Chapter 9

387 46 3
                                    

Hanz menganggukan kepala, tanda ia setuju atas perintah sang Raja. Hanz mulai bangkit, Namun ia urungkan ketika Raja kembali bersuara.

"Siapkan beberapa pengawal untuk Rys."perintah Raja Izz.

Hanz mengangguk, ia cukup mengerti apa yang dikatakan Raja Izz."Jadi mereka mengincar Rys?"tanya Hanz memastikan.

Raja mengangguk,"Benar, jika bisa kau harus menyusul adikmu. Ayah rasa, akan terjadi sesuatu yang buruk."

Hanz mengangguk patuh dan pamit pada Raja Izz.

***

Ledakan di tengah-tengah waktu hujan terjadi. Berawal seorang ksatria yang tak sengaja memergoki salah seorang yang memasuki kamar Rys. Memicu kemarahan dari para Ksatria dan menghajar pelaku tersebut.

Namun, Puluhan bahkan ratusan orang tiba-tiba menyerang asrama, tempat Rys berada. Semua  Ksatria berada digaris depan, dengan hebat mereka melawan musuh yang tiba-tiba menyerang.

Rys dengan gontai berjalan menuju pintu kamar nya, tangannya memegangi bahu nya yang terluka. Suara benda tajam yang saling beradu menyapa indra pendengaran nya.

Disana, para ksatria mulai kewalahan dengan musuh, dikarenakan musuh menggunakan sihir hitam untuk menyerang. Rys hendak mengurungkan niatnya untuk membantu mereka, namun perkataan Kakak nya kembali berdenging di dalam otaknya.

"Tapi aku memakluminya, Mulai sekarang bersikaplah seperti Pangeran yang sesungguhnya."

Rys memejamkan matanya sejenak, ia berbalik memasuki kamarnya dan mengambil kain putih dan mengikat kan kain itu di luka bahu nya. Benar, ia harus bersikap layaknya Pangeran yang sesungguhnya.

Tangannya terulur mengambil pedangnya yang terpajang rapih. Dengan langkah lebar Rys berjalan menuju tempat dimana mereka bertarung, ia bahkan tak memperdulikan teriak-teriakan dari pengawal nya yang melarang dirinya.

Srang.

Tiba-tiba saja Rys sudah berada di garis depan, sebagai pemimpin para Ksatria.

Para ksatria bersorak. Sang musuh semakin menggila dikarenakan target mereka tepat berada di hadapan mereka.

Waktu demi waktu berlalu, Rys semakin gusar, matanya bergulir menatap sekelilingnya, dimana beberapa dari mereka sudah bersimbah darah.

Rys mengeram, ia mengepalkan tangannya, ia tak kuat seperti Hanz, jika begini mereka pasti kalah. Tak lama ide gila muncul di kepalanya, mencoba menyakinkan diri, Rys mengangguk.

Tangannya perlahan membuka kancing pakaiannya satu persatu. Para ksatria yang melihat itu berteriak, menyuruh Rys untuk menghentikan tindakan nya.

Sebelum kancing terakhir terbuka, sebuah tangan menghentikan Rys.
"Jika kau membukanya sekarang, kau akan mati dengan sia-sia."

Rys membulat kan matanya,"Kakak?"entah harus bahagia atau sedih atas ucapan Hanz, Namun yang penting ia lega.

"Benarkan pakaian mu."suruh Hanz, melirik pakaian Rys yang hampir terbuka.

Rys mengangguk patuh dan segera membenarkan pakaiannya. Mereka terus berjuang bersama melawan musuh.

Rintikan air hujan di sertai gesekan pedang saling beradu membuat suasana semakin mendominan.

***

Ruangan yang terasa dingin dan sepi menjadi tempat Hangga menyendiri. Tangannya tak berhenti menggores-gores kertas putih dihadapannya.

Ia meletakkan kepalanya diatas meja, matanya bergulir menatap jendela yang menyajikan pemandangan indah nya langit berwarna jingga. Hangga kembali menutup matanya berkaca-kaca sejenak.

Hangga bangkit dari duduknya, ia dengan tergesa menghampiri jendela dan menatap kebawah. Betapa terkejutnya ia melihat keadaan dibawah sana.

Tbc.

Pendek? Maaf ya😅

Spoiler!

"Kakak perempuan?"

"Tidak! Kakak perempuan?!"

Duarr

"TIDAK!!"


Hehe gimana nih spoiler nya?
Lanjut or jangan?

16 jul 21

I'm The Lost QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang