Sebelum baca vote dulu yuk biar nggak lupa ⭐
Makasih buat yang udah vote <3
● ● ●
Di dalam bangunan megah bercat putih itu, terdengar suara dering telepon yang berbunyi nyaring. Seorang wanita bertubuh tinggi semampai dengan cepat mengangkatnya.
"Halo?"
"......."
"Hah apaan, sih?"
"......"
"Harus sekarang banget emang?"
"......."
"Yo wes gue otw sekarang."
Perempuan dengan rambut sedikit ikal itu cepat-cepat memakai jaket wol miliknya yang diletakkanya beberapa waktu lalu di atas kursi sofa ruang tamu. Sebelum itu, ia sudah mengikat rambutnya asal.
Bertepatan dengan dirinya yang baru saja membuka pintu utama, seseorang ternyata juga membuka pintu itu dari luar. Perempuan tersebut sempat kaget melihat siapa yang berdiri di hadapannya sekarang namun kembali menormalkan ekspresinya seperti semula.
"OMG MARSHA! Lo dari mana ajaa? Pergi sama siapa? Kenapa pergi nggak bilang-bilang?"
Marsha yang baru saja datang dari balik pintu tersebut berjenggit kaget. Bukan, bukan karena penampilan Rihana. Tetapi karena suara 'heboh' milik cewek itu sendiri yang membuat jantungnya bisa saja copot dari tempatnya.
"Sstt, jangan teriak-teriak, Hana! Kamu bikin aku kaget tau nggak?" Secara spontan Marsha 'membentak' Rihana karena saking kagetnya yang malah dibalas gelak tawa oleh perempuan itu.
"Maaf ... maaf. Tapi kalo boleh jujur lo nggak pantes marah-marah begitu, Marsha. Bukannya serem gue malah ngakak tau nggak?"
Marsha hanya diam saja, menghirup nafas dalam-dalam kemudian membuangnya perlahan. Tidak, ia tidak marah. Tadi itu ia hanya reflek saja. Ia pun sebenarnya juga sedikit merasa bersalah pada Rihana.
Cewek itu masuk ke dalam melewati Rihana begitu saja. Maklum mungkin karena kepalanya yang sudah cukup pusing memikirkan cincin pernikahannya yang sekarang berada entah di mana. Apalagi mengingat Kelvan yang sekarang juga pergi entah ke mana.
"Ya udah mungkin lo emang lagi perlu istirahat. Jawab pertanyaan gue nanti aja. Oh iya, gue mau pergi dulu, ya. Bye, Marsha! Nanti gue bawain oleh-oleh seperti biasa!" Teriak Rihana yang suaranya semakin lama semakin hilang tak terdengar diikuti dengan kepergian cewek itu.
Marsha tak membalas atau menyahutinya sama sekali. Ia hanya mengangguk singkat sampai perempuan yang usianya sebaya dengan dirinya itu hilang dari balik pintu.
Ini agak aneh sebenarnya. Akhir-akhir ini sahabat Kelvan tersebut sering pergi keluar rumah, entah untuk apa ia sendiri juga tidak tahu. Namun seperti janjinya yang selalu diucapkan sebelum pergi, Rihana selalu membawakan 'oleh-oleh' kepada Marsha.
Jangan langsung berpikir 'oleh-oleh' yang dimaksud Rihana ini adalah oleh-oleh yang biasa dibawakan saat pulang berlibur dari suatu tempat. Bukan, salah besar. Oleh-oleh yang dimaksud tersebut adalah sebungkus plastik berukuran sedang yang isinya belasan bahkan puluhan snack.
Terlihat menggiurkan memang. Namun dari awal Rihana memberikan semua 'oleh-oleh' yang dimaksudnya itu, Marsha sama sekali belum pernah membuka atau mencicipinya. Semua 'oleh-oleh' tersebut masih ia simpan di dalam salah satu lemari kecil di kamarnya.
Selain tidak berminat, sebenarnya ia sengaja melakukan itu karena merasa tak enak hati pada Rihana. Karena jika ia selalu memakan snack pemberian cewek tersebut, pasti ia berpikir Marsha selalu menunggu 'oleh-oleh' yang berikutnya sehingga hal tersebut pasti akan sangat merepotkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Nerd Wife (MNW) [Slow Update]
أدب المراهقينSebelum mulai membaca alangkah baiknya FOLLOW dulu untuk kepentingan kita masing‐masing. * ❗ PERHATIAN ❗ Pada beberapa part, cerita ini mungkin mengandung bahasa kasar, unsur kekerasan, bahkan adegan 18+ Diharapkan kepada para pembaca (terutama pemb...