P.R.O.L.O.G

5.2K 179 3
                                    

Don't forget to give me more love and vote😘
.

.

.

.

.

Brak!

"APA MAKSUDMU TIDAK INGIN  DIGANGGU HAH?! APA KAU SUDAH TERLALU DIPUASKAN DENGAN PENIS-PENIS PELANGGANMU, HUH?! DASAR PELACUR SIALAN!" Pria itu berteriak nyaring memecah kesunyian malam. Dengan suara senyaring itu, nyaris tidak mungkin untuk tidak didengar oleh para tetangga. Ditambah lagi dengan suara gebrakan pada meja kayu yang bagian tengahnya sudah bolong karena kepalan tangan pria itu. Dan di sebuah ruangan lain, seorang bocah, bernama Liam, berusia 8 tahun, tengah menutup kedua telinganya dengan tangan mungilnya yang tampak bergetar ketakutan.

Namun dibalik rasa takutnya, anak itu juga mengkhawatirkan kondisi ibunya. Sangat jelas jika barusan dia mendengar suara pukulan. Dengan sedikit keberanian, anak itu berjalan perlahan menuju pintu kamarnya, dengan perlahan, ia memutar knop pintu yang melindunginya dari amukan ayah tirinya itu. Dia masih terlalu kecil untuk tahu masalah orang dewasa, tapi dia memiliki hati yang lembut untuk merasa takut jika terjadi hal yang buruk pada ibunya karena pria itu. Ini bukan kali pertama mereka bertengkar, tapi ini adalah kali pertama Liam mendengar suara teriakan ibunya yang tersisip suara pecahan kaca.

Pintu kayu itu menderit, diikuti Liam yang mengintip dibalik celah kecil yang dibuatnya diantara pintu itu, dia melihat dengan jelas, ibunya tengah terkapar lemah diatas lantai. Air mata tidak dapat terbendung lagi diantara pelupuk matanya. Pipinya basah oleh tetes kepedihan itu, ia ingin menolong ibunya, tapi rasa takutnya lebih besar. Dia hanya bisa terbujur kaku ditempat dia berdiri.

Isakan kecilnya ternyata terdengar begitu jelas ditelinga ayah tirinya. Pria menyeramkan itu berbalik, ia menatap Liam yang masih belum bisa bergerak dengan lapar, sesekali ia juga melirik istrinya yang masih memiliki kesadaran itu dengan tatapan merendahkannya, seakan berkata dalam diam 'lihat apa yang akan ku lakukan'. Pria itu tersenyum miring, kemudian berjalan ringan menuju kamar tempat Liam berada. Namun, pegangan wanita itu pada kakinya menghentikan langkahnya secara paksa.

"Jangan...sentuh dia.." ucap wanita itu dengan suara bergetar, kekuatannya hanya berasal dari rasa ingin menyelamatkan putranya. Tubuhnya sudah babak belur, kepalanya mengeluarkan cukup banyak darah. Jangankan berdiri, untuk membuka mulut saja sulit rasanya.

Tanpa hati, suaminya itu menepis tangan yang mulai melemah itu, kemudian kembali berjalan tanpa memperdulikan istrinya. Briana, nama wanita itu, dia hanya bisa menangis dan mengharapkan mukjizat untuk seseorang datang menyelamatkan anaknya.

Seiring langkah pria bertubuh besar itu semakin mendekatinya, Liam hanya bisa melangkah mundur tanpa bisa berkata-kata. Tangannya, tidak! sekujur tubuhnya bergetar hebat, menunjukkan rasa takut yang teramat besar. Dia masih berumur 8 tahun, dan sangat tidak mungkin baginya bisa menang jika melawan pria yang ukuran tubuhnya 10x lebih besar darinya.

"Kenapa anak kecil masih belum tidur dijam segini, huh?" Pria itu membuka mulutnya seraya berjongkok untuk meratakan tinggi mereka. Namun bukan jawaban yang diterimanya atas pertanyaannya, bocah itu malah terisak.

"Karena kau nakal, ayah akan memberi mu hukuman, jangan lupakan hukuman ini sampai kau mati, agar kau tidak tumbuh menjadi bocah nakal, mengerti!" Tegasnya. Liam tersentak mendengar penekanan itu, membuat air matanya semakin mengalir deras. Dia tidak tahu hukuman apa yang akan didapatnya malam ini.

Tubuhnya yang kecil itu berhasil diangkat dengan mudah oleh ayahnya. Pria itu membawa dan meletakkan tubuh itu menuju tempat tidurnya, kemudian melucuti semua pakaian ditubuh Liam. Liam hanya bisa terdiam ketakutan, matanya menatap lesu pria yang disebutnya sebagai ayah itu.

