Cerita ini berawal ketika sosok Nora Anggara yang sedang duduk di bangku kelas 3 SMP.
"Nora, siap-siap nya lebih cepet! Kita udah hampir telat ini," teriak Tiffani kepada adik perempuannya.
Yap, sebelumnya perkenalkan dia Tiffani kakak perempuan Nora , mereka hanya berjarak 5 tahun saja. Dan kini Tiffani yang sering Nora panggil Fani tengah menempuh pendidikan tinggi di salah satu universitas.
"Bentar ih, sepatu Nora ilang satu," jawabnya yang terus sibuk mencari keberadaan sepatunya.
"Sepatu lo satunya di bawah neng, cantik-cantik kok pelupa," sindir Tiffani yang langsung menyeret Nora turun ke bawah.
"Ma, Bun, kita berangkat dulu. Assalamu'alaikum," pamit Tiffani berlari menyambar kunci mobilnya.
"Iya hati-hati, wa'alaikumsalam,"
Kini keduanya tengah berada di dalam mobil. Pertama-tama Fani akan mengantarkan adik kesayangannya menuju sekolah.
"Nanti pulang jam berapa?" Tanya Fani melirik sekilas ke arah Nora.
"Kayak biasanya,"
"Ya biasanya jam berapa?" Tanya Fani sedikit agak ngegas.
"4 sore," jawab Nora tak kalah ngegas dari kakaknya.
"Lo belajar dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore perasaan nggak pinter-pinter," ejeknya yang lagi-lagi menyulut darah rendah Nora.
"Nyindir ya?"
"Orang kenyataan juga, gak terima bisa tinggal bilang!"
"Gue tuh pinter ya, cuman ya pinter nya gue beda ama yang lain," bela Nora pada dirinya sendiri. Definisi self love katanya.
Tiffani manggut-manggut seolah mempercayai apa yang dikatakan oleh adiknya. "Serah lo deh Ra, udah nyampe tuh, gak mau turun?"
"Iya-iya turun"
Terlihat satpam sekolah yang jengkel dengan kelakuan Nora dan kakaknya. "Neng, mau sekolah gak sih? Bapak capek nih, ditungguin dari tadi kok malah ngobrol mulu," protes pak satpam pada Nora yang masih ada di luar.
"Cielah pak gitu aja ngambek, yaudah cepetan masuk keburu telat!"
"Maaf mbaknya neng Nora, tapi emang udah telat dari tadi."
"Tuh kan, kakak sih." Buru-buru Nora lari menerobos beberapa rombongan kakak kelas di hadapannya.
Dan tak lama
Gedubrak
Aduh
Yaaa, ia telah selesai menabrak seorang laki-laki, eh bukan, sepertinya dia kakak kelas. Nora mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah kakak kakak tadi untuk beberapa saat. Wajahnya ya ampun, bersih berseri. Mulus seperti ompreng baru emak.
"Kamu gapapa dek?" Tanyanya merapikan beberapa lembaran kertas yang berserak.
"Eng-- eng-- engga kak," gagapnya yang masih mengatur napas.
"Adiknya malu woy, lo kegantengan sih wajahnya. Bulukin dikit napa biar standar,"
"Mulut lo," bukan, itu bukan kakak tadi, itu kakak cewek yang berdiri di samping kakak laki-laki yang sedang ngomong.
"Maaf ya dek,"
"Maaf kak harusnya aku yang minta maaf, kan aku yang nabrak kakak,"
"Dek, gapapa kali yang minta maaf kakaknya. Jarang-jarang lho dia minta maaf,"
"Mulut lo gue sumbat roti mau ga cung?"
"Mau lah, kan enak,"
"Diem bege!" Seru kakak perempuan sambil mengacungkan tangan kearah kakak cerewet.

KAMU SEDANG MEMBACA
(Our) Meeting?
Teen FictionMalam itu tiba, malam yang tidak pernah ditunggu-tunggu oleh keduanya. Akankah ada sebuah kata pisah? Atau malah harap tersebut akan kian nyata? Entahlah, sepertinya masih begitu rumit untuk diputuskan. "Semoga kita dapat bertemu kembali di titik ya...