9. Gadis Manis

492 165 55
                                    

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Kiesha mengajak Saskia untuk membersihkan badan terlebih dahulu. Tidak mungkin mereka pulang ke rumah dengan keadaan tubuh yang penuh lumpur.

Mereka berjalan menuju sungai di dekat area ladang dengan Kiesha yang menenteng cangkulnya dan Saskia membawa sepatu miliknya.

Jalanan yang mereka lewati terjal, Saskia berjalan tertatih-tatih akibat banyak batu yang licin. "Kiesha, jangan cepat-cepat, tunggu aku! Jalannya licin sekali," pinta Saskia. Kepala gadis itu bergerak-gerak, melihat atas-bawah, kiri-kanan, langit dan suasana sungai yang deras.

Kiesha hanya mengangguk mengiyakan. Tangan Saskia berpegangan pada baju yang dikenakan oleh Kiesha, membuat langkah pria itu ikut terpatah-patah lambat. "Harusnya kau tidak usah ikut tadi!" ucap Kiesha.

Saskia mendelik ke arah Kiesha, "Mana aku tahu akan seperti ini kejadiaannya, aku tak pernah ke sawah sebelumnya!" ucap Saskia sinis.

Tak memperdulikan Saskia, Kiesha melanjutkan jalannya dengan Saskia yang masih menggerutu seraya berpegangan pada baju milik Kiesha.

Sesampainya di depan sungai yang mengalir dengan jernihnya, Kiesha segera meletakkan cangkulnya di tepi sungai. Pria itu segera memasukkan dirinya ke sungai, lalu membersihkan lumpur-lumpur yang melekat pada tubuhnya.

Saskia masih asik berjongkok di tepi sungai. Tidak seperti di Jakarta, sungai di Batavia sungguh bersih, tidak ada sampah plastik sama sekali dan airnya pun jernih, tidak berwarna coklat karena tercemar limbah.

Saskia menatap langit, hari ini cuaca cerah sekali. Di Batavia ia masih bisa mendengarkan suara burung berkicau dengan indahnya, bahkan ia bisa melihat langit yang masih sebiru samudera. Tidak seperti di Jakarta, ia hanya akan menemukan polusi dimana-mana.

Saskia mengalihkan pandangannya pada air sungai di hadapannya. Terpikat pada air sungai yang sangat jernih, Saskia menangkup air itu dengan kedua tangannya lalu ia gunakan air tersebut untuk membasuh wajahnya. "Dingin sekali." gumam Saskia. Tubuhnya agak menggigil merasakan dinginnya air sungai menyentuh kulit putihnya.

Saskia melihat bebek-bebek yang tengah asyik berenang di sungai itu. Bebek-bebek itu terlihat harmonis, sudah seperti keluarga yang bahagia. Beberapa anak bebek berenang mengikuti induknya yang berada di depan. Ada satu induk dan tiga anak. Tapi dimana ayahnya? Apakah ayahnya juga selingkuh seperti papanya dan Rey? Saskia menepuk keningnya, bodoh sekali! Mereka hanya binatang.

Tiba-tiba ada sepasang tangan menarik tangan Saskia hingga gadis itu masuk ke dalam dinginnya air sungai. Harum bunga liar yang tumbuh di sekitaran sungai langsung tercium di hidung mancung milik Saskia. "Kiesha!" teriak Saskia. Dia berusaha berdiri menutupi tubuhnya yang menggigil akibat dinginnya air sungai.

"Jika kau hanya berdiam diri saja, lumpur itu akan mengering membungkus tubuhmu!" ucap Kiesha membuat Saskia mendengus sebal.

Saskia mendengar suara tawa yang menyenangkan, seketika hatinya menghangat. Anak-anak kecil tengah mandi di sungai yang tingginya selutut orang dewasa itu, mereka hanya memakai celana pendek sementara bagian atasnya polos tanpa sehelai kain. Ternyata mereka tengah bersorak menertawakan Saskia yang sepertinya takut dengan air sungai.

"Serangg!!" Teriakan itu berasal dari Kiesha. Pria itu berinsiatif menyerang Saskia dengan memercikan air sungai pada tubuh Saskia, lumpur di baju milik Saskia mulai luntur terkena serangan airnya. Disusul oleh anak-anak, mereka bertubi-tubi menyerang Saskia sembari tertawa lepas.

Badan Saskia sudah basah semua. Lalu, ia membalas menyerang Kiesha dan anak-anak itu, jadilah mereka saling menyerang satu sama lain. Mereka sudah seperti sahabat yang saling mengenal lama, tertawa dan bermain air dengan bebasnya. Saskia berhenti sekejap, tak menghiraukan beberapa cipratan air dari Kiesha dan anak-anak tadi.

K dan STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang