Dewa Penolong

2.5K 223 16
                                    

°LABUHAN TERAKHIR°

Jarak jauh adalah ujian cinta.
Jarak dekat adalah ujian iman.
Dan menunggu adalah bukti kesetiaan.

__________________________

Humaira melihat suaminya yang sedang berbicara dengan rekan kerjanya, dia tidak ingin merusak suasana Nafiz. Lebih baik dia pulang sendiri dibandingkan harus mengganggu acaranya.

"Mas.. aku pulang." Ucap Humaira lirih yang masih menatap suaminya.

Setelah melihat Nafiz dari jendela akhirnya Humaira memutuskan pulang,Berjalan dengan keadaan yang basah membuat badannya menggigil.

"Mas, disini ada pintu darurat gak?" Tanya Humaira kepada pelayan yang kebetulan jalan ke arah nya.

"Ada mba, mau saya antar kan?" Humaira hanya mengangguk.

Humaira mengikuti arah kemana pelayan ini berjalan sampai akhirnya tiba di pintu yang berwarna coklat, terletak di samping kolam renang.

"Ini mba, nanti mba lurus aja nanti juga keluarnya di parkiran" jelas pelayan.

"Oh gitu ya, makasih ya mas .."

Humaira membuka pintu dan mulai mengikuti arahan yang diberikan pelayanan,tidak butuh waktu lama sampai akhirnya dia berada diparkiran.

Malam yang sunyi dan angin yang terus menghembus, bulan dan bintang yang sudah lenyap karena awan hitam yang menutupi.

"Seperti nya akan turun hujan, ayo sayang kita pulang" ucap seorang laki-laki yang menggandeng tangan seorang wanita.

Humaira hanya bisa menghembuskan nafas, melihat hal yang seperti itu membuat dadanya sesak. Bagaimana tidak, dia bahkan tidak pernah diperlakukan seperti itu.

Humaira terus menengok ke kanan dan kiri, tidak ada kendaraan yang lewat. Saat melihat jam, waktu sudah menunjukkan 22.40 seharusnya masih ada kendaraan yang lewat.

"Mba, nunggu taxsi ya?" Tanya satpam.

"Iya pak, tapi kaya nya gak ada. ya pak?"

"Memang disini jarang ada mba"

Humaira pamit kepada satpam dan mulai melangkah menjauh gedung yang besar itu. Di setiap jalan Humaira selalu berdoa, dia takut jika dia harus bertemu dengan hal-hal yang aneh.

"Astaghfirullah,gak boleh berpikir yang aneh-aneh. Mira Istighfar!" Ucap Humaira terus meyakinkan diri sendiri.

Hujan turun dengan begitu besar, petir pun berdampingan dengan hujan yang begitu lebat. Angin yang terus menghembus kencang, Humaira terus mencari tempat untuk meneduh. Dia tidak tau akan pergi kemana, karena hari semakin gelap.

Humaira memeluk badannya sendiri, dia terus meniup tangannya agar tidak terlalu dingin. Tapi percuma saja, angin begitu kencang dan hujan begitu lebat.

"Allahumma shoyyiban naaf'iaa" Humaira membaca doa turun hujan, yang artinya 'Ya Allah,turunkan lah pada kami hujan yang bermanfaat'

Awan semakin gelap, Humaira gelisah. Dia tidak tau harus berbuat apa, sedang hujan masih saja turun deras. Tidak ada kendaraan, tidak ada jalan lain selain dia menelfon suaminya.

Labuhan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang