(10)

7 1 0
                                    

"Mas juga kangen sama papa," ucapnya sembari duduk di samping Nora.

Pandangannya terarah pada lamunan Nora yang terlihat sangat sendu. Dengan memanfaatkan waktu yang ada, Baskara memutuskan untuk mengajak Nora jalan-jalan.

"Cepet tidur ya, besok jalan-jalan sama mas,"  pesannya mengakhiri percakapan malam itu.

"Tapi kan aku masih sekolah!" Protes Nora menautkan kedua alisnya.

Hal itu seketika malah membuat Baskara bergidik, adiknya yang satu ini kadang kalau marah sudah seperti ingin memakan orang.

"Izin sehari aja masa nggak boleh sih?"

Ya, begitulah sosok Baskara memperlakukan Nora. Kalau bisa izin, kenapa harus sekolah, hehe canda.

"Yaudah iya"

Dikarenakan besok Nora tidak masuk sekolah, mau tidak mau ia harus menghubungi Hussein. Untung saja waktu itu sempat minta nomer Hpnya Hussein, hehe.

Belum juga Nora mengucapkan salam untuk yang di seberang, dering tersebut malah sudah berubah menjadi suara orang.

"Halo, kenapa?"

"Salam dulu kek!"

"Iya-iya, wa'alaikumsalam, ada apa?"

"Besok Nora nggak masuk, nitip surat ya,"

"Loh, kenapa? gak biasanya,"

"Ada keperluan keluarga, kak!"

Entah karena apa, pernyataan yang diungkap oleh Nora malah membuat Hussein mendadak dilanda galau tak karuan. Apakah benar di hatinya terdapat rasa untuk Nora?

"Besok tolong mampir rumah beneran ya kak, makasiiii, mwaah."

eh gue apa-apaan sih?

Dan yang dilakukan keduanya adalah diam mematung sambil memandangi handphone mereka masing-masing. masih tidak menyangka bahwa bentuk keakraban Nora untuk sahabatnya malah terealisasikan pada Hussein juga.

Karena begadang itu nggak baik buat tubuh, maka Nora memutuskan untuk segera tidur. Namun, ketika matanya mulai terpejam, bukanlah rasa kantuk yang datang, melainkan rasa rindunya untuk seseorang di seberang sana.

••

Pagi datang, sesuai pesan Nora kemarin, maka pagi ini Hussein datang untuk membawa surat Nora.

Ting
Tong
Teng

Bel rumah tersebut berbunyi tepat pada jam enam pagi. Kiranya siapa yang pagi-pagi buta begini datang bertamu, mungkin seperti itu batin sang pemilik rumah.

"Ya, sebentar!" Ucap Bunda Elda berjalan menuju pintu utama.

Ceklek
Ceklek

"Eh, ada Mas Hussein, ada apa ya mas?" Tanyanya menilik jengkal demi jengkal wajah pemuda di hadapannya itu.

Hussein tersenyum tipis ke arah Bunda Elda. rasanya begitu canggung, apalagi ia datang pagi-pagi sekali. sudah seperti tidak ada kerjaan saja.

"Mau mengambil surat titipannya Nora, bu," jawab Hussein yang masih tersenyum ke arah Bunda Elda.

"Oalah itu, sebentar ya," jawab bunda dan berjalan masuk ke ruang tengah.

butuh waktu hampir lima menit untuk menunggu Bunda Elda kembali menuju pintu utama. Sedikit merasa iba sesungguhnya, tapi Hussein juga merasa kurang sopan kalau masuk rumah orang tanpa di suruh.

"Ini mas, nitip ya, maaf agak ngerepotin Mas Hussein," ujar bunda memberikan sebuah amplop putih pada Hussein.

"Iya bu, enggak ngerepotin kok, kalau begitu Hussein pamit dulu. Mari bu," pamitnya setelah menerima surat izin milik Nora.

Setelahnya, Hussein pun langsung menuju pergi ke sekolah. Mungkin lima belas menit sudah berlalu, kini ia sudah sampai di parkiran sekolah. Berhubung Hussein orangnya agak lupa lupa ingat, ia malah membawa surat Nora sampai jam pelajaran berlangsung.

Dan tiba-tiba saja Hussein mendapatkan sebuah notifikasi yang berisi.

"Kak, suratku udah nyampe di kelas kan!?"

oh iya, lupa

Seketika saja Hussein langsung menepuk jidatnya panik. Ralat, bukan panik, melainkan kaget karena ia lupa memberikan surat tersebut ke kelas Nora. Dan dengan cepat, Hussein langsung meminta izin ke guru pengajar yang pagi itu sudah datang.

Mungkin jarak antara SMA dan SMP mereka tidak berkilo-kilo meter, tetapi juga bisa dikatakan amat sangat jauh. ya, soalnya kehalang lapangan olahraga yang lebarnya aduhai banget.

Tok
Tok
Tok

Ketukan pintu di kelas tersebut berhasil mengalihkan fokus mereka.

"Ada apa ya mas?" Tanya seorang guru yang tengah menjelaskan materi.

"Maaf bu sebelumnya, mau menghantarkan surat dari Nora." Jelasnya melangkahkan kaki masuk ke dalam kelas.

Dan yang terjadi setelah Hussein menjelaskan tujuannya pun, sekelas langsung ramai tidak terkira. Ada yang sibuk mencari tahu, ada pula yang sibuk bertanya-tanya pada teman mereka, pun ada yang langsung menghubungi Nora.

"Oh, iya mas," jawab guru pengajar setelah menerima surat Nora.

"Mari bu, permisi," ucap Hussein berjalan keluar kelas.

Setelah menyampaikan surat izin Nora, Hussein langsung saja kembali ke kelas. namun, setelah sampai di kelas, malah mata pelajarannya yang telah usai.

"Sakit apa?" Tanya Hussein mengetikkan sebuah pesan untuk Nora.

"Lah, yang bilang aku sakit siapa?" Pertanyaan balik tersebut membuat Hussein teringat bahwa Nora izin, bukan sakit.

"oh iya, lupa. besok masuk kan?"

"masuk dong, nanti ada yang kangen kan jadinya susah."

"siapa tuh?"

"kamu,"

Sepertinya Hussein mulai mati topik, entah karena bingung atau dirinyalah yang mulai bingung mengekspresikan rasa. Dan pesan tersebut berakhir tepat di Hussein, ia telah kehabisan kata untuk mulai membahas topik baru ataupun melanjutkan topik yang sudah ada.













•_•

Sehat selalu ya! terima kasih

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Our) Meeting?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang