17. FACE REVEAL?

0 0 0
                                    

Di bab ini aku mau ajak kalian sehari menjadi Ophiuchus!

Happy Reading!

♪♪♪

—Cyber-Love—

17. FACE REVEAL?

Ruangan itu luluh lantah. Barang-barangnya terlempar kesana kemari. Dia yang sedang gusar itu terus mendorong dan menghempaskan benda apapun yang berada disekitarnya. Pecahan kaca dan serpihan kayu ada dimana-mana. Ruangan itu hancur tidak berbentuk lagi.

Orang yang menyebabkan kehancuran itu terus menerus menarik rambutnya sendiri. Napasnya memburu seolah jumlah oksigen sekarang menipis. Wajahnya merah, entah karena kesulitan bernapas atau tengah menahan marah.

Kacau, begitulah kira-kira gambaran keadaan hati dan pikirannya saat ini. Bagai kehilangan setengah dari hidupnya.

Dia Ophiuchus.

Orang dibalik semua akun misterius itu. Orang yang berhasil menggaet hati Sady. Orang yang tidak ingin Sady jatuh ke pelukan orang lain. Dia begitu terobsesi memiliki Sady seutuhnya. Dia hanya ingin Sady tidak ingin gadis lain. Bahkan dirinya sudah membayangkan bagaimana nanti rumah tangga bahagia yang akan dia bangun dengan kekasihnya itu. Tapi kini hatinya diterpa gundah saat Sady tidak memberi kabar sama sekali.

“Masihkah dia mengingatku?” Ophiuchus mulai bermonolog.

Seharian lebih Sady mencuekinya. Apa Sady sudah bosan pada dia yang tidak mau jujur perihal jati diri?

Tapi mau bagaimana lagi, rasanya tidak mungkin Ophiuchus membuka identitasnya secepat ini. Dia masih ingat betul tujuan awal dirinya mendekati Sady dan hal itu belum sepenuhnya terselesaikan. Hanya saja sekarang dia dibutakan oleh rasa cinta.

“Face reveal?” Terlintas dipikiran untuk melakukan hal itu. Tapi sebelum gegabah Ophiuchus perlu berpikir seribu kali untuk melakukannya.

Ophiuchus meraih ponselnya yang berada disaku celana. Ternyata ada beberapa balasan disana. Hatinya berdesir tenang, Sady tidak melupakannya. Hanya saja ada sesuatu yang ganjil disana. GPS yang dia pasang pads gawai Sady menunjukkan dia mengirim pesan itu disebuah rumah sakit lalu mengapa Sady bilang dia sedang belajar didalam kelas.

Sesak menerpa dadanya. Sekuat tenaga dia menahan emosinya yang membuncah. Tidak, dia tidak mau sedikit pun emosinya terlampiaskan pada Sady. Dia tidak ingin gadis itu terluka sedikit pun. Terlalu berharga untuk tergores. Romantis sekali bukan? Atau justru terlihat menakutkan. Diawasi setiap saat bahkan dipasangi pelacak yang Sady saja tidak tahu benda itu ada di ponselnya. Kalau saja dia tahu bagaimana kekasihnya itu. Sayangnya terlalu banyak yang Sady tidak tahu tentang Ophiuchus. Satu hal yang pasti, Ophiuchus memiliki cinta yang amat besar untuk Sady.

♪♪♪

“Sady, honey, bunny, sweetie.” Orang itu bergelegak sesaat mengucap kalimat itu. Dia menertawakan tingkahnya sendiri. Baru kali ini dia dibuat bucin oleh seorang perempuan. Menarik sekali. Tubuhnya seakan di gelitik. Membayangkan wajah manis Sady ketika tertawa dan dia melihat dari mobil sportnya yang terparkir jauh. Ah kebahagiaan kecil bagi Ophiuchus.

Di kepalanya menari-menari hayalan yang begitu indah. Jalan berdua bergandengan tangan, duduk di sudut taman sembari bertukar candaan, menikmati kudapan dan menonton anak kecil berlarian. Indah sekali jika itu terjadi. Dimana hanya ada dia dan Sady. Hanya ada mereka, sebagai sepasang kekasih. Sady jadi milik Ophiuchus seutuhnya. Tidak akan ada pria lain lagi yang mengantarkannya pulang, tidak ada lagi cowok lain yang membawanya berkencan, tidak ada lagi lelaki yang Sady kejar-kejar seperti orang gila demi sebuah tanda tangan tak berguna. Itu semua akan terjadi seandainya mereka tidak hanya sebatas virtual. Seandainya Ophiuchus bisa detik ini juga membuka identitasnya.

Sampai hari ini Ophiuchus masih mengumpat ketika melihat ada pria-pria bajingan yang menjadi buaya virtual. Mereka yang bisa dengan mudahnya bertemu dan melanjutkan hubungan lebih dari sekedar virtual, tetapi memilih hilang tanpa kabar setelah menebar harapan. Andai mereka tahu rasanya jadi Ophiuchus.

Disini didalam mobil hitam legam yang terlihat gagah dan kokoh ini. Ophiuchus menunggu Sady keluar dari gerbang sekolah. Menunggu gadis itu pulang. 'Mengantarnya' walau hanya dari kejauhan.

Tepat perhitungannya, tidak berlangsung lama gadis itu keluar bersama teman perempuannya, yang sudah Ophiuchus kenal.

Seperti rutinitas sehari-hari, Sady dijemput oleh ojek langganan keluarga mereka. Ophiuchus pun sudah mengenal orang itu. Sebelum gadis itu beranjak naik ke atas jok sepeda motor, Ophiuchus mengirimkan beberapa pesan.

Ophiuchus: Mau pulang? Hati-hati.

Sady🌇: Kamu tau sayang? Kok bisa?

Ophiuchus: Aku pernah bilang kan, aku dekat, sangat dekat.

Sady terdiam diujung sana. Sedekat itu kah sampai Ophiuchus tahu segala gerak geriknya? Apa dia siswa sekolahnya juga?

Sady benar, Ophiuchus masih menggunakan baju seragam sekolahnya. Seragam sekolah dari sekolah yang sama dengan Sady. Pria berkacamata itu adalah teman satu sekolah dengan Sady. Sayangnya Sady tidak menyadari itu.

Dengan hati tak karuan Sady memilih segera pulang ke rumah. Diikuti Ophiuchus dari belakang.

“Cantik.” Hanya dengan melihat Sady duduk menyamping sembari dibonceng saja pun Ophiuchus bisa takjub seperti itu.

Perasaan lega itu terbang menerpa dada Ophiuchus begitu Sady turun dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Dia tersenyum senang, nyaris tertawa bahagia. Sesederhana itu sebuah kebahagiaan bagi Ophiuchus. Melihat Sady, itu cukup, sangat cukup bahkan berlebih.

“Kamu selalu ada dipikiran ku sayang.” Ophiuchus bermonolog sembari menyurai rambutnya menggunakan jemari.

Ophiuchus melakukan kecup jauh, hal yang sering dia lakukan pada Sady. Dari kejauhan sembari menatap dalam gadis itu, dia seolah mengecup pipi kenyal milik Sady. Tak disangka gadis itu memegang pipinya tepat sebelum masuk ke dalam rumah. Ophiuchus terkekeh geli, kecup jauh itu seolah sampai pada sang penerima. Wajah Sady merah entah kenapa, pemilik muka itu sendiri tampak kebingungan.

Kenapa begini? Sady heran sendiri. Angin tipis seakan menyentuh halus pipinya. Perasaan nya tidak enak, pikirannya pun lari kemana-mana.

Fokus Ophiuchus teralihkan setelah Sady masuk. Dia mengecek pesan yang ingin sekali dia kirimkan pada Sady. Tapi dia terlalu takut apabila Sady memintanya melakukan hal itu. Iya membuka jati diri sesungguhnya. Tidak akan ada yang tahu bagaimana keadaan nanti disaat semua terbongkar. Yang jelas, Ophiuchus harus melaksanakan tujuan awalnya untuk merasa bebas memiliki Sady seutuhnya. Dia masih harus bersabar. Masih harus terus menunggu restu waktu untuk bertatap muka dengan Sady sebagai sepasang kekasih. Menikmati romansa cinta diantara keduanya.

Q.S An-Nisa' : 23

Bersambung …

Sorry baru up. Akhir-akhir ini disibukkan sama masalah mau kuliah dan berakhir idenya ilang mood nulis jdi nurun. Tapi semoga suka ya.

Cyber Love [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang