15. Janjian

59 18 4
                                    

Jangan lupa vomentnya manteman😌

Thanks udah baca dari awal sampe saat ini🤗

Support kalian juga sangat Ewaa butuhkan😇

Love you gengs❤️

******

Happy Reading

..............

Malam ini tepat pukul 23.30 Khaila berdiri di balkon kamarnya, yah dia tidak bisa tidur. entah kenapa Sosok Reyhan kini memenuhi pikirannya. Orang yang sama sekali tidak dikenalnya, orang yang selalu membuat Khaila emosi setiap bersamanya, orang yang selalu meminta Khaila menjadi pacarnya ,orang yang memiliki sifat berbanding terbalik dengan Rendy.

Ah Rendy, Khaila masih tidak percaya dengan apa yang sedang dialaminya. Si penyemangat yang mengatakan akan selalu bersamanya, mendukungnya, dan tidak akan meninggalkannya. Tapi sekarang lihatlah! Rendy dan Jingga semakin dekat, dapat dilihat dari tatapan dan caranya memperlakukan Jingga, jujur saja Khaila merasa iri dan cemburu.

Khaila menarik nafasnya dalam dalam, ingatannya berputar di hari dimana ia mengikuti olimpiade waktu itu. Hari itu merupakan hari dimana semua masih baik baik saja.

Tunggu, Khaila ingat sesuatu. Sepertinya dia pernah melihat Reyhan dihari itu.

"Kenalin nama gue Reyhan,"

"Pindahan dari SMA Garuda,"

"Gue kapten basket di sekolah lama gue."

"Halo Kay, ketemu lagi sama calon masa depan lo."

Lagi?

Jadi, Reyhan yang waktu itu ditabraknya? Tapi saat itu gaya Rambutnya berbeda dengan dia yang sekarang, dan lagi, sifatnya saat itu begitu manis dan terkesan sangat lembut. Tapi sekarang? Ah sudahlah. Khaila harus segera tidur.

.......

Reyhan berjalan menghampiri Vania. Yah hari ini ia sudah berjanji akan menemani Vania ke toko buku. Sudah 10 menit Vania menunggunya di parkiran sekolah dan baru saat ini terlihat keberadaannya. Reyhan menyunggingkan senyumnya menatap Vania yang juga sedang menatapnya.

Setelah menaiki motornya Reyhan segera membawa Vania ketempat yang sudah mereka janjikan sebelumnya.

Vania begitu senang, tentu saja. Apalagi Reyhan memakaikan helm untuknya.

mereka sudah sampai di salah satu toko buku yang berada tak jauh dari sekolah Bhimasakti. toko buku mars, tempat yang sebelumnya Vania dan kedua sahabatnya datangi dan memergoki Rendy saat itu.

Kedua insan itu berjalan menyusuri rak rak buku tempat dimana novel ditata.

"Mau yang ini Van?" Tanya Reyhan memperlihatkan sebuah novel dengan sampul berwarna hitam.

"Enggak deh, aku nggak suka cerita horor." Tolak Vania.

"Terus mau cari novel genre apa? Siapa tau aku bisa bantu cariin." Tawar Reyhan sembari meletakkan kembali novel yang semula di ambilnya.

"Yang romance gitu deh pokoknya."

"Oh kalo gitu gimana kalo yang ini?" Tanya Reyhan sembari memperlihatkan sebuah novel dengan sampul berwarna biru muda.

"Hmm sini aku liat dulu, oke kayaknya bagus. Aku ambil ini aja deh." Ucap Vania setelah melihat novel yg disodorkan Reyhan.

"Satu doang? Nggak mo liat liat lagi?"

"Nggak deh satu aja cukup."

"Ya udah sini biar aku yang bayar. Oh ya Khaila suka novel juga?"

"Hah? Khaila? Iya suka sih tapi lebih suka buku yang bersangkutan sama rumus rumus membingungkan." Jawab Vania terkekeh mengingat selera sahabatnya itu.

"Eh tapi kenapa kamu nanyain dia? Mau di beliin juga"

"Enggak kok." Jawab Reyhan.

"Kamu suka sama Khaila?"

"Ada kamu disini kenapa harus bahas orang lain?" Ucap Reyhan mengacak Rambut Vania, tak lupa dengan senyum manisnya.

Vania mematung. Rasanya seperti ada sesuatu yang terbang bebas di dalam hatinya, wajahnya memanas, tubuhnya panas dingin. Oh ayolah, Vania tengah salah tingkah dibuatnya.

"Ya udah sini novelnya, oh ya ntar abis ini kita makan dulu yah." Pinta Reyhan.

"Gue ngikut lu aja."

Setelah membayar buku yg dipilih Vania, mereka segera menuju restoran yang berada tak jauh dari toko buku tersebut.

....

Rendy berjalan menghampiri Vania dan Reyhan yang tengah bercanda ria sembari menyantap makanan yang sudah dipesan sebelumnya. Yah terlihat seperti sepasang kekasih, dimana Reyhan menyuapi Vania, dan Vania yang menerimanya dengan malu malu.

Terlihat dari raut wajahnya Rendy sedang kesal. Ia berjalan mendekati kedua insan itu sembari mengepalkan tangannya.

"Ekhm."

Vania mendongakan kepalanya, mendapati Rendy yang tengah menatapnya tak suka.

"Hey bro, Rendy kan?" Sapa Reyhan.

Rendy tak menjawab, sorot matanya tajam menatap Vania kemudian beralih menatap Reyhan.

"Khaila mana?" Tanya Rendy dingin.

"Ya dirumahnya kali." Jawab Vania.

"Lo punya hubungan apa sama Vania? Hah?" Tanya Rendy menatap tak suka pada Reyhan.

"Kepo!" Jawab Reyhan santai. Pasalnya ia tidak mengerti maksud kedatangan Rendy yang menatapnya seakan sedang mengibarkan bendera perang.

"Gua peringatin lu, jangan pernah nyakitin Khaila!" Tegas Rendy

"Lah, apaan sih Ren? Dateng dateng marah marah nggak jelas." Protes Vania.

"Van! Lo sahabatnya Khaila, nggak seharusnya lo nikung dia kek gini!" Ucap Rendy.

"Apasih? siapa yang nikung?" Tanya Vania tak terima.

"Dia pacar Khaila, Van!"

"Ngelawak lu? Sejak kapan hah?" Tanya Vania sembari menatap Reyhan. dan Reyhan, tentu saja dia diam saja.

"Jadi? Khaila sama lo nggak pacaran?" Tanya Rendy beralih pada Reyhan untuk memastikan.

"Doain aja, nggak lama lagi kok."

"Apa?" Tanya Vania tak percaya.

"Enggak becanda. Kalo kalian nganggep beneran juga nggak papa." Jawab Reyhan terkekeh pelan.

"Jauhi Khaila!" Pinta Rendy menatap malas Reyhan.

"Gue nggak mau Khaila sakit hati karna modelan kayak lo." Sambungnya lagi.

"Hah, bukannya lo yang udah nyakitin dia?" Ucap Reyhan membalas tatapan Rendy.

"Jaga mulut lo!" Rendy mengepalkan tangannya.

"Udah stop! Kalian nih apa apaan sih? Udah Ren, lu pergi dari sini skarang, jangan buat keributan disini." Lerai Vania.

KhailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang