Yang lupa alur bisa baca ulang :p
___
"Assalamualaikum Pak," Kiesha menyapa Pak Sutisno setelah ia dan Safira sampai di ladang. Sembari melangkah, ia menuntun kuda nya memasuki area ladang.
"Wa'alaikumsalam, akhirnya kamu datang juga. Loh sama nak Safira juga?" jawab Pak Sutisno kemudian mengalihkan pandangannya ke arah gadis yang berada di samping Kiesha.
"Iya pak. Tadi kami tidak sengaja bertemu, jadi saya ajak Safira kemari," ucap Kiesha disertai anggukan membenarkan oleh Safira.
"Oh, begitu. Bapak kira kamu datang sama saudara kamu kemarin, ternyata sudah ada gandengan toh. Ya sudah, bapak tinggal dulu. Padi nya segera diangkat dan bawa ke Pasar." jelas Pak Sutisno
"Baik pak." jawab Kiesha. Setelah mendengar jawaban dari Kiesha, pak Sutisno segera berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Yang dimaksud sama Pak Sutisno itu teh Saski ya kang?"
Pertanyaan dari Safira membuat Kiesha menoleh ke arah gadis itu, "Iya, kemarin aku membawa Saskia kemari."
Safira mengangguk-angguk mendengar jawaban Kiesha, "Kenapa?" tanya Kiesha sembari mengangkat kantung-kantung gandum dan padi.
"Eh, ndak apa-apa kang, Safira cuma nanya saja." ucap Safira, tangannya tergerak untuk membantu Kiesha yang tengah mengangkat beberapa kantung gandum dan padi.
"Tidak usah Safira, ini berat. Kau tunggu saja di sini, tidak usah ikut membantu." tolak Kiesha secara halus.
"Tidak apa kang, biar Safira bantu." ucap Safira tak menghiraukan penolakan dari Kiesha.
Kiesha hanya pasrah, kemudian kembali mengangkat kantung-kantung tersebut dan menaruhnya di atas kuda.
Safira mencoba mengangkat salah satu kantung gandum, namun tubuhnya agak terhuyung karena beban yang dibawa nya terlalu berat. Kiesha yang melihatnya dengan refleks menarik tangan Safira yang hampir terjatuh. Pandangan mata mereka saling bertemu, sebelum akhirnya kantung gandum tersebut jatuh tepat di atas punggung kaki Kiesha.
"Aww," Kiesha meringis kesakitan saat benda berat tersebut mengenai kakinya. Dia segera mengangkat kantung gandum itu dari kakinya.
"Maaf kang, ini salah Safira." ucap Safira merasa bersalah. Baru saja jantungnya berdebar karena tatapan dari Kiesha, sekarang jantungnya kembali berdebar karena rasa bersalah karena kecerobohannya.
"Tidak apa-apa, hanya sakit sedikit. Ayo kita berangkat!" ajak Kiesha setelah menuntaskan mengangkat kantung-kantung tersebut ke atas kuda.
Safira hanya mengangguk, ia masih merasa bersalah atas kejadian tadi.
Kiesha menuntun kuda coklatnya itu, di atas nya sudah terisi dengan beberapa gandum dan padi yang ia ambil di ladang bersama Safira. Kini dirinya dan gadis itu tengah berjalan menuju Pasar, keduanya hanya saling diam merasa canggung satu sama lain. Jika yang di sampingnya sekarang adalah Saskia, mungkin gadis itu tidak akan berhenti untuk mengajaknya bicara. Tapi di sampingnya sekarang adalah Safira, gadis kalem dan pendiam berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Saskia. Mengapa sekarang ia malah membandingkan Saskia dan Safira? Jelas-jelas keduanya sangat berbeda.
Tak terasa langkah mereka sudah berhenti di sebuah Pasar yang mereka tuju. Gapura besar bertuliskan 'Selamat Datang' menyambut kedatangan mereka. Pasar ini ramai oleh khalayak orang, beberapanya sedang bernegosiasi dan sisanya berjalan-jalan.
Kiesha menuntun kudanya menuju salah satu kios. Mengangkat satu persatu karung yang dibawa nya masuk ke dalam kios, dengan Safira yang setia menunggunya di depan kios. Setelah menyelesaikan semuanya dan menerima upah dari sang pemilik kios, Kiesha kembali menghampiri Safira.
KAMU SEDANG MEMBACA
K dan S
ФанфикK dan S, dua abjad dari banyaknya barisan alphabet yang membuat Saskia bertanya-tanya. Lukisan sosok dirinya bersama seorang pria yang tak dikenalinya cukup membuatnya pusing, siapa pria itu? Siapa yang melukis lukisan tersebut? Hanya ada satu kunc...