Pengungkapan

2.2K 197 19
                                    

° Labuhan Terakhir °

Aku bertemu dengan kamu diwaktu yang salah, salah tempat, salah posisi dan salah waktu. Aku jatuh cinta kepadamu namun aku sendiri belum bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku.

- Humaira Jauza Malika -

Humaira menyiapkan semua keperluan Nafiz, untuk pergi ke Eropa. Sejak kejadian kemarin, membuat Humaira tidak berani bertemu atau menatap mata Nafiz, karena tatapan yang diberikan Nafiz begitu menakutkan.

Bukan Ia menghindar hanya saja ia perlu waktu, setelah barang-barang yang diperlukan oleh Nafiz sudah siap, Humaira bergegas meninggalkan kamar. Tapi sayangnya pintu kamar terbuka.

Terlihat seorang laki-laki yang membuat Humaira jatuh, jatuh cinta dan bahkan cinta itu rumit, susah untuk di pahami dan Masih belum bisa menemukan titiknya.

Nafiz mendekati Humaira dan Humaira yang merasa takut hanya diam ditempat dengan menundukan kepalanya.

"Kamu menghindar dari saya?" Tanya Nafiz setelah beberapa meter dari Humaira, Humaira hanya diam.

"Saya bertanya kepada kamu, Humaira." Tegas Nafiz.

"Eng-enggak mas, aku enggak menghindar dari kamu" ucap Humaira yang masih menundukan kepalanya.

"Kalo kamu tidak menghindar dari saya, kenapa kamu tidak berani menatap saya?" Nafiz terus memperhatikan Humaira, dari tubuhnya yang bergetar seperti takut.

Nafiz memegang kedua pundak Humaira dan itu membuat Humaira terkejut. " Kamu hanya istri pengganti dan gak usah ngerasa paling berharga, saya muak dengan drama pernikahan ini!" Ucapannya dengan penuh penekanan.

Hati Humaira kembali terluka, tubuhnya beku saat ia mendengar kata-kata yang begitu menyakitkan. Entah untuk kesekian kalinya ia selalu di acuhkan , bahkan tidak dicintai. Nafiz melepas tangannya dari pundak Humaira.

"Jika waktu bisa di putar kembali, aku tidak ingin berada di pernikahanmu saat itu mas, kamu kira kamu aja yang tersakiti. Aku juga sama!" Kata Humaira yang menahan tangisnya, Nafiz diam.

"Aku jatuh cinta sendiri, berharap sendiri. Bahkan aku mempertahankan pernikahan ini juga sendiri, karena Allah membenci perceraian mas!"

Humaira langsung pergi, ia sudah tidak sanggup untuk menahan rasa sakit yang semakin dalam, rasa sakit yang di torehkan suaminya. Membuat dirinya sadar bahwa Humaira tidak akan pernah dianggap bahkan untuk dicintai pun tidak akan pernah.

Nafiz sebenarnya tidak ada niat untuk menyakitkan hati Humaira, tapi entah kenapa mengingat kejadian dimana yang membuat ia benci pada wanita, tidak percaya lagi pada wanita bahkan cinta. Menjadikan dirinya sering melukai hati istrinya, meski istrinya selalu menerima dengan hati tulusnya.

Menurut Nafiz cinta hanya omong kosong, tidak ada cinta. Semua hanya menginginkan apa yang dia harapkan dengan mengatas namakan cinta, Nafis hanya berharap agar dia tidak jatuh cinta, Karena jatuh cinta membuat dirinya membenci segalanya.

Humaira duduk di kursi taman, Melihat ke arah kolam ikan. Tatapannya kosong tapi air matanya yang mengatakan bahwa ia lelah, ia sakit. Bukan sakit fisik tapi hati dan batinnya yang tersakiti.

"Jika mencintaimu serumit ini, maka dari awal aku tidak ingin jatuh hati kepadamu" ucap Humaira lirih, tangisannya semakin terdengar.

Labuhan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang