Chapter 17

154 18 1
                                    

👑Selamat membaca👑

"Eh? Kakak perempuan sedang apa disini?"

Hangga menghampiri Aria yang sedang duduk dibangku taman, dia sedikit bingung melihat Aria yang berdiam diri, sedangkan saat ini sudah malam.

Ari yang mendapati sosok Hangga pun sedikit membungkukan punggungnya. Lalu kembali fokus menatap langit malam.

"Apa ada yang mengganggu pikiran kakak?" Tanya Hangga sedikit memiringkan tubuhnya kesamping.

Aria mengangguk saja.

Hangga yang melihat itu hanya menghela nafasnya dan menyandarkan tubuhnya di bangku yang diduduki keduanya. Lalu meletakkan tangannya dibelakang kepala sebagai bantalan.

Hening, Aria melirik Hangga sekilas yang sudah memejamkan matanya.

"Anda lelah?" Aria menatap Hangga iba, dia tau Hangga baru saja berlatih.

Hangga mengangguk singkat masih dengan mata tertutup.

"Kalau begitu Anda harus istirahat."

Hangga menggeleng.

"Kenapa? And--"

"Kau berubah." Aria tiba-tiba terdiam, mulutnya tertutup rapat.

Hangga tiba-tiba membuka matanya, dia menegakkan tubuhnya dan menatap Aria lekat.

"Sejak kejadian itu, kau berubah. Kau seperti menjaga jarak dengan ku dan keluarga ku." Ungkap Hangga lebih jelas.

Aria masih terdiam dengan mulut tertutup rapat. Dia tak bisa menampik bahwa semua yang dikatakan Hangga benar adanya.

Hangga meletakkan kedua tangannya dibahu Aria. "Apa ada sesuatu yang membuat mu seperti itu, kak?" Tebak Hangga.

Tepat sekali. Sikap Aria tentu didasari oleh sebuah alasan. Dan Aria tak akan memberi tahu itu.

"Katakan kak, jika salah satu dari kami membuat mu begini, bilang saja padaku." Hangga menggoyangkan bahu Aria.

Ari menatap Hangga dengan senyum tipis dan dia pun menggeleng. Tentu, Hangga tak percaya itu.

"Bohong! Kau bohong." Hangga menarik tangannya, dia membelakangi Aria. Hangga mengacak-acak surai nya dengan frustasi.

Aria tersenyum melihat tingkah Hangga, dia pun mendekat dengan gugup tangannya mengelus kepala Hangga dengan lembut.
"Saya punya alasan tersendiri. Keluarga Pangeran sangat baik pada saya, hanya saja, saya merasa sungkan. Dan saya sangat sadar diri, Saya tak lebih seseorang yang beruntung dapat bertemu Yang mulia Raja Izz." Jelas Aria masih mengelus-ngelus kepala Hangga.

Hangga yang mendengar itu terdiam, lalu dengan gerakan lambat dia berbalik. "Tapi setidaknya jangan jauhi aku kak." Rengek Hangga menundukkan kepalanya.

Aria terkekeh melihat nya.

"Aku jadi tak punya teman mengobrol lagi kau tau?" Adu Hangga masih dengan menunduk.

Aria kembali terkekeh, tak bisa dipungkiri dia juga merasa kesepian karena tak ada Hangga disampingnya. Dengan memberanikan diri, Aria meraih wajah Hangga. Dapat dilihat Hangga memasang raut terkejut, namun juga tak bisa menahan senyum nya.

"Jadi? Pangeran ingin saya melakukan apa hm?" Tanya Aria masih dengan menangkup wajah Hangga.

Senyum Hangga pun melebar, dia menggenggam tangan Aria yang berada diwajahnya. "Aku ingin kakak selalu berada disampingku. Kakak tak boleh memanggil ku formal. Kakak harus menemani ku berlatih. Dan kakak tak boleh menolak makan bersama!" Cerocos Hangga dengan menggebu.

Anella tersenyum, "Tidak sekalian jadikan saya sebagai pelayan pribadi anda?" Canda Anella.

Hangga melotot dan, "Omong kosong!"

Aria tertawa lepas. Hangga ikut senang melihat Aria yang tertawa.

"Baiklah, saya akan selalu berada disamping anda. Tapi tidak akan selamanya." Ujar Aria menyetujui.

Bukannya senang, Hangga malah sedikit terganggu dengan kalimat terakhir Aria. "Kenapa tidak selamanya? Memangnya kakak akan kemana?" Tanya Hangga menatap lekat Aria.

Aria bergerak gusar, dia memaksakan senyumnya. "Umur tidak ada yang tau kan?"

Hangga mengangguk kan kepalanya, dia setuju dengan ucapan Aria.

"Yah begitulah, tapi kita berdua masih muda. Mana mungkin tiada lebih dulu?"

Aria hanya mengangguk Canggung.

"Kakak sudah bertemu Eisha? Bagaimana menurut kakak?" Tanya Hangga mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Sudah," ucap Aria dengan tangan terkepal.

Hangga mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Kau tau kak? Aku merasa iba pada Eisha, dia tak memiliki rumah dan keluarga nya sudah tiada." Jelas Hangga menatap lurus kedepan. Beginilah sifat Hangga, dia mudah merasa kasihan.

Aria mendengar dengan fokus. Diam-diam dia mengeraskan rahangnya. Eisha benar-benar sangat niat, dia sudah membohongi ketiga Pangeran. Dia tak akan membiarkan ini.

"Perempuan malang, bahkan dia menyelamatkan kak Rys tanpa memperdulikan nyawa nya."

Aria tiba-tiba berdiri, Hangga pun ikut berdiri. Dengan panik dia bertanya ada apa pada Aria.

"Anda jangan mudah percaya Pangeran. Biasanya orang selalu bersikap baik diawal dan membuat nya baik di mata orang lain." Ungkap Aria sembari memalingkan wajahnya.

Hangga hanya menatap Aria tak mengerti.

"Saya hanya ingin memperingati jangan terlalu dekat dengan Eisha."

"Eisha berbahaya,"

Kedua netra Hangga bergetar, ia benar-benar terkejut apa yang dikatakan oleh Aria. Bagaimana mungkin Aria sosok yang pendiam dan lembah lembut malah membicarakan omong kosong?

"APA MAKSUD KAKAK?!" Sentak Hangga secara tak sadar.

Jujur saja, ketika Aria berkata begitu. Hangga tiba-tiba merasa marah, tau apa Aria tentang Eisha Eisha itu? Hangga adalah tipe orang yang menghargai semua orang mau baik ataupun jahat. Karena menurutnya semua orang pasti punya alasan sendiri.

Aria tersenyum sayu kemudian pamit dan langsung melenggang pergi.

Hangga yang baru sadar, hanya berdiri kaku. Tangannya dengan bergetar memegang mulutnya yang baru saja membentak kakak perempuan nya.

Tbc.

Lupa buat update bund:'
Sorry ya, terlalu fokus sama lapak sebelah

Next jangan?

I'm The Lost QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang