwajah ketiga gadis itu.

Immanuel mengerjap, "He.. kadal serem banget" ucapnya.

"Yakin gue Junaidi langsung pingsan" saut Jefri menimpali setelah sebelumnya pemuda itu menetralkan keterkejutan nya tadi.

"Kalo ngompol lagi gimana?" tanya Rangga yang kemudian terkekeh geli.

"Tendang terus mutilasi" ucap Radit menyahut sadis.

Mereka yang berada disana kompak kembali menahan nafas tegang saat mendengar derap langkah kaki mendekat.

Rasa √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang