Terluka

2.1K 190 36
                                    

° LABUHAN TERAKHIR°

Jatuh, jatuh cinta yang sering dialami. Jika salah mencintai maka kecewalah yang akan terjadi, berharap lebih dan mendapat kecewa juga lebih.

- Humaira Jauza Malika-

Hari ini Humaira menemani Nayla pergi ke mall untuk membeli novel, bukan hanya suka menonton Drakor tapi Nayla pencinta koleksi novel. Katanya dunia fiksi lebih menarik daripada dunia nyata, aneh memang.

Sampai-sampai Nayla meminta kepada Nafiz untuk membuatkan perpustakaan khusus untuknya, alhasil Nafiz membuatkan di lantai tiga, perpustakaan yang didekorasi seperti rumah kaca.


"Mba aku mau kesana dulu ya, mba tunggu disini aja" kata Nayla yang sudah pergi ke arah rak-rak novel.

Humaira hanya menurut, duduk tak jauh dari Gramedia. Humaira yang bosan memutuskan untuk mengulang hafalannya, beberapa menit telah berlalu tiba-tiba seseorang duduk disampingnya.

"Saya harap kamu selalu bahagia" katanya.

Humaira langsung berhenti menghafal, menoleh ke arah samping dan terkejut saat tau Dikra sedang menatap nya dengan penuh ketulusan dan tersenyum.

"Loh mas Dikra, ko bisa ada disini?" Tanya Humaira yang bingung dengan kehadiran Dikra tiba-tiba.

"Bisa, karena orang yang saya sayang duduk sendiri disini. Kamu tau Humaira, kamu adalah wanita yang paling Saya sayang." Ujarnya.

Humaira diam, tidak tau apa yang dimaksud oleh Dikra, bahkan mereka berdua saja baru kenal tapi hati seakan-akan mengatakan bahwa mereka telah mengenal lama sangat lama.

"Apa dulu kita pernah kenal?"

Dikra tersenyum, " iya, bahkan sebelum kamu lahir saya sudah mengenalmu."

Perkataan Dikra membuat Humaira terkejut, bagaimana bisa ia mengenalnya sedangkan dirinya tidak mengenal Dikra.

"Siapa kamu sebenarnya?"

"Nanti juga kamu tau siapa saya, saya pergi dulu. Semoga kamu selalu bahagia, jika dia tidak bisa membuat kamu bahagia. Saya pastikan hidup dia tidak akan tenang!" Ucapnya dan mengelus kepala Humaira yang terbalut hijab.

Humaira diam, getaran di hatinya semakin kuat saat Dikra mengelus kepala nya. Sebenarnya siapa Dikra, bagaimana bisa Dikra mengenalnya dan begitu sayang kepadanya? Semua pertanyaan masih menjadi tanda tanya besar bagi Humaira.

Tanpa disadari sebuah kamera memotret mereka berdua, seseorang itu tersenyum licik dan mengirimkan kepada seseorang yang nantinya akan membuat pelajaran untuk Humaira.

Nayla datang dengan membawa beberapa totebag yang berisikan novel, wajahnya yang cantik dan rambut yang ia gerai membuat dia seperti putri kerajaan. Humaira akui jika Nayla begitu cantik bahkan banyak laki-laki yang tertarik kepadanya.

"Kamu beli banyak banget" ucap Humaira yang melihat isi totebag Nayla.

"Hehe, bisalah mba, dari rumah niatnya cuman beli 2 tapi pas udah Dateng ke tujuan malah mau beli semua." Ucapnya diakhiri tawa.

Humaira hanya menggelengkan kepalanya, lalu membantu Nayla membawa satu totebag. Nayla mengajak Humaira ke tempat pakaian muslimah, Nayla ingin membeli kan sesuatu untuk Kaka iparnya yang sudah ia anggap Kaka sendiri.

"Mba boleh pilih yang mana aja, nanti Nayla yang banyar" kata Nayla yang tersenyum dan menunjuk semua pakaian Muslimah.

"Gak deh, lebih baik uang kamu ditabung aja." Humaira menolak.

Labuhan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang