[20] Menegang

715 32 7
                                    

Sebelum baca vote dulu yuk biar nggak lupa ⭐

Makasih buat yang udah vote ♥︎

● ● ●

Jari-jari lentik Marsha menari‐nari di atas layar ponsel miliknya. Mengetik sebuah pesan untuk Bella di sana. Ya, ia memutuskan untuk bertanya langsung pada Bella tentang apa maksudnya yang dikatakan cewek itu kemarin padanya. Tidak ada yang perlu ditunda‐tunda lagi.

Sepulang sekolah tadi, Marsha sama sekali belum keluar dari kamarnya. Sekarang dirinya tengah bersantai di balkon kamar sambil sesekali menyesap matcha yang ia buat.

"Tadi pulang sama siapa?"

Suara seseorang yang datang dari arah belakang mengalihkan atensi Marsha. Cewek itu menoleh, mendapati Kelvan dengan baju rumahan. Mengapa cowok itu tidak mengetuk pintu dulu sebelum masuk? Untung saja jantungnya tidak lepas dari tempat mendengar suara bariton milik laki-laki itu.

Marsha meletakkan cangkir matcha miliknya di atas nakas lantas bangkit berdiri. Mensejajarkan tubuhnya dengan Kelvan yang menatapnya tanpa ekspresi, seperti biasa memang.

"Pulang sendiri, naik ojol." Marsha berucap polos.

Kelvan mengangguk singkat. Ingatannya kembali pada apa yang ia lihat di rooftop sepulang sekolah. Di mana Marsha yang mengobrol dengan seorang pria, entah membicarakan hal apa. Seingatnya nama pria itu ... Kendra. Ya benar! Kendra!

"Um ... tadi–"

Drt drt

Kalimat Kelvan terpotong oleh suara dering telepon yang berasal dari ponsel Marsha. Cewek itu mengangkat tangan ke udara, meminta izin untuk mengangkatnya. Telepon dari Maurin.

"Halo, Ma?"

"Halo sayang. Apa kabar? Mama kangen banget sama kamu."

"Baik, Ma. Mama sendiri gimana?"

"Mama baik sayang, Papa di sini juga baik. Kelvan gimana? Baik?"

Marsha melirik Kelvan sekilas. Yang dilirik hanya menyandarkan punggungnya ke pagar balkon seraya bersedekap.

"Dia ... baik."

"Syukurlah. Begini, besok 'kan hari libur. Rencananya Mama sama Papa mau ke rumah kalian. Belum pernah 'kan sejak kalian nikah kami kunjungi?"

Marsha terdiam, mendadak sekali. Tapi tidak masalah juga 'kan. Sepertinya ia tidak punya agenda apapun besok. Bagaimana dengan Kelvan? Entahlah.

"Halo, Marsha? Bisa 'kan? Kamu sibuk nggak?"

"Ng‐nggak sibuk, Ma. Bisa kok, datang aja."

"Hmm bagus. Kelvan gimana? Coba nanti minta izin suami kamu dulu, ya."

"Iya, Ma. Nanti aku tanyain."

"Ya udah, kalau gitu Mama tutup teleponnya ya sayang. Have a nice day, cantiknya Mama."

"Too, Ma."

Kelvan yang tadinya menunduk kini mendongak melihat Marsha yang tampaknya sudah selesai menelepon ... um ... Mamanya?

"Mama lo?"

"Iya,"

"Um ... katanya besok mereka mau datang ke sini. Boleh?"

"Mereka?"

"Mama sama Papa."

Kelvan ber'oh' ria membentuk bibirnya seperti huruf O. "Boleh, kenapa nggak?"

My Nerd Wife (MNW) [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang