Promise you'll find love again

325 42 0
                                    


*Pintu terbuka*

"Hahhh apa yang ku lakukan?.. Dia sangat baik.. Wajah dan sifatnya mirip sekali dengannya.. Tapi mengapa aku merasa kalau dia itu orang lain?..."

Kageyama duduk di depan kulkas setelah meletakkan 1 kardus susu di kulkasnya dan 2 lainnya di lemari atas.

Dia mengambil ponselnya dan menghidupkannya, terlihat dari wallpaper handphone nya wajah orang yang sangat ia rindukan dan dirinya saat sedang memetik bunga matahari di musim panas.

"Bunga matahariku.. Apa kamu tidak bosan tidur terus?..." Kageyama menangis sambil melipat kakinya ke atas dan membenamkan kepalanya di lututnya. Air matanya mengalir deras, entah sudah berapa lama ia tidak menangis seperti itu. Tiba-tiba ada aura hangat menembus dimensi gelap Kageyama, seakan memeluknya dan berkata "Berbahagialah".

Kageyama terbangun dari lamunannya, ia masih merasakan aura hangat tersebut yang mengarah ke arah pintu kamarnya. Ia pun membuka pintunya. Terlihat seseorang bersurai orange pendek yang mengenakan celana pendek biru muda dan kaos putih polos yang sedang membawa pot berisi 2 bunga matahari.

Ia persilahkan masuk dan mereka sedikit mengobrol dan makan bersama.

"Hinata-san... Mengapa anda membawa bunga matahari? Padahal anda bisa melihatnya di taman belakang.. Dan mengapa anda memberikannya pada saya? Anda tidak memetiknya dari taman belakang kan?." Kageyama memainkan daun bunga tersebut.

"Sial aku ketahuan." Batin Hinata.
"Tentu tidak.. Aku memberikannya karena aku tidak sengaja mendengarkan dirimu menangis sambil mengatakan " Bunga Matahari " Ku pikir kamu menyukainya, makanya aku membawakannya dan berfikir kamu akan sedikit lebih baik.. Maaf jika aku lancang." Hinata mengepalkan tangannya karena ketakutan jika Kageyama akan memarahinya, lagipula ia sudah menyiapkan mental sejak lama.

"Hinata-san.. Sejak awal.. Mengapa sejak awal anda sangat baik padaku?."

"Maaf?." Hinata memiringkan kepalanya.

"Dan sekarang mengapa anda membawakan bunga matahari ini.. Saya tahu saya tidak bisa melupakan dirinya. Saya mencintainya. Saya benar-benar merindukannya. Saya takut kehilangan dia. Saya... Berterima kasih." Kageyama menangis lalu tersenyum di hadapan Hinata.

Hinata pun memeluk Kageyama yang masih menangis di dekapannya. Hangat, tubuh Kageyama sangat hangat dan semakin memanas, ia bisa simpulkan bahwa Kageyama mungkin sedang demam. Mungkin karena depresi? Atau karena tidak terbiasa dengan hal baru? Atau dia tidak menyukai keberadaan Hinata sekarang?.

Entahlah.

Hanya Kageyama dan Tuhan yang tahu. (dan juga penulisnya🌝)

Semalaman penuh Hinata menjaga Kageyama yang terbaring lemah di atas futon nya. Kedua matanya tak sanggup untuk terbuka, ia hanya ingin bertidur dengan nyenyak.

"Selama 2 tahun setelah aku tiada... Apa kamu tidak bisa tidur dengan nyenyak lagi.. Tobio-kun.." Batin orang bersurai orange, ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.

"Shoyou-san... Mau sampai kapan kamu berada di tubuhku?.. Aku sebenarnya rela membagi tubuhku untukmu tapi.. Apakah bisa kita berbagi hal yang sama?.." orang itu menangis di depan cermin oval yang besar.

•••••••••••••

Masuk ke alam mimpi Kageyama.

"Hinataaaaaaa" Kageyama berteriak mencari pria bersurai orange itu di antara tingginya bunga matahari.

"Tobio-kun..? Ada apa? Apa kamu merindukanku?.." Pria itu tidak membalikkan badannya.

"Oi boke!! sudah 2 tahun aku mencoba melupakanmu tapi mengapa kamu masih tertanam di ingatanku? Aku mencintaimu!." Kageyama berteriak sangat kencang, entah itu di dengar oleh pria di depannya atau tidak.

Pria itupun berbalik badan.
"Aku akan hidup di dimensimu, aku meminjam tubuh orang lain yang tampaknya tidak ingin melanjutkan kehidupannya." Lalu ia menghilang pergi bersama kabut di antara bunga matahari tersebut.

"Haha.. Kau bercanda iya kan?.. Shoyou.. Kembalilah.. Aku tidak peduli wujudmu apa.. Aku hanya ingin kau kembali.."

Kageyama terbangun dari tidurnya, ia tak sadar ada Hinata di pelukannya. Mukanya memerah dan sedikit kaku. Perlahan ia melepaskan pelukannya dan pergi ke kamar mandi.

"Sial! Apa yang telah ku lakukan selama aku tidur?! Bodoh! Bodoh! Bodoh!. Tunggu hari ini hari apa?." Kageyama membuka ponselnya dan terlihat jelas ada tanda yang mengharuskan ia ke Miyagi pagi itu juga.

Ia pun bersiap-siap agar tidak ketinggalan bis. Ia tak enak hati untuk membangunkan Hinata yang sedang tertidur pulas.

Mata blueberry nya tiba-tiba melihat ke arah leher Hinata yang ternyata ada bekas gigitan yang masih basah dan mengeluarkan 3 aliran darah dari gigitan itu.

"Ahhh Tidak- bagaimana bisa?!."

Hinata terbangun dan terkejut melihat ke arah Kageyama yang sudah menundukkan badannya sebagai tanda minta maaf yang sangat dalam.

Hinata terbangun.

"Kageyama-kun? Ada apa? Mengapa kamu seperti itu?! Duduklah.. Ku mohon jangan seperti itu." Hinata gugup dan bingung bagaimana cara untuk membangunkan Kageyama.

Ia hanya mendengarkan ribuan kata maaf dari Kageyama. Ia bertanya mengapa ia melakukan hal itu. Kageyama pun bangkit dan menanyakan sesuatu kepada Hinata.

"Anuu.. Hinata-san.. Apa yang telah saya lakukan saat saya tertidur?."

Muka Hinata langsung merah padam mengingat apa yang Kageyama lakukan saat ia tertidur.

"Jadi.. Kamu menarik tanganku yang ingin mengganti kompres di kepalamu. Lalu tiba-tiba kamu duduk dan memeluk ku. Aku jatuh kedalam dadamu yang sangat hangat... Lalu tiba-tiba kamu menerkam leherku.. Walaupun itu sakit aku tidak memperdulikannya sama sekali.. Aku hanya ingin kamu sembuh.. Lalu kamu kembali berbaring, saat aku ingin pergi kamu menarik pinggang ku dan mendekapku dalam pelukanmu... Hanya itu saja."

Kageyama duduk, namun wajahnya masih menghadap kebawah.

"Hinata-san... Maafkan aku.. Aku tidak sadar dengan apa yang ku lakukan.. Aku benar-benar bodoh." Mukanya terus menghadap ke bawah, ia tidak memiliki keberanian lagi untuk menatap orang di depannya tersebut.

Kageyama melingkarkan tangannya di pinggang Hinata lalu memeluknya, mendekap nya di dadanya yang hangat. Membiarkannya merasakan aroma yang membuatnya nyaman dan hangat.

"Hinata-san... Apa kamu om—"

Ponsel Kageyama bergetar tanda ada panggilan masuk. Ia pun melihat ponselnya dan Natsu menelponnya.

"ANIKI KAU DIMANA?!! BIASANYA KAU DATANG 3 JAM LEBIH AWAL!! JARAK TOKYO KE MIYAGI JAUH LOH!! KAU JANJI KAN DATANG KE PERTANDINGANKU?!!. "

Kageyama menjauhkan ponselnya agar tidak terlalu mendengarkan ocehan yang bisa membuat telinganya rusak.

"Iya Iya aku datang, ini baru jam 5 pertandinganmu dimulai jam 10 BOKE!!!. TUNGGULAH DISANA SAMPAI AKU MENELFON MU KEMBALI."

"Baiklah tuan Kageyama, tolong cepat yaa atau Nii-chan akan marah padamu." Telefon ditutup.

"Sialan anak itu! Kalau menyangkut soal kakaknya aku tak akan diam. Hinata-san ayo cepat kita bersiap saya akan membawa anda menemui Natsu di Miyagi."

"Mi-Miyagi?."

Kageyama memiringkan kepalanya.

"Ada apa?."

"Hahahaa tidak apa-apa, ayo kita bersiap-siap."

My Sunflower (KageHina) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang