11. Missie

602 116 101
                                    

Kiesha menghentikan motor vespanya di depan rumah. Ia masih merasakan kepala Saskia menempel pada punggungnya, sedangkan tangan gadis itu memeluk erat pinggangnya. Kiesha mengusap kepala Saskia pelan untuk membangunkan gadis itu, namun Saskia tak kunjung terbangun.

"Pulas sekali tidurnya," gumam Kiesha pelan. Dia beringsut melepas tangan Saskia dari pinggangnya secara perlahan. Lalu turun dari motornya dengan memegangi bahu Saskia agar gadis itu tak terjatuh.

Kiesha berpikir, sekarang apa yang harus ia lakukan jika gadis itu tak kunjung terbangun.

"Saskia," Kiesha mencoba membangunkan gadis itu kembali, namun suara dengkuran halus masih terdengar. Sepertinya Saskia benar-benar kelelahan.

Kiesha menghela nafas dalam, mau tak mau ia harus menggendong Saskia. Tak mungkin ia membiarkan gadis itu tidur di motornya. Tangannya tergerak untuk mengangkat tubuh Saskia. Kiesha meletakkan satu lengannya mengelilingi punggung Saskia dan lengan lainnya di belakang lutut gadis itu, ia melingkarkan lengan Saskia pada bahunya agar tubuh gadis itu lebih mudah untuk diangkat.

Kiesha mulai berjalan menuju pintu rumah. Dia terlihat kesusahan untuk membuka kunci pintu, setelah berhasil di dorongnya pintu itu dengan kakinya karena kedua tangannya masih menggendong tubuh Saskia. Setelah masuk ke dalam, ia menutup pintu dengan mendorongnya lagi menggunakan salah satu kakinya.

Kiesha berjalan menuju kamar Saskia. Setelah sampai di depan pintu kamar Saskia, diturunkan nya gagang pintu dengan salah satu tangannya yang masih mengapit tubuh Saskia. Sungguh menyebalkan, pintu kamar gadis itu terkunci dan Kiesha tak tahu Saskia meletakkan di mana.

"Maaf," Kiesha berucap pelan seraya merogoh saku rok gadis itu. Akhirnya ia menemukannya, lalu Kiesha segera membuka kunci pintu tersebut. Kali ini ia mendorong pintu dengan bahunya.

Kiesha berjalan menuju ranjang, membuka kelambu yang menghalangi pandangannya. Diletak kan nya tubuh Saskia di atas ranjang dengan sangat pelan, ia takut gadis itu terbangun dan memarahi dirinya karena telah lancang menggendongnya. Dilepas nya tali sepatu Saskia dengan hati-hati, lalu ditarik nya keluar dari kaki gadis itu. Kiesha meletakkan sepatu milik Saskia di bawah ranjang.

Setelah berhasil meletakkan tubuh Saskia, Kiesha kembali menutup kelambu ranjang, takut gadis itu akan terbangun karena gigitan nyamuk.

Kiesha tak langsung beranjak pergi, entah mengapa ada sesuatu yang enggan membuatnya beranjak. Dia terdiam sebentar, matanya menatap Saskia yang masih terlelap dalam mimpi indahnya.

"Cantik," Kiesha bergumam tanpa sengaja. Selama Saskia di sini, ia hanya melihat ringan lidah gadis itu saja. Ia baru sadar, ternyata parasnya menarik namun tertutup dengan tingkah rimpungnya.

"Astagfirullahaladzim," ucap Kiesha. Dia langsung mengusap wajahnya, sadar dengan apa yang baru saja ia katakan.

Kiesha melangkah pergi, namun langkahnya kembali terhenti saat melewati meja rias milik Saskia yang dulu merupakan milik ibunya. Kiesha berjalan mendekat, lalu duduk di sana. Tidak ada bedak maupun perona bibir di atas nakas, sepertinya ia harus membelikan Saskia alat rias. Kasihan sekali gadis itu jika tak memiliki perias wajah, Kiesha tahu semua perempuan suka merias diri termasuk ibunya, adiknya dan Safira.

Pandangan Kiesha teralih pada sebuah tas selempang yang berada di atas meja rias, sepertinya itu milik Saskia karena ibunya tak memiliki tas aneh seperti itu. Rasa penasaran mulai menghantui dirinya, tangannya tergerak untuk mengambil tas itu dan membukanya.

K dan STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang