Bab 2

5.8K 624 35
                                    

A/N : Buat yang gak sabarrrr, bisa mampir ke karya karsaku ya (@iamtillyd)
Btw di karya karsa benar-benar tanpa sensor, sangat eksplisit.
Untuk PDF Po sudah ditutup ya. Untuk yang sudah PO akan aku usahakan untuk segera dikirim karena aku masih sakit (aku sudah konfirmasi di instagram), semoga bisa lebih cepat.

 Untuk yang sudah PO akan aku usahakan untuk segera dikirim karena aku masih sakit (aku sudah konfirmasi di instagram), semoga bisa lebih cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote ✨🌟

***

"Bagaimana kabarmu Princess?" tanya Alessio berusaha terdengar tenang, disamping jantungnya terasa menghentak-hentak akibat pelukan tiba-tiba gadis itu. "Apa kau sudah berhenti menangis sekarang?"

Raut wajah Gianna yang ceria berubah perlahan. Gadis remaja berusia tujuh belas tahun itu menyipitkan matanya, dan berjingkit untuk mensejajarkan tinggi badan mereka. Alih-alih menjawab ucapan Alessio, jemari Gianna yang halus menelusuri rahang dan bergerak turun pada bahu Alessio.

"Apa ini benar-benar kau Uncle?"

Kedua mata Gia bergerak ke sana kemari, menelisik dengan saksama.

"Tidak, aku harus mengingat apa yang terjadi semalam. Hm ... mimpi apa aku semalam?" Gianna berbicara pada dirinya sendiri seraya melangkah mundur, "tapi Uncle Alex seperti nyata. Uncle Alex sangat-sangat sama, bahkan aku tidak lupa dengan harum parfumnya."

Alessio terkekeh pelan. Ia meraih jemari Gianna di pipinya dan menggenggamnya, "kau baru saja merasakan pelukanku tadi, Gia."

"Apa tubuhku yang menjulang di hadapanmu seperti mimpi gadis kecil?"

Alessio mencubit pipi Gianna, membuat gadis itu meringis pelan. Gianna memprotes, "sakit, Uncle!"

"See?"

Alessio tertawa renyah. Gianna menengadah dan mengerucutkan bibirnya. "Dan aku bukan lagi anak kecil, Uncle."

"Tapi aku perlu menunduk untuk melihatmu," canda Alessio.

Gianna memberengut, "Aku sudah nyaris sebahumu sekarang."

"Benarkah?" Alessio terkekeh, jemari Alessio mengacak-acak rambut Gianna. "Masih sangat pendek."

"Uncle!" protes Gianna, "aku sudah menata rambutku susah payah."

Alessio kembali tertawa renyah. Tawanya mereda seiring tatapan mata Alessio berubah serius, "close your eyes," perintahnya dengan suara yang rendah.

Kening Gianna berkerut. Gianna membalas tatapan Alessio dengan bingung, ia bergumam. "Hm?"

"Tutup saja matamu, Amore."

Under His ControlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang