Radit turun dari motor hitamnya, baru saja akan melangkah masuk kedalam rumah namun langkahnya terhenti saat bentakan serta teriakan kesakitan terdengar.
Radit diam mencerna apa yang ia dengar, saat setelah sadar, pemuda itu langsung berlari membuka pintu rumah begitu saja.
Jantungnya seakan mencelos, tubuhnya melemas saat matanya menangkap ibu yang melahirkannya itu menjerit kesakitan memohon agar tarikan tangan seorang wanita kejam yang kini menarik rambutnya dilepaskan.
Radit mengepalkan tangan berjalan cepat menghampiri, Pemuda itu menghempaskan tangan ibu tirinya keras.
"Cukup! Apa maksud ibu?!" Ucapnya dengan emosi yang sudah meluap.
"Apa maksud saya? Ha?! Apa kamu enggak salah nanya? Ibu kamu ini yang harusnya kamu beri pertanyaan itu" Liza—ibu tiri Radit sekaligus mama dari Rangga.
Radit mengepalkan tangan, sudah akan membalas namun Raina—ibu kandung Radit menarik tangannya, Raina menggelengkan kepala memberi tanda agar pemuda itu berhenti.
Radit menghembuskan nafas berat, menatap tajam wanita kejam dihadapannya kemudian mengangkat tubuh Raina menuju kamarnya di pojok sebelah dapur, memang selama ini Raina diperlakukan seperti seorang pembantu.
"Ini apa? Jadi luka yang selalu aku liat itu dari dia?" Radit berusaha untuk mengontrol emosinya.
Raina diam.
"Ma, jawab!" tegasnya.
Raina mengangguk.
Kali ini Radit sudah tidak bisa menahan emosinya, pemuda itu sudah akan berjalan cepat keluar kamar untuk menemui wanita kejam itu namun Raina kembali menahan, "Jangan nak, kakak kamu pasti marah, mama gak mau ngebuat dia makin benci sama kamu" Raina menggeleng memohon agar Radit menurutinya.
"Aku gak perduli"
"Nak" Raina menatap anak laki-lakinya itu dengan keadaan acak-acakannya hingga membuat Radit memalingkan wajah tak kuasa menahan bulir air keluar dari pelupuk matanya.
"Mama mohon..." Raina sudah meneteskan air matanya kini.
Radit mengusap kasar setitik air mata dipipinya, mendekati Raina kemudian mendekapnya mencari ketenangan, pemuda itu menggigit bibir bawahnya menahan tangis.
'Radit, sebegitu gak bergunanya lo sebagai anak yang bahkan gak bisa ngelindungin ibunya sendiri'
—•••—
"Ha? Radit?" Gadis berhidung mancung itu melotot takjub tak percaya mendengar ucapan polos adik sepupunya itu.
"Jangan dia deh Res, cari yang lain"
Gadis itu Resa, melotot mendengar ucapan itu keluar begitu saja dari mulut kakak sepupunya.
"Apasih ka, ganteng tau" ucapnya kini kembali membayangkan wajah manyun Radit yang masih terpatri dengan jelas diingatannya.
"Yeu... elo mah asal ganteng aja embat, dasar ular"
Resa mendelik mendengar nya, gadis mungil itu menatap kakak sepupunya dengan pipi memerah, "Radit itu..."
"Adeknya Rangga"
"HAH?" Resa kaget bukan main "Yang bener ka? Seriusan? Jadi kakak ipar sepupu gue bakal beneran jadi kakak ipar gue?!" ucapnya dramatis, kini sudah menendang-nendang boneka disebelahnya.
"HEH, RASA GUE!!!..... sini kaki lo mau gue potong!!" teriak Salsa meraih boneka beruang cream yang tadi ditendang Resa.
"Ini dari Rangga, enak aja lo tendang-tendang" ucapnya sewot.
"Alay lo, Rasa apaan? Rangga Salsa, cih udah putus mah jadi Rasenga" cibirnya pedas.
Salsa menepuk bibir adik sepupunya itu kesal, "Heh! moncong lu ya! jangan dong, ntar lo gak bakal bisa besanan sama Radit"
"Hilih gue mah maunya yang jadi pengantin bukan besan yang bawa-bawa seserahan" Resa kembali dramatis.
Salsa mendecih, "Res diem dulu deh" ucapnya mencoba menenangkan gadis itu yang kini sudah guling-guling tidak jelas di atas tempat tidurnya.
"Resaaaa..." panggilnya kesal.
"Gue beruntung banget ya ka, cinta banget jadinya ama papa karena udah mau mindahin gue kesini, huhuuuu..." Resa makin jadi.
"RESA GUE ADA BERITA PENTING SOAL RADIT"
Resa langsung diam, mingkem kalem.
"Radit itu.... "
—•••—
Grup Chat :
-Orang Ganteng-Junsapu : Teruntuk Radit hidup dan matiku
Junsapu : Aku tak tau lagi harus dengan kata apa aku mengungkapkannya.
Junsapu : Dan dengan kalimat apa aku harus bertanya
Junsapu : Radit lo oke aja kan?
DevanAl : Jijik anjer Sapu, geli gue kenapa gak JunSapuInjuk, JunSapuLidi, atau JunSapuNyere pegat simpay
DevanAl : Raditya Dhiarqi lo masih idup kan?
Junsapu : Dih katro lo, ini tuh Junaidi Saputra disingkat jadi sapu, dasar bodoh.
DevanAl : Kenapa engga Serokan aja? Lebih pas, muka lo kan nyampah.
Junsapu : Diem lo ketek ayam geprek, makanya kalo punya otak tuh dipake.
DevanAl : Gue tanya lo pernah makan ayam geprek?
Junsapu : Enggak
Junsapu : Beliin dong
DevanAl : Sampah mah sampah aja
DevanAl : Otak lo perlu service tem
DevanAl : Udah berkarat
Junsapu : Item, item, suka gak nyadar ya kalo lo lebih gelap dari gue
Junsapu : Ntar gue service, ganti pake Philip LED biar terang benderang bersinar bagai rembulan, gausah ngiri lo
DevanAl : Dih ngiri, gue sih ngebayangin pala lo terang.
Junsapu : Radit tolong aku!!!!!
Junsapu : Help mehhhh!!!!
Junsapu : Aku sedang dibully oleh bapak buaya item disumur penuh kesesatan.
DevanAl : Najis.
Junsapu : Radit woy keluar lo
DevanAl : Dit? Lo gapapa kan?
Radit : Im Ok
Junsapu : Gaya lo.
DevanAl : Sapu bisa diem gak?
DevanAl : Dit lo dimana?
Radit : Rumah pohon
DevanAl : gue otw, Sapu lo ikut gak?
Junsapu : Ikuttttttt
—•••—
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa √
Teen FictionBagaimana jadinya jika cowok yang di juluki datuk buaya bertemu dengan gadis mungil bermata bulat yang jatuh hati padanya di pandangan pertama? . Start : 1 Januari 2020 End : 30 Januari 2020