Chapter 1

1K 91 0
                                    

Hidupku penuh dengan misteri. Aku berbeda dengan keluarga ku. Aku tak memiliki kesamaan dengan mereka dan terkadang beberapa pelayan memperlakukan ku dengan buruk. Ayah dan ibuku sering mengatakan bahwa aku tak identik dengan mereka dan mulai meragukan bahwa aku anak kandung mereka.

"Ayah aku ingin perhiasan ini."Ucap kakak ku.

Bisa kulihat Ayahku mengacak-acak rambut kakakku. Disusul dengan ibuku.

"Apapun untuk mu sayang."ucap ayah ku. Bendarnus Werlas

Aku tatap mereka sambil tersenyum. Lagi dan lagi aku terabaikan namun aku terus maklum.

Aku menyusun makanan dimeja makan untuk mereka. Ini sudah menjadi pekerjaan ku, ibuku selalu menyuruhku untuk bekerja bergabung bersama para pelayan.

"Sudah selesai? Cepat sana pergi!"usir ibuku dengan ketus. Amber Werlas.

Kulihat ayah dan kakakku menoleh kearah ku dengan pandangan penuh cemoohan. Tatapan itu sudah menjadi makanan sehari-hari bagi ku.

"Saya permisi."ucapku pamit namun yang ku dapat adalah tatapan sinis.

Ah ya, perkenalkan namaku adalah Aria tanpa marga. Ayah dan ibu tidak mengizinkan ku menyematkan marga di belakang nama ku.

Saat aku kembali ke dapur untuk mengambil bagian makanan ku, aku melihat para pelayan membuang makanan bagian ku sambik menatap ku dengan tawa mengejek. Terkadang jika aku terlambat mengambil bagian makanan ku, mereka pasti akan membuang jatah ku. Yang ku lakukan adalah tersenyum tipis lalu pergi dari dapur.

Namun sebelum aku berlalu pergi, seseorang menepuk bahu ku. Aku pun menoleh.

"Bibi lis?"Ucap ku spontan, kulihat bibi lis tersenyum lembut padaku.

"Nona ambil ini."ujar bibi lis sembari menyodorkan sepiring makanan.

Aku pun langsung menolak.
"Tidak usah bibi, ini jatah untuk bibi."ucap ku

"Bibi sudah makan, Nona tolong ambil lah."ujar bibi lis

Ku perhatikan sepiring makanan itu, aku memang sudah sangat lapar. Tiba-tiba piring itu sudah berpindah tempat ke tanganku.

"Terima kasih banyak bibi lis."Ucap ku sambil membungkuk.

"Selamat menikmati Nona."ujar bibi Lis.

Satu-satunya yang selalu mendukung dan berada disampingku adalah bibi lis. Terkadang aku merasa bersalah pada bibi lis, karena diriku bibi lis selalu dimarahi oleh ibu dan ayahku.

****

"Kau ingin meracuni ku hah?!"bentak Eisha pada Aria

Eisha Warles adalah kakak dari Aria

"Ti-tidak, i-itu bukan saya."ucap Aria gemetar ketakutan.

"Jelas-jelas kau yang mengantarkan makanan ini! Kau ingin mengelak hah?!"teriak Eisha.

Aria berlutut pada kakaknya sambil memohon. Ia sudah terbiasa dengan berlutut agar tidak disakiti.

"Tidak i-tu b-bukan aku kak."gumam Aria membela diri. Dapat Aria lihat dari ekor matanya, disana para pelayan menunduk sambil menahan tawa. Sudah ia duga bahwa mereka lah yang melakukannya.

Eisha berjongkok dihadapan Aria.
"Kak? Kau tadi memanggil ku kak?!"bentak Eisha sambil mencengkeram erat dagu Aria.

Aria menutup mata nya menahan rasa sakit dari cengkeraman kakaknya.

"Masih Tidak mau mengaku hm?"tanya Eisha datar.

Tak ada pilihan lain, ia pun mengangguk.

Eisha melepaskan cengkraman nya kemudian menampar kuat pipi Nella.
"Sialan kau, dasar tak tahu diri?!"

Aria memegangi pipinya yang terasa perih. Bisa ia dengar lirihan tawa dari jajaran para pelayan.

Eisha berdiri dari duduknya menatap Aria dengan seringai puas diwajahnya. Sebenarnya Eisha tau bahwa bukan Aria pelakunya tapi salah satu dari pelayan. Tapi karena ingin membuat Aria-- adiknya tersiksa. Kemudian Eisha meninggalkan tempat itu.

Aria menangis ini sudah beberapa terjadi bahkan ia pernah hampir mati karena ulah kakaknya.

"Nona anda baik-baik saja?"tanya bibi lis buru-buru menghampiri Aria yang masih bersimpuh di lantai.

Bibi lis pun mengusir para pelayan yang masih berkumpul.

"Nona nona!"panggil bibi lis

Aria mendongak kemudian ia menubruk tubuh bibi lis dengan erat.
"bibi aku--"

Bibi lis membalas pelukannya sambil mengelus-ngelus punggung Nona nya itu. Sungguh miris ketika melihat Nona nya ini diperlakukan tidak adil, ia ingin protes namun apa daya dirinya hanya seorang pelayan.

"Tidak apa-apa Nona, ada saya disini."ucap bibi lis menenangkan kan.

***

Malam ini Aria berjalan dengan mengendap-endap dari istana. Kali ini ia akan pergi jauh meninggalkan istana ini tanpa sepengetahuan siapapun.

Sebelum ia pergi, Aria menoleh kebelakang guna melihat istana yang berdiri kokoh. Tempat dimana kenangan buruk yang Aria alami. Ia sudah tak tahan lagi untuk tinggal lebih lama di istana ini.

Kemudian ia berlari menjauh tangannya menggenggam kalung pemberian dari bibi lis. Tak satu pun barang yang ia bawa dari istana selain kalung ini.

"A-aku hah... lelah." Aria merebahkan tubuhnya rerumputan.

"Siapa kau?"

Aria berjengkit kaget kemudian ia mendongak takut-takut. Betapa terkejutnya ia ketika seseorang menodongkan pedang tepat didepan lehernya.

"Aku tanya sekali lagi siapa kau?"dengan cahaya yang minim orang itu menyipit guna melihat jelas wajah seseorang yang ada dihadapannya.

Tubuh Aria bergetar ketakutan, ia tidak sadar bahwa ia memasuki daerah kerajaan Daun.

Seketika raut wajah orang itu berubah kaku bahkan pedang yang ia pegang hampir jatuh.

"Bawa orang ini."perintah orang tersebut

Beberapa orang mulai mendekati Aria. Namun Aria memberontak bagaimana juga ia harus bebas. Namun sayangnya tenaganya sudah habis ia gunakan untuk berlari.

Hingga Aria jatuh tak sadar kan diri.

.
.
.
.
Bersambung...

Halo gais! Cerita ini prnh di unpub sebelum nya, tpi aku publish lagi nih Krn udh aku revisi yuhuuu! mungkin pembaca lama kyk heran loh kok? Kok?

Iya nama nya Anella aku ganti Jandi Aria heheh krn aku baru sadar ada tokoh Nella di cerit Transmigration Zea!

So hope u like it!

Bagaimana kah kelanjutan nya?
Terus pantengin yah~

25 Mei 21

I'm The Lost QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang