6. CEMBURU?

2 1 0
                                    

Yuhu new up, semoga suka.
Happy reading!

♪♪♪

—Cyber-Love—

6. CEMBURU

Setelah selesai makan malam dan membereskan segala peralatannya, Sady bersiap diantar pulang, tentu saja oleh Eric, orang yang membawanya ke rumah ini.

“Yuk,” ajak Eric. Jaket jeans dengan dalaman kaos hitam dan celana hitam jadi outfitnya malam ini.

Sady yang tengah duduk berdua dengan Elang pun berdiri.

“Elang, Kak Sady pulang dulu ya. Baybay.” Sady melambaikan tangan nya beberapa kali.

“Nanti main lagi ya, kak,” ucap Elang yang disambut anggukan oleh Sady.

Susah payah Elang mendorong kursi rodanya sampai ke depan pintu, melepas Sady pulang. Sosok baru yang sudah mulai akrab dengannya.

Orang yang membuat Elang entah kenapa dengan sangat berani dan percaya menaruh harapan besar.

“Naik, Sad,” titah Eric sudah berposisi menunggangi motor.

“Iyaa.”

Dari kejauhan, seseorang terus memantau dengan emosi yang membuncah. Seolah ada api yang terus berkobar dan membakar hatinya. Udara dingin malam ini bahkan tidak mampu meredamnya. AC yang dinyalakan pada volume tertinggi pun masih saja terasa panas.

Apa ini? Seperti bukan dirinya? Tidak pernah dia begitu berhasrat seperti ini. Tidak! Tidak boleh pendirian nya goyah. Tidak! Itu salah! Tujuannya sudah mulai terganggu.

“Sat! Gue kenapa?” Orang itu mulai bermonolog.

Dia menggelengkan kepalanya, menyadarkan kalau semua ini hanya fantasinya belaka, seperti yang sudah-sudah. Lelaki itu mulai mengatur ritme napasnya. Ya ini suasana ini membuatnya jengah. Apa mungkin dia sudah …

Sebuah motor yang keluar area pekarangan rumah itu mengalihkan perhatian nya. Gadis yang membuatnya gelisah dan gila itu tengah dibonceng manis oleh seorang cowok yang mulai hari ini dia benci, sangat benci.

Lelaki itu lantas melepas rem tangan, mengatur gigi, dan menginjak pedal gas pelan. Mengikuti motor itu dari jarak yang cukup jauh, tapi masih mungkin untuk melihatnya dengan jelas.

Entah berapa menit tepatnya, kini motor itu menepi di depan sebuah rumah. Sebuah rumah yang tak lagi asing bagi lelaki itu, ya, rumah keluarga Sady.

Lelaki itu, tentu saja dia tidak berniat sama sekali untuk turun dari mobil. Rencananya bukan ini, dia tidak mau terbongkar lebih cepat sebelum tujuannya usai dilaksanakan.

Sady turun dari motor dan melepas helm dikepalanya.

“Makasih ya, Rik,” ucap Sady.

“Justru gue yang makasih, lo udah mau gue repotin. Dan … thank karena udah mau bantu gue.”

Dijalan tadi, akhirnya Sady memutuskan untuk menyembunyikan apa yang dia ketahui, meski perasaanya masih saja merasa bersalah karena apapun bentuknya, bagi Sady pencurian adalah hal yang salah. Jadi sama saja sekarang dia sedang membantu penjahat. Mungkin terlalu kasar, tapi itulah yang Sady rasakan. Tetapi, apa yang Elang katakan, mampu membuat Sady berpikir berkali-kali untuk berkeputusan tidak membantu Eric. Memang dia tidak tahu semuanya, tapi sebagian kecilnya saja sudah membuatnya iba. Apalagi hal-hal besar lainnya. Huh, sungguh tidak terpikirkan oleh Sady.

“Ya udah sana masuk, udah malem,” titah Eric.

“Lo aja sana duluan pulang,” ucap Sady.

“Dih, ngusir nih ceritanya,” ujar Eric dengan nada menggoda.

Cyber Love [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang