10. Sadar

140 25 1
                                    

Devan mendecak menatap layar ponselnya yang menyala menampilkan sebuah panggilan masuk dari Jun.

"GECE ANJIR, NGALIS DULU LO?!" gas pemuda itu kepada seseorang diseberang telepon yang langsung mengumpat kaget.

"Bentar dulu, tunggu di depan gerbang" ucap Jun diseberang terdengar tergesa.

"Gerbang mana?"

"Gerbang rumah lo lah item, kan nanti gue jemput"

"Gue sama nenes"

"Najis"

Tut.

Devan kembali mendecak kesal karena Jun yang begitu saja mematikan sambungan telepon, pemuda itu menoleh kearah Nesya yang sedari tadi bermain ponsel tanpa menolehkan kepalanya kearah Devan yang sudah memajukan bibirnya kesal karena diabaikan.

"Nes.." panggilnya.

Nesya menoleh menatap Devan disampingnya, gadis jangkung itu mengernyit, "Si Jun ngapain aja sih lama amat?"

"Paling ribut masalah celana sama Jay"

"Kenapa emang?" tanya Nesya penasaran.

"Celana Jun warnanya item semua, jadi kalo dia make celana warna lain selain item itu pasti pinjem dari Jay"

Nesya mengernyit heran, "Lagian kenapa coba punya celana item semua?"

"Kata dia lemari celana dia keliatan keren aja kalo isinya sama semua" jelas Devan yang secara reflek membuat gadis disebelahnya mengumpat kasar memaki seseorang yang bahkan belum berada diantara mereka.

"Udah lah tinggal aja" ajak Nesya tak sabar.

Devan mendesah lelah, pemuda itu menyandarkan punggungnya disandaran sofa, "Kita itung sampe tiga, si cunguk pasti nelpon balik" ucapnya.

Nesya mengangguk kemudian mulai menghitung, "Satu..."

"Du—"

Drrrttt.

Ponsel Devan yang pemuda itu taruh dimeja bergetar menandakan ada panggilan masuk, Devan mengangkatnya kemudian meloudspeaker agar Nesya juga dapat mendengarnya.

"TUNGGUIN GUE, JANGAN DITINGGAL, INI LAGI DIJALAN..."


***



"Ga, makan dulu abis itu minum obat"

Salsa duduk dibangku sebelah ranjang tempat Rangga berbaring, gadis itu memegang semangkuk bubur yang masih utuh karena sedari tadi Rangga menolak memakannya.

"Ga, kamu udah gede loh masa gak mau makan"

Rangga menggeleng pelan, "Gak enak Sal, yang ada mual"

Salsa menipiskan bibir mendengarnya, gadis itu menaruh semangkuk bubur keatas nakas kemudian menatap Rangga, "Kamu baru aja sadar semalem, belom ada asupan makanan.." Salsa menjeda sedikit kalimatnya, gadis itu kini menatap tepat kedua mata kekasihnya itu, "Sayang, pleassss.." ucapnya memohon.

Rangga menghela nafas pasrah kemudian mengangguk yang tentu saja membuat Salsa disebelahnya langsung semangat menyuapi.


Pintu ruangan terbuka menampilkan seorang wanita setengah baya membawa plastik hitam ditangannya.

Rangga menoleh kemudian langsung membuang pandangan kearah lain, menghindari kontak mata dengan wanita itu.

"Eh.. tante Raina" sapa Salsa riang.

Rangga mendelik tak suka mendengar sapaan Salsa kepada Raina, ibu tirinya yang sangat ia benci.

Raina tersenyum, wanita itu berjalan pelan mendekat kemudian menyerahkan plastik hitam tadi kepada Salsa, "Dari Resa tadi diluar, katanya kamu belum makan"

Rasa √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang