Part 12

21 2 0
                                    

Haiii, enjoy this chapter. Happy reading🌻

***

Setelah sebelumnya menghubungi Haifa, Hanum mengikuti ke mana saja Satria berjalan. Gadis itu kagum dengan Satria yang mengetahui seluk beluk pasar dengan baik. Apakah laki-laki itu sering berbelanja?

"Bunda lo marah nggak, anaknya diajakin jalan sama gue?" tanya Satria.

"Hm? Ah, nggak kok. Bunda udah tahu juga kalau kamu sepupunya Faisal."

Satria memberhentikan langkahnya. Mereka kini berada di depan sebuah kios yang menjual berbagai macam dvd.

"Kamu mau beli kaset dvd?" Hanum bertanya.

Satria tak menghiraukan pertanyaan gadis di sampingnya. "Masuk, yuk," ujarnya seraya menarik tangan Hanum.

"Minggu lo ada acara nggak?" tanya Satria. Ia kini tengah mengamati satu per satu kaset dvd yang berada di sana.

Hanum yang mengekorinya menggeleng sebagai jawaban. "Nggak ada. Kenapa?"

Satria mengalihkan pandangannya pada Hanum. Kepalanya masih terbungkus helm Baymax milik gadis itu.

"Gue mau ngajak lo nonton."

Hanum mengerjap, mulutnya sedikit terbuka. Gadis itu lalu berdeham.

"Nonton bioskop?" tanyanya, memperjelas. "Atau nonton tv?"

"Ck!" Satria berdecak, namun sedetik kemudian ia terkekeh. "Nonton wayang, Han," candanya.

"Eh, emang ada?" Gadis itu bertanya dengan raut wajah polos. "Aku kira zaman sekarang udah nggak ada pertunjukan wayang."

Satria ingin menggaruk kepalanya yang tak gatal, namun urung karena helm Baymax tersebut masih menempel di sana.

"Hanum. Jujur, ya, gue nggak suka nonton wayang. Lagipula, gue nggak tahu zaman sekarang masih ada pertunjukan wayang atau nggak."

Hanum mendengarkan dengan saksama.

Satria, laki-laki itu mendengus. Gemas dengan kepolosan gadis di hadapannya.

"Han, gue ngajak lo nonton, ya nonton film lah. That's why gue ngajak lo ke toko kaset. Ya mikir aja masa gue ngajak nonton wayang. Hih!"

Tangan laki-laki itu beranjak mencubit pipi Hanum dengan gemas. Namun dengan segera ditepis oleh gadis itu.

"Ya ... kan aku nggak tahu. Kirain emang beneran nonton wayang." Hanum nyengir, menampilkan deretan giginya yang rapi.

Satria yang melihatnya jadi ikut tertawa. Senyumnya merekah lebar.

"Lo tuh ngegemesin, deh, Han. Pantes aja si Bujang Lapuk demen sama lo."

"Hah?" Hanum menatap Satria dengan pandangan aneh.

Pandangan Satria beralih pada kaset-kaset di hadapannya. "Lupain aja. Bantuin gue cari film yang bagus."

Hanum tersenyum tipis. Ia tahu, Faisal memang menyukainya. Bahkan, laki-laki itu sempat menyatakan perasaannya secara langsung pada Hanum.

Namun sayangnya, gadis itu tak memiliki perasaan serupa seperti yang dimiliki Faisal. Hanum menganggap Faisal seperti kakaknya sendiri. Hanya sabatas itu, tak pernah lebih.

"Kamu nyari film apa?" Hanum ikut menilik berbagai judul kaset dvd di hadapannya.

Pada akhirnya, kedua remaja tersebut menghabiskan waktu di sana. Terlarut dengan kegiatan mereka, hingga hari mulai gelap.

***

Faisal kira, ia akan pulang lebih malam dari biasanya. Namun ternyata tidak, Bu Dede membubarkan kegiatan pada jam setengah enam sore. Faisal pun bergegas pulang ke rumah.

Ketika ia berdiam di balkon, laki-laki itu tak mendapatkan lampu di kamar Hanum menyala seperti biasanya. Lampu balkonnya juga masih gelap. Apa gadis itu belum pulang?

Dengan gerakan cepat, Faisal meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja belajar. Setelahnya ia kembali ke balkon dan duduk di kursi yang berada di sana. Jemarinya dengan cepat mengetikkan pesan untuk Hanum.

Hanum, kamu udah pulang?

Pesannya terkirim dan ceklis dua. Namun masih belum dibaca. WhatsApp Hanum terakhir aktif pada pukul 17.36, yang berarti sekitar dua puluh menit yang lalu.

Faisal mendesah cemas. Ia takut sahabatnya kenapa-kenapa. Sebab tadi ia menyuruh Hanum untuk pulang sendirian.

Hanum, u okay? Udah sampe rumah belum? Lampu kamar kamu masih gelap

Sekali lagi, laki-laki itu mengirim sebuah pesan. Tak berapa lama, sebuah suara menyadarkannya. Dengan segera Faisal bangkit dan melihat ke bawah.

Di bawah sana, tepat di depan rumah Hanum, gadis itu rupanya baru saja sampai. Tak sendirian, Hanum bersama dengan seorang laki-laki yang dikenal dengan baik oleh Faisal.

Hanum pulang bareng Satria? Batin pemuda itu bertanya.

Tak ingin berlama-lama melihat pemandangan tersebut, Faisal lebih memilih masuk kamarnya dan bersiap-siap untuk salat maghrib. Meskipun pikirannya masih terbang memikirkan Hanum.

***

"Sat, makasih ya, udah nemenin aku pulang." Hanum mengulas senyum.

"Sama-sama. Thanks juga udah nemenin ke pasar. Minggu nanti kita nobar, bareng si Bujang Lapuk juga. Dijamin deh, filmnya seru abis."

Gadis itu mengangguk. "Kamu mau langsung pulang?"

Satria terdiam sebentar, ia menatap sekilas rumah di samping milik Hanum. Lantas pemuda itu mengangguk. Tadinya, ia mau mampir sebentar ke rumah Faisal, namun urung ia lakukan karena hari sudah larut. Tidak enak juga bertamu pada jam-jam seperti sekarang.

"Gue langsung pulang. Nanti sekalian salat maghrib di jalan."

Hanum membulatkan mulutnya. "Yaudah, hati-hati ya."

"Oke. Lo masuk, langsung istirahat."

Tadinya, Satria mau menunggu Hanum hingga gadis itu memasuki rumahnya. Tapi, rupanya Hanum masih setia menungguinya.

"Kenapa belum masuk? Buruan, udah maghrib nih. Ntar lo diculik sama hantu lagi."

Hanum terkekeh kecil. "Helm aku, Sat. Belum kamu balikin."

"Oh!" Satria tertawa. Segera saja ia melepas helm tersebut dari kepalanya. Bahkan, ia baru sadar kalau sejak tadi masih memakai helm tersebut.

"Nih, gue balikin. Sayang banget kayaknya lo sama helm itu."

"Heem. Helm ini hadiah dari kakak aku."

Satria mengangguk. "Gue pamit beneran, ya. Dari tadi nggak jadi-jadi."

Hanum tersenyum kecil, lantas mengangguk. "Iya, hati-hati di jalan."

Satria mengacungkan jempolnya, lalu mengedipkan sebelah matanya ke arah Hanum. Setelahnya pemuda itu pergi meninggalkan Hanum yang masih berdiri di tempatnya. Terpaku sebab perlakuan Satria yang selalu di luar dugaan.

***

Cianjur, 10 mei 2021
snrni

HanumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang