22. Capek

27 3 0
                                    

"lepasin aku Ren!" Pinta Khaila memberontak.

"Khai kenapa kamu nggak kasih tau aku kalo kamu sakit? Tadi om Ardi telpon aku, katanya kamu sakit." Tanya Rendy melepaskan genggaman nya.

"Aku nggak papa, apa itu tadi?"

Rendy mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan dari Khaila.

"Jingga!" Ucap Khaila memberitahu kemana arah pembicaraannya.

"Oh, bukan apa-apa." Jawab Rendy dengan senyum khas nya.

"Kenapa?"

"Nggak Khai, aku udah nggak bisa sama dia lagi. Dan setelah dia ngelakuin itu sama kamu, nggak mungkin aku diam aja. Aku udah janji sama Tante Lusy buat selalu jagain kamu Khai."

"Jangan selalu mainin perasaan Ren! Aku nggak mau jadi perusak hanya karna tanggung jawab konyol itu! Mulai sekarang nggak usah mikirin aku lagi, lupain apa yg pernah di minta mama!" Pinta Khaila.

"Loh, nggak bisa gitu dong Khai! Aku nggak--"

"Ren, please!"

"Aku capek, Khai. Aku capek selalu salah Dimata kamu, aku capek!"

Khaila terdiam mendengar penuturan Rendy. Jantungnya berpacu semakin cepat, berusaha mencerna setiap kata yang baru saja keluar dari mulut orang yang sampai saat ini masih berstatus special dihatinya.

Rendy menatap sayu manik mata milik Khaila, ada banyak kata yang ingin ia sampaikan namun ia memilih bungkam, berharap wanita didepannya ini akan mengerti dirinya seperti waktu waktu sebelumnya. Namun semua tidak lagi sama, semua telah beranjak pergi dari hal hal yang seharusnya. Kini semua terasa begitu asing bahkan untuk mengingatnya. Semua telah hancur hanya karna satu kesalahan, kesalahan yang sudah melukai hati Khaila sedalam itu.

Rendy tau, ini sepenuhnya salahnya. Andai saja ia tidak melakukan kesalahan itu, andai saja ia lebih mengerti, andai saja ia tidak se-ceroboh itu, andai saja ia tidak terjebak dalam rasa tidak cukup, andai saja--

"Ren," Panggil Khaila menggenggam tangan Rendy.

"Aku tau kamu capek, kamu juga tau aku capek, kita sama-sama capek. Ini sakit, ayo keluar dari rasa sakit ini! Berhenti melukai diri sendiri, Rendy." Ujar Khaila menatap dalam manik mata Rendy.

"Keluar? Kasih tau aku Khai, kasih tau aku gimana caranya. Kasih tau aku, aku harus apa? Apa harus aku lupain kamu? Bukankah itu lebih menyakitkan? Lalu, berhenti seperti apa yang kamu maksud?"

"Ren lupain semuanya!"

"Nggak Khai, nggak. Sampai kapan pun aku nggak akan pergi, dan aku menolak lupa!"

Rendy berjalan meninggalkan Khaila. Jujur saja, apa yang dikatakan Khaila memang benar, ini menyakitkan. Tapi rasa bukanlah sesuatu hal yang dapat di paksakan. Saat ini Rendy tidak dapat berpikir, perasaannya kacau. Khaila yang manis, Khaila yang lembut, Khaila yang manja, Khaila yang suka akan hal-hal simple, sekarang ia kehilangan semua itu dalam diri Khaila . Tersisa Khaila yang keras kepala dan Khaila yang menolak untuk kembali.


*****

Reyhan menghampiri Rendy yang tengah menundukkan kepalanya di salah satu meja yang ada di kantin paling belakang, kantin yang jarang didatangi para siswa siswi karena letaknya berada jauh dekat dengan gudang yang hampir tidak pernah dibuka lagi.

"Tinggalin Khaila!"

Rendy mendongakkan kepalanya mendengar seruan itu. Matanya menatap malas kearah cowok yang berdiri tepat di depannya, namun setelahnya Dia kembali menenggelamkan wajahnya dalam lipatan tangan pada meja sebagai penyanggah tangannya.

"Khaila udah cukup terluka karna ulah Lo!"

Rendy tak menggubris ucapan Reyhan. Rasanya terlalu malas untuk meladeni semua bacotan pria dihadapannya itu.

"Jangan jadi Banci Lo, Ren! Bisanya nyakitin cewek, brengsek Lo. Dasar cupu!"

"Diam Lo, bangsat. banyak bacot!"

Bugh

Satu pukulan berhasil mengenai wajah Reyhan. Tak bisa dihindari, emosi Rendy tak bisa ia tahan lagi, pukulan demi pukulan ia layangkan pada wajah Reyhan, tentu saja ada aksi saling membalas.

"Lo nggak tau apa-apa anjing!" Emosi Rendy.

"Se-enggaknya gue nggak pernah buat Khaila nangis!" Reyhan membalas pukulan Rendy.

"Lo nggak punya hak buat ikut campur dalam masalah gue sama Khaila!" Balas Rendy.

"Heh, lo berdua ngapain? Berhenti, Rendy! Lo juga Reyhan!" Lerai Keysha yang baru saja sampai bersama Vania di tempat itu.

Keduanya berhenti saling pukul, namun tatapan antara satu sama lain masih tetap sama, begitu tajam dan penuh amarah.

"Jangan pernah ikut campur dalam urusan gua sama Khaila!" Tegas Rendy menunjuk kearah Reyhan kemudian berjalan meninggalkan tempat itu.

"Lo nggak apa-apa Rey?" Tanya Vania membantu Reyhan berdiri.

Keysha berlari bermaksud mengejar Rendy. Ada rasa kasihan dalam hatinya melihat Rendy yang selalu terlihat rapi, berwibawa kini terlihat begitu kacau dan berantakan. Apalagi setelah perkelahian tadi, wajahnya terlihat lebam.

"Ren, tunggu!" Panggil Keysha berhasil menghentikan langkah Rendy.

Rendy membalikkan tubuhnya, menatap Keysha penuh tanya.

"Apa?"

"Ikut gue!" Ucap Keysha menarik tangan Rendy agar mengikutinya.

*****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KhailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang