17. Canggung

116 21 3
                                    

Radit, Resa, Jun serta Devan dan Nesya berjalan kearah kantin disertai dengan tatapan semua murid di koridor yang mereka lewati.

Salah satu dari tiga buaya yang terkenal kelenjehan nya itu sudah bertemu dengan pawangnya kini, siapa lagi kalau bukan Devan yang sudah memiliki Nesya.

Resa ditempatnya tidak terbiasa ditatap seperti itu oleh setiap orang yang mereka lewati, gadis itu merasa terintimidasi hingga membuatnya reflek menarik ujung seragam Radit dan bersembunyi dibalik punggung pemuda itu yang justru bergerak gelisah.

"Lo ngapain?" Tanyanya gusar kepada gadis mungil yang makin merapat kepadanya.

"Kok gue ngerasa orang-orang merhatiin kita ya?" Tanyanya polos bingung sendiri.

Radit menelan ludahnya.

'Tahan.. tahan.. ni cewe emang imut jadi gak usah lemah gitu dong'

"Ya, ya mungkin karena lo cantik" ucap Radit gugup, pemuda itu kini menggigit bibir bawahnya merasa malu sendiri telah berkata demikian.

'Kan gue dah biasa ngomong gini, kok sekarang rasanya beda?'

'Gue gugup?, Seriusan gue gugup?'

'Kecurigaan gue ternyata bener kalo ni anak emang punya senjata listrik'








'Gue disetrum coy!'

Resa menahan senyumnya, gadis itu justru malah semakin merapat yang tentunya membuat Radit tersentak kaget menahan nafas, keringatnya mulai menetes.

Keringat dingin, lagi?

Ck ck ck... Memang tak patut disebut buaya.

Baru saja mereka akan memasuki kantin, langkah Radit terhenti yang secara otomatis membuat langkah keempat orang dibelakangnya juga terhenti.

Rangga berjalan memegang satu botol minuman ditangan kanannya dengan tangan kiri yang menggandeng tangan Salsa keluar dari kantin bersamaan dengan Radit langkahnya juga terhenti kala matanya menatap tepat Radit dihadapannya.

Rangga meneguk ludah, bingung sendiri harus bagaimana, diam-diam ia menghela nafas gusar, begitu juga dengan Radit yang tak kalah gugupnya.

Salsa menatap Rangga yang sepertinya bingung harus melakukan apa, gadis itu berusaha menahan tawanya, Wajar si kalo gini, ini hal baru bagi mereka berdua yang tentu saja tidak pernah Salsa lihat.

Gadis itu menepuk pundak Rangga memberikan ekspresi seakan bertanya 'Ada apa?' Rangga menggeleng, namun sedetik berikutnya pemuda itu mencoba memecah keheningan dengan akan berbasa-basi sedikit.

"Lo mau kekantin?" Tanyanya yang tentu saja kembali membuat Salsa menahan tawa yang lebih besar, saat ini mereka sedang di kantin dan Rangga?

Apa yang dilakukan cowok jangkung itu?

Radit berdeham menghilangkan kegugupan, "Iya, Lo abis beli apa?" Tanyanya.

Jun, Devan, Nesya juga Salsa sekarang tidak bisa menahan untuk tertawa, sedangkan Resa? Gadis itu kebingungan sendiri ditempatnya.

Radit dan Rangga kebingungan, mereka berdua kompak bertanya "Ada apa?"

Salsa maju menepuk bahu lelaki itu "Kalian kalo lagi canggung-canggungan gini lucu juga ya" gadis itu kembali tertawa.

"Ngakak dit udah jelas kak Rangga beli minum, terus elo nanya beli apa" Ucap Jun menggeleng-gelengkan kepalanya.

Radit diam, cowok tinggi itu memutar bola matanya seakan mencari alibi untuk mengalihkan kecanggungan yang saat ini terjadi, namun Salsa sepertinya lebih cepat mengerti, gadis itu langsung menarik lengan Rangga dan berpamitan kepada kelima orang disana.

Rasa √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang