"maukah kamu jadi pacarku?"
Seruan itu mampu membangunkan Khaila dari tidurnya, matanya terus mengerjap mencoba mendapatkan kesadaran sepenuhnya. Dilihatnya jam disamping tempat tidurnya, sudah pukul 05.53. badannya masih terasa lemas, demamnya belum juga Reda, tapi Khaila ingin sekolah hari ini.
Dengan perlahan Khaila memasuki kamar mandi, ia berniat untuk mencuci muka dan mengelap badannya saja, untuk mandi rasanya tubuhnya menolak akan dinginnya air. Beberapa menit kemudian, Khaila keluar dan segera memakai seragam sekolahnya.
Ardi menatap cengo kepada putrinya yang sedang berjalan kearahnya. Khaila sudah siap dengan seragam sekolah lengkap dengan sepatu dan juga ranselnya.
"Pagi pah," sapa Khaila ikut mendudukkan tubuhnya di samping Ardi.
"Pagi nak, kamu mau sekolah?"
"Iya." Jawab Khaila dengan senyumnya.
"Kamu kan lagi sakit Khai, udah nggak usah sekolah dulu hari ini, istrahat dulu." Pinta Ardi.
"Yah papa, nggak mau ih, Khaila mau sekolah. Hari ini ada ulangan Matematika pah." Ujar Khaila memelas.
"Udah nggak usah mikirin ulangan, sekarang kamu istrahat dulu!" Tegas Ardi.
"Nggak mau Khai mau sekolah! Ntar Khaila nggak dapet nilai gimana?"
"Biar papa izinin sama gurunya." Ucap Ardi.
"Pah plis dong boleh yah, Khai janji bakalan jaga diri sama makan yg banyak trus juga bawa obat sama vitamin, gimana boleh yah?" Bujuk Khaila.
"Keras kepalamu ini sama persis kayak mama kamu, ya udah boleh tapi sarapan dulu!" Ucap Ardi mengelus pucuk Rambut Khaila.
.....
Keysha dan Vania menatap heran kearah Khaila yang baru saja memasuki kelas, pasalnya tidak biasanya Khaila memakai jaket ke sekolah namun hari ini ia memakai jaket. Setelah Khaila menduduki tempatnya, Keysha berjalan menghampirinya.
Dengan tatapan menyelidiki, Keysha mulai memperhatikan Khaila.
"Ada apa?" Tanya Khaila Risih.
"Lu sakit Khai?" Tanya Keysha tanpa menjawab pertanyaan Khaila.
"Dikit."
"Pantesan muka lu pucet sama tumben pake Jaket, eh tapi kenapa lu disini? Harusnya lu tuh istrahat di rumah." Oceh Keysha sembari menarik bangku yang terletak di sebelahnya.
"Hari ini ulangan Key." Jawab Khaila.
"Sakit Mulu lu akhir akhir ini." Suara dingin Vania membuat Khaila beralih menatapnya.
Vania berjalan mendekati kedua sahabatnya itu, kemudian ikut menarik satu bangku dan duduk di sebelah Keysha.
Tidak ada jawaban dari Khaila atas pernyataan yg dilontarkan Vania barusan, bukan karena pernyataannya tapi karena nada suaranya. Khaila bingung harus menjawab apa, ia sendiri tidak tau kenapa.
"Pasti karena hujan hujanan kemarin!" Ungkap Keysha.
"Lu hujan hujanan lagi? Lu kenapa sih Khai? Udah tau nggak bisa kena hujan masih aja ngelakuin itu, lu mau buktiin apa? Mau caper sama siapa?" Sarkas Vania.
"Loh kok lu nyolot sih Van?" Protes Keysha heran.
"Gue nggak nyolot! Gue cuma nanya."
"Lah ucapan lu tuh.."
"Udah udah, kok malah berantem? Udah Key, gue juga yang salah disini. Maafin gue Van, gue nggak bermaksud buat cari perhatian atau apapun itu apalagi buat kalian khawatir." Lerai Khaila kemudian berjalan meninggalkan ruang kelas.
Saat ini jam baru menunjukkan pukul 07.15, masih ada 15 menit lagi sebelum KBM berlangsung. Dengan tubuh yg lemas Khaila tak sengaja menabrak seorang Gadis hingga membuat Khaila tersungkur.
"Bisa liat jalan nggak sih Khai?" Bentak gadis dihadapannya.
"Sorry Ga, gue nggak sengaja." Ucap Khaila berusaha bangun.
"Alah alasan aja Lo, bilang aja lu emang sengaja biar di liat Rendy kan, mau caper sama pacar gue lagi?" Hardik Jingga.
"Apasih, bacotan lu nggak guna!"
Khaila bermaksud meninggalkan Jingga, tak ingin meladeni gadis dihadapannya ini. Tentu saja, Khaila muak selalu dikaitkan dengan Rendy, Rendy dan Rendy. Namun tangannya di cegat Jingga,menahannya untuk tidak pergi.
"Gue muak sama sikap sok lugu lo Khai!" Ucap Jingga mendorong Khaila hingga membentur tembok.
"Gue lebih muak sama kebucinan Lo! Jangan paksa gue buat ngelakuin kekerasan terhadap Lo Jingga! Mungkin Lo lupa sama tamparan yang pernah gue berikan dipipi mulus Lo itu." Ucap Khaila berusaha menahan emosinya.
"Tamparan? Yang kek gini?"
Setelah mengatakan itu Jingga mendaratkan tangannya tepat di pipi kiri Khaila.
Plak
"Jingga!" Khaila sudah kehilangan kesabaran untuk kali ini. Tak tinggal diam ia kembali membalaskan tamparan Jingga.
Tentu saja ini menjadi tontonan untuk para siswa siswi yang menyaksikan kejadian itu tanpa ada yang berniat melerainya.
Emosi Jingga meluap, ia mendorong Khaila kuat namun seorang pria tiba tiba saja sudah berada dihadapannya sembari menahan tubuh Khaila agar tidak jatuh.
"Apa ini?" tanya Rendy menatap Jingga datar.
"Dia yang mulai Rendy," ucap Jingga.
"Kita putus!" Ucap Rendy dingin kemudian membawa Khaila meninggalkan tempat itu.
Reyhan menatap kepergian Khaila bersama Rendy diantara kerumunan yang mulai membubarkan diri. Ia berjalan menghampiri Jingga yang tengah menunduk menahan tangis,amarah dan rasa malunya diputuskan dihadapan banyak orang.
"Gue suka gaya Lo!" Ujar Reyhan membuat Jingga mendongakkan kepalanya menatap Reyhan.
"Tapi itu nggak cocok buat cewek cantik apalagi terpelajar kek Lo. dan yang lebih menyayangkan, kenapa harus Khaila?"
"Gue ingetin, jangan di ulang lagi! gue nggak bakal terima kalo sampe Khaila kenapa napa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Khaila
Teen FictionTidak! Khaila tidak ingin menjadi seorang perusak dalam hubungan Rendy dan Jingga. Yah meskipun Khaila lebih dulu merajut kasih dengan Rendy, tapi apa yang harus dibanggakan dalam hubungan tanpa status itu? Pada akhirnya Rendy memilih Jingga, Khaila...