[28] Wedding ring

480 35 2
                                    

Sebelum baca vote dulu yuk biar nggak lupa ⭐

Makasih buat yang udah vote <3

● ● ●

Marsha membuka perlahan pintu kamar agar tak menimbulkan suara berisik. Tangannya naik membuka lilitan handuk di kepalanya lalu menjemurnya di besi jemuran kecil yang terletak di sudut ruangan. Ia membiarkan rambutnya yang masih dalam keadaan setengah basah terurai begitu saja.

Tok tok

Masih dengan bathrobe putih yang melapisi tubuh polosnya, tanpa berpikir panjang Marsha berjalan membukakan pintu kamarnya yang baru saja diketuk entah oleh siapa.

"Sia-Kelvan? K-kenapa?"

Marsha membeku di tempat begitu mengetahui siapa orang yang ternyata mengetuk pintu kamarnya. Ingin rasanya menutup pintu tersebut kembali namun tatapan intens dari suaminya mampu membuat cewek itu membeku di tempat.

Marsha mengeratkan tali bathrobe-nya dengan kepala yang sedikit ditundukkan ke bawah. Tak tahu lagi harus berbuat apa. "A-ada apa? Tolong jangan menatapku begitu."

"Beberapa hari yang lalu lo ngobrol sama seseorang?" Tanya Kelvan to the point. Menanyakan apa yang memang sedari kemarin ingin ia tanyakan pada istrinya.

"Beberapa hari yang lalu?" Marsha mengernyit samar. Tak paham dengan apa maksud dari pertanyaan Kelvan yang terdengar membingungkan di otaknya.

Kelvan mengangguk.

"Orang? Siapa?"

"Cewek."

"Pastinya banyak. Bisa tolong lebih detail?"

"Chintya."

Lagi-lagi Marsha hanya bisa mengernyit samar. Apakah sesulit itu bagi Kelvan untuk menjelaskan secara detail tentang semua pertanyaannya? Rasa malu dan gugup tadi sekarang sirna digantikan rasa penasaran kepada siapa subjek dari pertanyaan yang Kelvan maksud.

Ya, Marsha lupa kalau dirinya hanya sedang mengenakan bathrobe tanpa sehelai benang lain sama sekali yang melapisi tubuhnya saat ini. Kelvan mungkin juga belum menyadari karena keduanya sama-sama sedang dilanda rasa penasaran kepada hal yang berbeda.

"Beberapa hari yang lalu, Chintya ajak aku ketemuan di cafe-"

"Buat apa? Dia ngomongin apa aja?"

Merasa bersalah karena telah menyela kalimat Marsha yang belum tuntas, Kelvan mengunci mulutnya rapat-rapat. "Maaf. Lanjutin."

"Dia nanyain beberapa hal tentang kamu, juga aku. Selain itu dia juga ... um ...."

Marsha menjeda kalimatnya, ekspresi wajahnya berubah seketika dengan kedua tangan yang ditautkan di depan tubuh juga kepala yang ditundukkan ke bawah.

"Apa?"

Cewek itu menggeleng pelan seraya menggigit bibir bawahnya takut. Ia tidak tahu Kelvan akan marah atau tidak saat mengetahui hal ini, tetapi biar bagaimanapun cowok itu tetap harus tahu.

"Dia rampas cincin pernikahan aku secara paksa. Aku nggak bisa berbuat banyak saat itu karena dia mengancam. Maaf ...."

Terkejut? Tentu saja.

Mau marah? Pasti.

Tetapi Kelvan tahu tidak sepatutnya ia marah sekarang. Marsha memang ceroboh, mungkin. Tapi ia lebih tahu bagaimana watak Chintya, jadi ini tak mungkin sepenuhnya kesalahan Marsha.

"Ikut gue sekarang bisa?"

Marsha mendongak, kedua matanya membola. Ia pikir Kelvan akan langsung tersulut emosi, tapi nyatanya tidak. Meski ia tahu cowok itu sedang memendam amarah saat ini melihat rahangnya yang mengeras.

My Nerd Wife (MNW) [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang