17. Ketahuan bolos

10 2 1
                                    

Kini Rifqi telah sampai di lapangan, di mana tempat itu Abim serta Gaishan telah menunggunya untuk membahas suatu hal yang penting.

Tampak Gaishan berdiri di sana, memandang Rifqi dengan tatapan yang ... Mungkin, marah?

"Telat, sedikit gapapa 'kan? Btw tadi gue ketemu Farinka, kata lo dia masih gak masuk. Nyatanya tadi gue ketemu dia tuh pas mau ke sini," ujar Rifqi sebelum Gaishan ingin memarahinya.

"Serius? Sekarang, lo tahu dia di mana?" tanya Gaishan kepada Rifqi.

Abim yang sedari tadi asyik dengan ponselnya, mulai menyadari kedatangan Rifqi ketika dua lelaki itu mengobrol tadi.

"Ga, fokus ke masalah utama dulu," peringat Abim yang seketika langsung membuat Gaishan tersadar.

"Jadi, masalahnya sebenernya itu, gimana?" tanya Rifqi yang sekarang sudah siap mendengarkannya.

"Jadi, gue sempet dapat fakta baru bahwa ternyata Farinka itu pisah sama orang tua kandungnya. Dan, gue yakin semua masalah yang ada sekarang, bahkan sampai teror itu, gue yakin ini berhubungan dengan masa lalunya si Farinka," jawab Gaishan mengutarakan opininya.

Abim tampak berpikir sejenak. "Menurut gue sih juga gitu. Lo semua pernah dengar gak, 'seseorang yang paling ceria itu sebenarnya ia menyimpan berbagai luka' dan gue percaya kata itu. Tapi, selain itu menurut gue yah bisa aja si Farinka ini memang punya musuh. Secara, kan dia tingkahnya lumayan meresahkan. Tapi, kalau memang hanya musuh yang hanya benci dengan sifatnya Farinka, otomatis dia adalah teman sekolahnya karena tingkahnya Farinka yang selalu taat kedisiplinan mungkin saja jika di rumahnya ia akan bersikap seperti gadis remaja pada umumnya atau bisa jadi hanya berdiam diri di rumah. Sedangkan menurut gue itu gak mungkin, mana ada teman sekolah yang tahu masalah phobia Farinka, bukan? Untuk membuat dia celaka?" ujar Abim mengutarakan pendapat pribadinya. Yang membuat Gaishan menatapnya tak percaya, karena Abim memiliki pemikiran yang luas, tak seperti dirinya.

"Lo bener, Bim. Farinka memang gadis yang hobinya di rumah doang, kalau lo tanya kenapa gue bisa tahu? Karena gue sering ke rumahnya, sering bicara sama Pa-A dan bibu nya Farinka dan gue sering nanya sifatnya Farinka kalau lagi ada di rumah," ucap Gaishan kepada Abim dan Rifqi yang berada di depannya.

"Kalau gitu gue yakin orang yang mencelakai Farinka itu adalah orang terdekatnya bisa aja sahabatnya, saudaranya atau bisa jadi itu lo ..., secara gak langsung," ucap Rifqi menyampaikan pendapatnya.

"Gue setuju, bisa jadi semua masalah ini ada di lo atau orang sekitarnya. Dan kalau gue boleh saranin, lo awasin aja Farinka. Tapi, kayaknya itu gak perlu deh, soalnya gue yakin Farinka tipe orang yang gak suka cerita tentang masalah, dia tipe orang yang kuat bahkan selalu ceria walaupun harinya buruk. Gue yakin sih, dia juga lagi nyelidiki, atau mungkin sudah dapat informasi, " ucap Abim dan langsung diangguki oleh Rifqi.

"Lo bener, seharusnya gue cuman perlu mengawasi Farinka aja tanpa perlu ikut campur masalah keluarganya dan mungkin Bim, kata lo bener Farinka pasti bisa nyelesain ini semua. "

"Dan buat lo Ga, lo gak usah khawatir gue akan selalu ada buat lo kalau lo butuh bantuan. "

"Gue juga. "

•••••

Kini Farinka dan Daneen sudah berada di kafetaria andalannya. Mereka memilih tempat duduk dan memesan makanan serta minuman favorit mereka masing-masing.

Dan tak terasa waktu bergulir begitu cepat, Daneen telah pergi beberapa menit yang lalu dijemput oleh temannya - Nessi ...? Mungkin, itu namanya.

First loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang