Sekarang aku tahu betapa nestapa nya hidupmu. Meski aku belum semua tahu tentang dirimu. Tapi, aku janji akan selalu ada untukmu.
~Gaishan Arayn.Selamat membaca.
"Cih, lagi dan lagi lo sok pahlawan di depan dia. Tunggu saja waktunya nanti,"
•••••
Kini Gaishan telah sampai di rumah sakit dia berlari sambil membawa tubuh Farinka yang kini semakin lemas tak ada rasa jijik bagi Gaishan karena bajunya terkena noda darah Farinka. Gaishan berteriak memanggil suster serta dokter, ia sangat khawatir melihat keadaan Farinka saat ini. Gaishan benar-benar takut kehilangan Farinka.
"Maaf mas, mas tunggu saja di luar, kami akan segera melakukan tindakan," ucap salah satu suster melarang Gaishan untuk masuk ke dalam ruang perawatan.
"Lakukan yang terbaik," ucap Gaishan setelah itu, suster itu pergi bergabung dengan tim medis lainnya untuk melakukan tindakan terhadap Farinka.
Sementara di luar, Gaishan tengah panik, air matanya tak dapat lagi ia tahan, ketakutan akan kehilangan kini terasa. Padahal, Farinka bukan siapa-siapa di hidupnya. Gaishan mencoba menenangkan dirinya sendiri, berdoa kepada sang pencipta agar kondisi Farinka tidak terlalu buruk.
"Astaghfirullah, gue hampir lupa hubungi ortu nya Farinka. Gue harus ambil tasnya di mobil dulu, baru nanti gue telfon ortu nya,"
Gaishan berlari menuju parkiran tepatnya ke mobilnya, setelah sampai ia mengambil tas mungil berwarna merah lirik Farinka, mengambil benda pipih berwarna hitam itu. Tapi, ada satu masalahnya saat Gaishan ingin menghubungi orang tuanya. Ya, masalahnya hanya satu ia lupa nama panggilan Farinka kepada orang tuanya. Gaishan mencoba mengingat terus ia harus segera tahu agar bisa cepat segera menghubungi kedua orang tua Farinka. Kasihan orang tuanya pasti saat ini sedang mengkhawatirkan Farinka.
"Bibi? Bobo? Ahh Bibu iya nama panggilan nyokap Farinka itu kan gue pernah main ke rumahnya. Oke gue harus cari nama kontaknya.
" Assalamualaikum nak, kamu dimana? Kenapa pergi gak ngabarin? Ini juga sudah gelap banget loh? Kamu gapapa kan? Kenapa diam aja? Halo nak?" ucap Bibu Farinka setelah panggilan tersambung.
"Waalaikumsalam tan, maaf ini saya Gaishan. Saya mau mengabari anak tante masuk rumah sakit," ucap Gaishan sejujurnya. Terdengar teriakan dari seberang sana.
"Anak tante? Salah ngomong gak ya gue? Udah sopan belum ngomongnya? Duh kenapa pake teriak segala di sana. Gue tahu pasti ortu nya khawatir,"
"Di rumah sakit mana?" ucap suara seseorang dengan nada beratnya. Sepertinya ini ayahnya Farinka.
"Rumah sakit Aruna om," jawab Gaishan jujur. Dan langsung dimatikan telepon nya sepihak.
•••••
Satu jam lebih sudah Gaishan menunggu di luar ruangan namun, sampai sekarang sangat dokter juga belum keluar menyampaikan informasi tentang keadaan Farinka. Saat ini sudah ada kedua orang tua Farinka yang tengah khawatir terlebih Bibu nya Farinka yang saat ini tak henti-hentinya menangis.
Gaishan hanya diam ia mencoba menahan tangisnya, dia tak mau menangis di depan orang tuanya Farinka. Bukan karena gengsi tapi karena ia sungkan untuk menangis saat ini, yang boleh menangis saat ini kedua orangtuanya Farinka bukan dirinya. Karena dirinya bukan siapa-siapa yang berarti bagi Farinka. Dirinya hanya sebatas teman yang saling mengenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
First love
Teen FictionUpdate Setiap hari Kamis Farinka Queensha seorang gadis yang tak pernah merasakan cinta serta paling anti dengan lelaki kecuali Reyfan sahabat masa kecilnya. Tak ada satu pun lelaki yang berhasil memikat hati gadis ini walaupun dengan ribuan gombal...