Dilain tempat, Briana, wanita yang sudah babak belur itu, mencoba sekuat tenaga untuk menolong Liam, putranya. Dia adalah ibu yang jahat, dia adalah ibu yang tidak berguna, kata-kata kutukan dilontarkannya untuk dirinya sendiri. Jika saja dia tidak menikah dengan monster itu, hal mengerikan ini tidak akan terjadi. Cinta butanya benar-benar mendorongnya secara paksa pada kematian. Jika itu hanya dirinya, maka bisa ia terima, tapi jika itu putranya, dia bahkan bersedia menjual nyawanya pada setan.

"Ayah.." Liam berkata dengan parau, dia benar-benar tidak tahu apa yang dilakukan pria itu pada dirinya sekarang. Dia hanya melihat bagaimana pria itu meludahi tangannya, kemudian mengusapkan cairan itu pada kelaminnya sendiri. Setelah selesai dengan itu, dia membuka kaki telanjang Liam secara paksa. Lalu mengarahkan benda yang ia lumuri dengan ludahnya tadi tepat dilubang anal Liam sebelum mendorong benda itu masuk kedalamnya.

Dorongan yang diberikan pria itu pada anal Liam berhasil membuat bocah itu berteriak kesakitan. Air mata anak itu semakin menjadi-jadi, ia menggeliat, berusaha lepas dari pria itu, tapi gagal.

"AHK!! SAKIT!! MAMA TOLONG!" Teriak Liam sembari menahan rasa sakit pada satu-satunya lubang yang ia miliki pada bagian bawahnya. Dia meremas, bahkan mencakar kedua bisep pria yang masih memaju-mundurkan pinggulnya. Hanya itu satu-satunya tindakan yang dapat ia lakukan untuk melindungi dirinya, namun hal itu sama sekali tidak berguna.

"Ayah..maaf..Liam..gak..nakal.." kata anak itu ditemani isakannya, dia benar-benar kesakitan sekarang.

Pria itu mencengkram dagu Liam yang berada dibawahnya, "jika ibu mu adalah pelacur, maka kau juga pelacur, seperti inilah pekerjaan pelacur, kau mengerti!"

PRANK!

Satu botol kaca berhasil mendarat dikepala pria itu. Membuat tindakannya pada Liam sempat terhenti, dan pada akhirnya ia mengakhiri hal mengerikan itu pada Liam. Kini amarahnya betul-betul hanya tertuju pada Briana yang saat ini sedang berusaha untuk berdiri tegak dan melawan bajingan itu.

"DASAR SIALAN!" Pria itu murka ketika darah mengalir dari dahinya. Ia mengepalkan tangannya, lalu mengarahkan kepalan itu pada Briana, dan berhasil mengenai pipi wanita itu.

Melihat Briana yang semakin lemah, ia memakai kesempatan itu untuk mengakhiri amarahnya. Dicekiknya leher wanita itu sekuat tenaga.

"Mama..." isak Liam yang menyaksikan kejadian pilu itu secara langsung, dia hanya bisa menangis melihat nyawa ibunya yang berada diujung tanduk.

Brak!

Satu sergapan, berhasil memisahkan tubuh pria itu dari atas tubuh Briana. Cekikannya juga terlepas seiring tubuhnya menggelinding dan dengan cepat ditahan oleh seorang polisi muda. Tangannya ditahan dibelakang dan diikat menggunakan borgol.

Malam yang sepi itu berubah menjadi ricuh akibat sirine mobil polisi dan ambulan yang berhasil datang atas informasi yang mereka dapatkan dari tetangga Briana.

"SIAL! DASAR KAU PELACUR SIALAN! INI SEMUA KARENA MU!" Serapah pria itu tidak terima dengan keadaan. Ia digiring paksa keluar dari rumah itu untuk diamankan. Sementara monster itu menuju mobil polisi, seorang polisi yang umurnya tidak jauh berbeda dari Briana memasuki kamar itu, kemudian berjalan lurus kearah Liam yang masih menangis.

Dia menutup tubuh telanjang anak itu dengan selimut, tetapi, sebelum benar-benar menutup tubuh itu, dia berhasil menemukan bercak darah yang berasal dari anal bocah itu. Melihat itu, hatinya ikut teriris, ia memeluk Liam erat, kemudian mengusap-usap punggungnya dengan  lembut. 

******










Masih prolog guys, mohon bersabar😭 gak kuad sebenarnya buat ngetik cerita ini, tapi udah terlanjur ini kepala berimajinasi🤯 ditambah Apingbts13 minta aku buat publish cerita ini duluan (maaf yah udah nge-tag nama kamu)

Dan yah! Author juga punya satu cerita lain yang pengen dipublish, tapi bakalan author publish kalau cerita ini sudah ada setengah part.

Selamat membaca untuk para pembaca semua, aku sayang kalian😘



Part selanjutnya akan author publish paling cepat lusa dan paling lama minggu depan. Maaf yah, author sengaja publish satu-satu, ntar kalau dibiarin gitu aja di wattpad bisa hilang kayak cerita-cerita sebelumnya😉 (ini karena author ngetiknya di handphone)

For, Teacher SamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang