Hari ini merupakan hari ketiga Nora harus menjalani hukumannya. Mudah sih, cuman kalau dia yang jalanin jadi agak berat. Gimana gak berat, ketika lo ngejalanin hukuman dan nyelesein hukumannya malah sama ketua OSIS SMA sebelah!?
"Apaan si liatin ke spion mulu," ketus Nora menatap tajam ke arah spion motor.
"Gak boleh emang?" Tanya Hussein yang balik melihat melalui spion motornya.
"Itu kan spionnya ngarah ke saya," jawabnya yang benar-benar ingin memukul lawan bicaranya.
"PD banget kamu!"
"Ih, orang iya, coba matanya ngadep sini biar saya colok." Ancam Syahra menyorotkan tatapan tajamnya.
"Enak aja,"
"Dih,"
"Sepulang sekolah masih saya tunggu di parkiran." Pesan Hussein yang lagi-lagi mengundang kekesalan Syahra.
"Lah, masih harus bareng lagi?"
"Iya lah, itu udah jadi konsekuensi mu."
"Hmm, udah sampai, saya turun sini aja!"
"Enak aja, tidak semudah itu,"
Dan Nora pun dibawa melaju ke arah parkiran atas SMA sebelah. Malu nggak? Ya, jelasnya malu. Karena itu juga, ia mendapat banyak tatapan tajam dari para mbak-mbak yang kecentilan.
"Kak udah ih, malu diliatin. Nanti dikirain ada apa-apa lagi," protesnya memukul agak keras punggung Hussein.
"Senyumin aja, kan kita emang ada apa-apa." Tuturnya menahan rasa sakit akibat pukulan Syahra.
"Heh!"
"Loh iya kan, kamu sedang dihukum dan saya yang bantuin hukuman kamu."
"Iya juga sih, pokok kalo ada apa-apa sama saya tanggung jawab!" Desaknya menyembunyikan wajah dari tatapan tatapan tajam.
"Dih, emang kamu siapa?"
"Gatau, emang saya siapa?" Tanyanya memasang wajah kesal.
"Nora Anggara kan?" Tanya Hussein yang entah polos atau menang tidak mengerti.
"Hmm, bodo." Pungkasnya sedikit berlari kecil menuju kelas .
Begitulah seterusnya sampai kedua manusia itu sampai di depan kelasnya masing-masing. Tatapan itu belum hilang, ya benar saja, selangkah Syahra masuk ke dalam kelas sudah diserbu pertanyaan-pertanyaan oleh warganya. Bentar kan warga kelas pada gak tau ya. Oke lanjut.
"Ra, lo sama siapa tadi?" Tanya Michal yang merupakan ketua kelas.
"Gatauu, ga kenal juga gue," jawab Nora yang tidak begitu memperdulikan pertanyaan Michal.
"Heh dodol, mana mungkin gak kenal bisa bareng!"
"Wahai Ical yang gantengnya amit-amit ini, gue belum kenalan!" Tegasnya yang tak ingin berdebat dengan Michal.
"Ya kan ada name tag nya sayangku," sahut Kiara yang berdiri tak jauh darinya.
"Ya gue ga liat, penting gitu nama dia?"
"Ga ngerti, tanya aja itu sama Ical."
"Lo cemburu ya Cal?" Tanyanya yang kini berdiri tak jauh dari Michal.
Michal diam karena ia tersudutkan sekarang. Oke Nora, Michal kayaknya bentar lagi ngaku nyerah.
"Gapapa kali Cal, mending malu daripada malu-maluin," selorohnya menepuk pundak Michal.
Terlihat seisi kelas tertawa. Bukan menertawakan guyonan Nora, lebih tepatnya mereka menertawakan kenyataan bahwa Michal benar-benar tidak diinginkan Nora. Sehebat apapun usahanya, pasti Nora mampu memupuskan.
Balik lagi sama Nora, kini pelajaran Pak Rizal telah mulai. Seperti biasanya, rasa kantuk mulai menelusup ke diri perempuan kucir kuda tersebut.
"Pak Rizal!" Panggil Nora kepada Pak Rizal yang tengah menerangkan.
"Ya?"
"Bapak ganteng deh pak," ucapnya sedikit mengedipkan matanya.
"Bentar, kamu kelilipan ya?" Tanya Pak Rizal melihat mata Nora yang berkedip-kedip.
"Nggak pak, lagi disko matanya dia," celetuk Pipin yang merupakan bad boy kelas kakap mereka.
"Pak ya ampun pak, seriusan deh bapak tuh makin ganteng," ulang Nora beralih mempersembahkan senyum lebarnya.
Pak Rizal yang sedikit peka atas perilaku anak didiknya itupun tersenyum. Bukan Nora namanya kalau nggak ngasih kode-kode rahasia ke Pak Rizal.
"Mau izin ke toilet?" Tanya Pak Rizal yang sudah sangat-sangat peka.
"He'eh pak, boleh ya," pintanya memelaskan wajah.
"Ya udah sana, Caca tolong temenin ya! Bapak takut soalnya, takut-takut dia ketiduran di toilet lagi,"
"Siap bapak, laksanakan," jawab Caca bangkit dan menggandeng paksa tangan Nora.
Dan di sepanjang koridor kelas, Nora terus terus bergumam kesal. Entah apa yang sedang membuatnya kesal. Tapi enak aja rasanya kalau ia bergumam tak jelas.
"Ca, lo kenapa mau sih disuruh nemenin gue?" Tanya Nora sedikit menoleh kearah Caca.
"Biasa, lagi carmuk," ini anak jujur sekali bunda.
"Dih, mending cari orang yang mukanya dua Ca!" Saran Nora yang seketika membuat Caca tertawa.
"Gak perlu, Nora! Orang yang mukanya dua aja belum tentu baik kedua-duanya,"
Nora yang mendengar ucapan Caca pun menghentikan langkahnya.
"Ca, lo gue tampol mau ga? Gemes banget ya ampun!" Ucapnya mencubit gemas pipinya sendiri.
gimana, suka nggak? ditunggu loh komennya

KAMU SEDANG MEMBACA
(Our) Meeting?
Teen FictionMalam itu tiba, malam yang tidak pernah ditunggu-tunggu oleh keduanya. Akankah ada sebuah kata pisah? Atau malah harap tersebut akan kian nyata? Entahlah, sepertinya masih begitu rumit untuk diputuskan. "Semoga kita dapat bertemu kembali di titik ya...