"Cewek itu butuh kepastian, tapi cowok hobinya lari-larian," ucap Nora spontan ketika menutup buku catatannya.
"Halah cewek bisanya ngomong gitu doang, giliran dikasih kepastian nggak mau," sahut Satriya yang malah membawa mereka ke sebuah perdebatan kecil.
"Ya gimana mau nerima orang dikasihnya cuman kepastian doang bukan keseriusan!"
Satriya berdecak, entah apa yang sedang merasuki jiwa adik kelasnya ini. Di saat yang serius malah diajak bercanda dan di saat ingin bercanda, pembicaraan malah serius.
"Giliran mau diseriusin bilangnya aku belum siap," papar Satriya mencubit gemas pipi Nora.
Terlihat Nora menggembungkan pipinya, tanda kesal dengan ucapan dan perilaku spontan Satriya. Dengan wajah yang berwarna merah muda, ia berteriak agak lirih.
"Bang Sat!" Teriak Nora melempar buku ke arah Satriya.
"Apa?" Tanya Satriya dengan nada agak ngegas.
"Lo!" Jawabnya yang masih menatap Satriya.
"Dih, gaje tau gak!" Ucap Satriya melempar balik buku tadi.
"Oh iya lupa, cewek kan hobinya bergelung di atas ketidakpastian yang masih abu-abu," lanjut Satriya mencoba menelisik masuk ke netra coklat milik Nora.
"Heh, mulutnya cowok ternyata suka gitu ya! ngomongnya aku chat gini cuman sama kamu doang, eh besoknya jalan ama yang lain!" Ucap Nora memberi pembelaan pada dirinya sendiri.
"Kita lagi kumpulan pengurus harian guys, bukan debat!" Lerai Naya yang malah mendapatkan sentakan telak.
"Diem lo!" Sentak Nora dan Satriya secara bersamaan.
"Kita pulang aja ya Ra," ucap Naya menahan tubuhnya yang bergetar karena kaget.
"Ga boleh, emang siapa yang nyuruh kalian pulang?" Tanya Nora dengan napas menggebu-gebu.
Ya udah deh mereka gak jadi pulang. Dan akhirnya berlanjut mendengarkan perdebatan dua anak manusia tersebut.
"Kayaknya kalian jodoh deh," netral Siska bersedekap tangan.
"Sama dia? Amit-amit, ogah," celetuk keduanya secara bersamaan.
"Kita pulang aja ya Ra," ulang Siska mengucapkan kalimat yang sama.
Terlihat Nora menghela napas panjang. Mencoba menetralkan emosinya yang ingin ia tumpahkan.
"Ya udah, lo sekalian pulang sana!" Ucap Nora secara kasar yang berarti mengusir.
"Gak, gak mau, ape lo?" Tanya Satriya yang kali ini benar-benar membuatnya kesal.
"Dasar bang-"
"Bangunan sekolah dasarnya bagus ya," lanjutnya yang terpaksa harus mengganti kata.
Nora terpaksa mengganti ucapannya karena kakak serta kedua ibunya telah pulang.
"Eh ada teman-temannya Nora, udah lama ya?" Tanya Bunda Elda melirik sekilas teman-teman Nora.
"Baru dua jam an bun," jawab Siska mewakili jawaban teman-temannya.
Bunda Elda tersenyum ke arah teman-teman Nora dan berjalan menaiki tangga. Setelah itu ganti Tiffani yang datang menghampiri mereka membawa sepiring permen coklat.
"Nora nya galak ya?" Tanya Tiffani menoel pipi adiknya yang terlihat kesal.
"Iya mbak, galak banget adiknya." Jawab Satriya melirik ke arah Nora.
"Mulutnya boy dikondisikan dong!" Tegur Nora melempar kulit kacang bekas gigitannya.
Terlihat Tiffani tersenyum ke arah Syahra dan teman-temannya. Dan hal itu sontak membuat Syahra melempar beberapa kacang ke arah kakaknya.
"Ih, apa sih dek?"
"Mukanya gak usah sok di manis-manis in!"
"Ih, kenapa? Takut perhatiannya Satriya kakak ambil ya?"
Bukannya lekas menjawab, Nora malah makin memanyunkan bibirnya. Dan hal itu malah membuat teman-teman juga kakaknya tertawa geli. Jahat banget emang ketika kitanya nggak ngapa-ngapain, tapi malah diketawain.
"Mulutmu itu loh!" Seru Tiffani di sela-sela tawanya.
mati topik banget di cerita kali ini, huhu. solusinya dong, apa yang harus tak lakuin? apa harus ngebuat jadwal secara terstruktur dulu?
![](https://img.wattpad.com/cover/268654710-288-k95868.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Our) Meeting?
Fiksi RemajaMalam itu tiba, malam yang tidak pernah ditunggu-tunggu oleh keduanya. Akankah ada sebuah kata pisah? Atau malah harap tersebut akan kian nyata? Entahlah, sepertinya masih begitu rumit untuk diputuskan. "Semoga kita dapat bertemu kembali di titik ya...