mencitai sendiri

2.9K 255 41
                                    

°LABUHAN TERAKHIR°

Terkadang aku lupa akan sebuah harapan.
Harapan yang semu datang pada harapan yang salah, berharap pada manusia adalah sebuah kesalahan terbesar dalam HIDUP.

_________________________

Tok..tok..tok

Suara pintu yang diketuk oleh seseorang, laki-laki yang sedang duduk di meja kebanggaan nya itu pun langsung mempersilahkan untuk masuk.

"Ada undangan buat Lo!" Ujar laki-laki yang baru saja masuk.

Nafiz hanya melihat sekilas lalu dia melanjutkan pekerjaannya, sedangkan laki-laki yang berada dihadapannya merasa kesal pada sahabatnya yang tak kunjung bicara.

"Gua tau lo dingin tapi setidaknya bales ke." Ucapannya dan duduk dihadapan nafiz.

Nafiz melihat undangan yang dibawa oleh sahabatnya, " undangan apa?" Tanya nya dingin.

"Undangan arisan, puas Lo!" Ucap Dava sengit.

Dava Mahen adalah sahabat nafiz sejak SMP mereka selalu bersama tapi mereka harus berpisah karena Dava harus ikut orang tuanya ke Jerman sedangkan nafiz melanjutkan sekolah nya di Inggris. Tapi takdir mempertemukan mereka kembali.

Dava tidak habis pikir dengan sahabatnya yang satu ini sudah terpapar jelas WEDDING
Yang artinya pernikahan dan dia masih tanya itu undangan apa? Kan gak lucu.

"Gua gak Dateng." Jawab singkat, nafiz.

"Seterah sih kalo Lo gak mau Dateng, lagi pula lo gak tau siapa yang nikah"

"Emang siapa?"

" Tara dzikra " ucap Dava lalu tersenyum.

Pasti dia bakalan Dateng kalo Tara yang nikah, kita liat aja. Batin dava

"Oke gua Dateng." Ucap nafiz langsung.

Tuh kan sudah gua bilang..

"Tapi lo harus bawa istri Lo, oke? Gak ada penolakan titik gak pake koma gak pake rumus apalagi fisika."

Setelah berbicara tidak jelas Dava pergi meninggalkan nafiz yang masih melihat dirinya dengan tidak suka jika dia menyebut istri di depan nya. Karena dia tidak suka bahkan tidak menganggap bahwa Humaira istrinya.

Bagi nafiz Humaira hanya wanita yang beruntung menikah dengan, bukan karena cinta apalagi keinginannya.

Nafiz menghela nafas, mengusap wajahnya dengan kasar. Kenapa juga dia harus membawa wanita itu, dia selalu ingin menghindar dan tidak ingin bersama . Karena dia benci dengan wanita yang sekarang menjadi istrinya.

"Gua benci Lo!"

Tak bisa dipungkiri bahwa nafiz begitu benci dan kesal pada istrinya, bahkan dia enggan jika harus pergi ke pernikahan bersama Humaira. Nafiz memanggil sekertaris nya. Datang seorang laki-laki yang memakai jas dan di hidungnya bertengger kacamata.

"Iya pak, apa anda perlu sesuatu?" Tanyanya.

"Telfon istri saya." Balas nafiz singkat.

Labuhan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang