We're only gettin' older

1.8K 102 7
                                    

Seorang pria yang berpakaian serba hitam berjalan sambil menangis dan menghujati dirinya sendiri. Rintik-rintik hujan membasahi tubuhnya yang sedang duduk di taman yang sepi. Hanya ada satu lampu jalan yang hidup membuat suasana semakin sunyi.

"Bunga matahari ini mirip denganku kan?." Suara itu masih bergema di pikirannya, dia masih tidak siap menghadapi kenyataan yang telah terjadi padanya.

"Ternyata aku tidak sanggup untuk melupakanmu....Bunga Matahariku."

2 tahun sebelumnya.
.
.
.
.

"Kageyamaaaaaaaaaaaaa" Hinata berlari sambil berteriak di koridor sekolahnya menghampiri seorang pria yang sedang menunggu sekotak susu di mesin minuman.

"Sudahku bilang jangan berlari sambil berteriak bodoh!!!" Dia langsung menarik rambut Hinata sampai Hinata kesakitan.

"Bodoh mau sampai kapan kamu menarik rambutku?..." Hinata yang kesal menata rambutnya seperti semula.

"Sudah tahu sakit, makanya jangan berulah terus." Dia berjalan duluan lalu disusul oleh Hinata.

Mereka berjalan berdua menuju lapangan voli dimana mereka bisa lebih leluasa baku hantam eh maksudnya bermain voli. Daun-daun kering berterbangan kemana-mana. Angin di musim gugur sangatlah kencang sampai membuat anak berambut jeruk itu kedinginan. Tiba-tiba Kageyama membalut Hinata dengan syal hitam miliknya.

"Ka-Kageyama?"

"Apakah sudah hangat?" Dia bertanya sambil menutupi hasratnya yang ingin memukul Hinata, karena dia membuat wajah yang tidak biasa dia lihat. "Ya Tuhan mengapa dia sangat imut?!!." Kageyama berbicara didalam hatinya.

"Ini hangat.. Tapi jarak dari tempat kita ke lapangan cuma 10 langkah lagi padahal." Dia menunjuk ke arah pintu masuk.

Sugawara dan Daichi yang daritadi melihat dari balik pintu hanya bisa menahan tertawa mereka. Muka Kageyama seketika berubah menjadi merah seperti buah tomat. Hinata lalu berlari menuju ke dalam dan berganti bajunya.

Dari kejauhan Nishinoya dan Tanaka berada di ruang peralatan, mereka berbicara tentang keluh kesah masalah hidup mereka.

"Sejak ujian minggu lalu aku ingin sekali makan daging." Tanaka melempar sapunya ke pojokan ruangan.

"Kau bercanda? Bukannya kemarin kita baru saja merayakan kemenangan kita? Bodoh." Noya melempar sapu nya juga ke pojokan.

"Aku tidak mau sampai kalian berdua sakit." Kata manager mereka yang masuk untuk mengembalikan sapu.

"Ti.. Tid...Tidak Kiyoko-san kami pasti kuat sampai kamu bisa menerima lamaran kami, benarkan Noya?!!??..hehe." Noya pun mengangguk tanda setuju.

"Tenang saja aku tidak berniat menerimanya" Dia meninggalkan mereka berdua. "Harusnya aku tidak mengangguk tadi." (Kasian Noya =<=).

Yamaguchi datang sendirian tanpa Tsukishima karena dia sedang terkena flu musim gugur. Dia lalu memanggil Hinata untuk memberikan catatan tugas yang Hinata belum mengerti.

"Ohhh ternyata bisa mudah begini." Wajahnya terlihat bahagia dan sangat senang.

"Kalau itupun aku juga bisa." Potong Kageyama yang muncul tiba-tiba diantara mereka berdua.

"Coba saja Tsuki ada disini mungkin dia sudah memberimu kata-kata yang bisa membuatmu naik darah." Hinata tertawa namun di tabok oleh Kageyama yang kesal.

"Boke!! Hinata Boke!!!."

"Baka!! Kageyama Baka!!!."

.
.
.

Mereka latihan seperti biasa sampai jam 7 malam.

"Kageyama boleh aku berbicara denganmu sebentar?" Tanya Sugawara yang memanggilnya untuk keluar disusul oleh Daichi.

15 menit kemudian.

"Baiklah aku pulang duluan yaa!!." Hinata melambaikan tangannya sambil berjalan keluar. Saat dia sudah sampai di parkiran, Kageyama muncul membawa sepedanya.

"Ayo naik sini, kita pulang." Kageyama menyuruh Hinata untuk duduk di belakang sepedanya.

Hinata terdiam sebentar karena kaget.

. . . .

"Kageyama apa kamu sakit? Mengapa kamu bertingkah seperti ini? Dan itu kan sepedaku."

"Itu karena- ahh lupakan cepat naik sebelum larut!." Kageyama menarik Hinata agar naik

Selama perjalanan mereka berbicara tentang bahasa isyarat yang biasa Kageyama dan Sugawara gunakan ketika di dalam pertandingan. Kageyama terdiam dan tersenyum mendengar suara-suara yang Hinata keluarkan semua itu terasa begitu indah. Angin malam yang berhembus kencang membuat tubuh mereka berdua kedinginan.

"Hei Kageyama bisakah kita berhenti di bangku taman itu?." Dia menunjuk ke arah taman yang masih terang.

"Hah? Buat apa?"

"Beristirahat sebentar, kamu pasti capek menaiki tanjakan yang sangat tinggi tadi." Hinata tertawa kecil.

"Baiklah baiklah" Kageyama pasrah dan berhenti di sana. Mereka berdua duduk dan memakan roti lapis keju yang Hinata beli saat istirahat sekolah tadi.

"Ternyata enak juga." Kageyama memakannya dengan lahap. (Bagi kek bang:' )

"Benar kan? Aku juga suka rasa ini, juga termasuk murah hehe."

Rintik-rintik hujan perlahan membasahi mereka berdua yang sedang duduk di bangku taman kecil itu.

"Ohhhh, hahh?!! Yahhh."

"Hujan nih sepertinya.. Hei Kageyama apa kamu bawa payung?."

Kageyama mencari payung di dalam tas nya namun tidak menemukannya. "Tidak, aku tidak membawanya."

"Bagaimana kalau kita lari? Dari sini ke rumahku tidak begitu jauh kok." Hinata berdiri dan mencoba mengajak Kageyama berlari dengannya.

"Baiklah, tapi apa boleh malam ini aku menginap dirumahmu? Aku sedang kabur dari rumah." Mukanya terlihat lesu dan seperti memikirkan hal yang sangat berat.

"Kageyama, ayok kita lari" Hinata menarik tangan Kageyama dan mereka berlari di bawah hujan yang tidak terlalu deras.

Malam itu terasa lebih nyaman dirinya.

My Sunflower (KageHina) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang