Part 14

22 1 0
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Seperti biasa, tempat yang akan dijadikan markas untuk berkumpul pasti rumah Faisal. Namun kali ini ada Syifa yang ikut nimbrung. Dibandingkan ikut bercengkrama dengan orang-orang dewasa yang bersamanya, gadis kecil itu justru asyik menonton serial kartun di Youtube sembari menyesap susu kacang hijau yang dibawakan Satria untuknya.

Selain membawa kaset film yang tempo hari dibelinya dengan Hanum, Satria juga membawa gitar kesayangannya dan beberapa camilan untuk teman nonton. Seperti keripik kaca pedas, keripik singkong pedas, makaroni pedas dan kerupuk kulit. Pemuda itu memang pecinta pedas akut.

Selain Satria, Hanum juga membawa puding buah buatan Haifa dan seteko penuh sirup rasa leci. Sedangkan sang tuan rumah menyiapkan roti bakar dan tahu pedas. Hari ini mereka semua akan dimanjakan oleh film dan berbagai macam makanan.

"Train to Busan?" tanya Faisal memastikan kala Satria mengeluarkan kaset yang dibawanya.

Satria mengangguk. "Iya. Gimana? Keren kan gue milih filmnya. Seru, nih, tentang zombie."

Faisal mengedikkan bahunya. Ia bisa menonton film apa saja, jadi tak masalah jika Satria membawa kaset film ber-genre apapun. Tak membuang waktu lama, pemuda itu segera memutar film melalui laptop kepunyaan Faisal.

"Aman kan filmnya?" Hanum memastikan. Ia tak mau jika di tengah-tengah kegiatan menonton ada scene yang tak enak dilihat. Terlebih lagi ia menonton dengan dua pemuda laki-laki.

Faisal ikut menoleh pada Satria, ia juga belum pernah menonton film tersebut sebelumnya.

"Aman, kok. Tenang aja. Temen gue pernah cerita, malah katanya endingnya sad."

Hanum dan Faisal mengangguk-angguk. Mereka pun memulai sesi menontonnya. Sembari menikmati camilan, ketiganya menikmati jalan cerita dari film tersebut. Sesekali Syifa ikut melirik, namun gadis kecil itu justru ketakutan melihat penampakan zombie yang ditayangkan. Akhirnya, Syifa justru kabur ke dalam rumah setelah membawa puding, roti bakar dan kerupuk kulit.

Menjelang ending, alur film semakin mengaduk-aduk perasaan ketiganya. Terlebih ketika film akhirnya tamat, Hanum bahkan ikut menangis. Ia tak tega dengan sang pemeran utama yang meninggal dan mengorbankan nyawanya sendiri, meninggalkan anak gadisnya sendirian.

Setelah menyeka air matanya, gadis itu menyesap sedikit sirup dari gelas. Faisal dan Satria tidak terlalu terbawa perasaan seperti Hanum. Namun mata keduanya memang sedikit berkaca-kaca.

"Kok endingnya sedih banget, sih. Kirain nggak bakal sesedih ini," Hanum membuka pembicaraan setelah sepanjang film mereka saling diam.

"Gue juga nggak expect kalau bakal sesedih ini. Eh, Nyuk, lo pasti nggak ngerasa sedih ya?" tuding Satria pada Faisal.

Faisal mendelik tak terima. Begini-begini, ia juga terkadang suka baper kalau menonton film. "Siapa bilang? Gue sedih, kok," elaknya.

"Alah, buktinya elo nggak nangis tuh kayak Hanum."

"Emangnya lo nangis? Nggak, kan? Sedih tuh nggak harus nangis juga kali."

Satria mengedikkan bahunya. Faisal menggeram kesal. Sepupunya itu memang selalu saja membuatnya dongkol. Terlebih ketika sedang bersama Hanum.

"Han, lo mau gue nyanyiin nggak? Mumpung gue bawa gitar," tawar Satria.

Tentu saja Hanum tak menolak tawaran tersebut. Dengan semangat, gadis itu menganggukkan kepalanya. Faisal mendengus pelan. Andai saja ia bisa bermain gitar dengan baik, pasti dirinya juga akan memainkannya untuk Hanum.

"Ini lagu spesial buat lo, Han." Satria mengembangkan senyumnya. Sekilas, ia pun melirik pada Faisal dan menyunggingkan senyum geli. Pemuda itu mengernyitkan dahinya, menampilkan wajah penuh tanya pada Satria.

Did you ever stop and think
Why spend too much time just getting ready?
Let me be honest
I don't know a single thing
That I haven't done to make you notice me
Let me be real here
When I see you, my heart starts racing
But I don't know if I like this chasing
And playing and waiting around
It's a shame that my hand starts shaking
All of the time when you're around me
But this time
This time
Girl, I know what's bothering me
I need somebody to love, oh, na-na-na-na
Don't you see what's wrong with me?
I need somebody to love, oh, oh, oh na-na-na

Oh, sekarang Faisal tahu kenapa cecunguk itu meliriknya tadi. Lagu yang ia nyanyikan rupanya bukan hanya spesial untuk Hanum, tapi untuk dirinya juga. Sial. Faisal merutuk dalam hati. Kenapa liriknya relate dengan kondisinya sekarang.

Satria tersenyum geli melihat ekspresi Faisal. Lagu pilihannya memang tidak salah.

Berbeda dengan dua pemuda di hadapannya, Hanum menikmati permainan gitar dan suara Satria. Pemuda itu memang berbakat dalam bidang musik. Sama seperti kakaknya. Terlepas dari sifat tengil lelaki tersebut, Hanum menyukai Satria karena kelebihannya itu.

"Gimana lagunya? Bagus, kan?" Satria melirik Hanum dan Faisal bergantian.

"Bang Sat, bagus banget lagunya." Faisal mengulas senyum dengan terpaksa. Satria terkekeh.

"Girl you know what's bothering him, he need somebody to love~" Dengan sengaja, Satria mengganti lirik lagunya. Bermaksud menyindir Faisal. Sementara lelaki yang disindirnya mendelik dan merasa gondok.

"Bagus, Sat. Tapi aku baru denger lagunya, kayaknya underrated, ya?" imbuh Hanum.

"Yoi. Kayaknya sih begitu."

Satria memainkan gitarnya dan membuat nada-nada asal. "Lo mau gue ajarin main gitar, nggak, Han?"

Faisal yang tengah menyantap keripik kaca menoleh cepat. Matanya membulat kentara. Lantas pandangannya beralih pada Hanum, menanti reaksi gadis itu.

"Hmm. Nggak, deh, Sat. Makasih. Aku cukup denger kakakku atau kamu yang main. Too lazy to learn." Ia nyengir.

"Mending lo ajarin gue aja," Faisal menyeletuk. "Gitar gue nganggur udah bertahun-tahun."

Satria berdecih. "Halah. Daripada belajar main gitar, mending lo belajar buat olimpiade sono. Biar bisa banggain sekolah. Kalo main gitar nggak ada yang bisa lo banggain, apalagi di depan Hanum."

"Eh, kampret. Gue lakban juga ye mulut lo!" Faisal melempar Satria dengan makaroni yang berada dalam wadah.

"Anjir. Pedes bahlul!" Lelaki itu menyimpan gitarnya, lantas melempar balik Faisal dengan kerupuk kulit.

Hanum menggeleng melihatnya. Sudah bukan hal yang aneh jika mendapati dua makhluk satu gender itu saling bertengkar. Tapi, meskipun Satria mengatakan hal tentang Faisal tadi, Hanum tak begitu mendengarkannya.

Baginya, Faisal tak perlu mahir bermain gitar untuk membuatnya bangga. Dengan keadaannya sekarang saja, lelaki itu sudah membuatnya terkagum-kagum. Sebab kemampuan seseorang tak bisa disamaratakan. Faisal dan Satria jelas dua sosok yang berbeda. Begitu pula dengan kebolehan mereka.

Hanum menyukai mereka berdua dengan porsinya masing-masing.

***

Masih fresh, baru banget ditulis. Thanks for read🖤

Cianjur, 28 Juni 2021
Salam, snrni

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HanumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang