secarik kertas

2.4K 204 32
                                    

°LABUHAN TERAKHIR°

Saya benci diri saya sendiri yang berlebihan mencintai dia, sedangkan dia biasa saja.

- Humaira Jauza Malika -

__________________________________

"Pagi mba Humaira!" Sapa manis dari Nayla yang baru saja turun tangga.

Humaira tersenyum, menaruh makanan di atas meja. " Pagi juga Nayla, cantik banget. Mau kemana?" Tanya Humaira saat melihat penampilan Nayla.

Hari ini hari Minggu jadi tidak mungkin jika Nayla pergi sekolah, Nayla duduk dan menatap Kaka iparnya dengan mata berbinar. Humaira merasa bingung.

" Mau jalan mba" jawab Nayla.

"Oh yah, sama siapa?"

"Temen, yang pasti cewek. Karena kalo cowok bisa-bisa tuh cowok habis dan gak bakalan mau ngajak jalan lagi!" Seru Humaira, tersenyum miris.

Humaira mengerutkan keningnya, Nayla mengerti akan ekspresi Kaka iparnya. " Bang Nafiz gak suka kalo Nayla deket sama cowok apalagi sampe pacaran, posesif banget!" Jelasnya.

Kini Humaira tau, bagaimana suaminya menjadi laki-laki yang menjaga wanita yang dia sayangi. Menjaga, melarang dan menyayangi itulah yang dia lakukan untuk Nayla, posesifnya Nafiz karena dia tidak ingin Nayla terluka.

Suara bel terdengar, Humaira dan Nayla saling bertatapan. " Biar Nayla aja mba" ucap Nayla berjalan ke arah pintu.

Bersamaan dengan seseorang yang berjalan turun dari tangga, duduk di kursi dan menatap wanita yang kini sudah berstatus istrinya. Apakah dia sudah menganggap jika Humaira adalah istrinya?

Nafiz , dia teringat kata-kata seseorang di telpon tadi malam. Masih mencari tau siapa yang berani berbicara seperti itu kepadanya. Humaira datang membawa ayam goreng kremes, tidak menyadari jika Nafiz sudah hadir.

Nafiz memperhatikan Humaira, hari ini dia memakai gamis coksu, hijab pashmina hitam dan cadar hitam. Nafiz memang belum pernah melihat wajah Humaira tapi melihat dari mata saja sudah terlihat bahwa Humaira cantik.

Humaira merasa sedang diperhatikan oleh seseorang, dia melihat ke arah depan dan ternyata Nafiz. Humaira membulatkan matanya, kaget dengan kehadiran Nafiz.

"Mba Humaira ada paket nih, so sweet banget paketnya!" Seru Nayla lalu memberikan sebuket bunga mawar putih ditambah coklat.

Humaira merasa bingung, menerima bunga dengan penuh tanda tanya besar. " Dari siapa Nayla?"

Nayla mengangkat pundak nya tidak tau, " gak tau mba, tapi kata Abang kurirnya ada salam dari dia. Katanya jaga kesehatan ya cantik, begitu. "

Mawar putih adalah bunga kesukaan Humaira dan hanya ayah , sahabat nya yang tau itu.
Humaira semakin dibuat bingung, melihat bunga mawar terselip sebuah kertas kecil berwarna pink.

Dear Humaira Jauza Malika.

Kamu begitu berharga untuk dimiliki laki-laki brengsek seperti dia, tapi tenang Saja saya akan selalu ada untuk kamu. Saya tidak akan kehilangan kamu untuk kedua kalinya.

Labuhan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang