4. Pengkhianatan

619 148 29
                                    

Saskia berjalan keluar dari ruang make over setelah berganti baju dan menghapus sisa - sisa riasan di wajahnya. Didapati nya Rey tengah membereskan kamera serta alat perang lainnya dibantu oleh sang asisten.

"Aku pulang duluan Rey!" Saskia berpamitan pada Rey yang masih terlihat sibuk.

"Tidak ingin ku antar, Tuan Putri?" Rey mendongak menatap Saskia.

"Tidak perlu. Apakah kau lupa jika aku membawa mobil kemari?" Saskia berkata dengan nada kesalnya. Dia melipat kedua tangannya di depan dada.

Rey terkekeh geli. "Kau sangat menggemaskan jika seperti itu." Bukannya meminta maaf, Rey malah menggoda gadis itu.

"Rey!" Saskia berteriak kesal. Dia berjalan ke arah pintu lalu segera keluar.

"Hati - hati!" Rey berteriak saat Saskia sudah keluar dari studio photo. Rey menggelengkan kepala pelan, Kekasihnya itu memang pemarah, namun ia cinta.

Sejenak Rey menatap kepergian mobil Saskia yang terlihat dari jendela kaca. Dia tersenyum, berdoa agar Saskia sampai dengan selamat di rumahnya. Semoga Tuhan selalu melindungi Kekasihnya itu.

Kriettt....

Rey berbalik badan saat mendengar suara decitan pintu dari arah ruang make over. Sandrinna keluar diikuti oleh Daisy di belakangnya.

"Rey, bisakah kau antarkan Darling ku satu ini pulang ke rumahnya dengan selamat?" Daisy membuka pembicaraan dengan menenteng tas di tangannya.

"Kenapa tidak kau saja?" Rey bertanya dengan wajah yang terlihat malas. Bukannya ia tak ingin mengantarkan Sandrinna, tapi ia takut Saskia akan salah paham padanya.

"Ayolah Rey! Jadwal ku hari ini padat. Aku juga ingin many pady, kuku ku sudah tak terlihat cantik lagi." Daisy berkelakar kemudian menunjukan jari - jari lentiknya.

"Baiklah." Akhirnya Rey terpaksa mengiyakan permintaan Daisy.

"Kenapa tidak dari tadi? Tak apalah, terima kasih Rey! Daa, Darling!" Daisy berpamitan kemudian berjalan keluar meninggalkan Rey dan Sandrinna sendirian. Sedangkan, asisten Rey sudah keluar beberapa waktu lalu saat dirinya tengah berdebat dengan Daisy.

"Daa, Daisy!" Sandrinna melambaikan tangan pada Daisy yang sudah berlalu pergi.

Setelah kepergian Daisy, suasana terlihat canggung. Rey maupun Sandrinna masih terlihat tak berbincang. Rey memasukkan kameranya ke dalam tas lalu menyelempangkannya pada bahu. Sementara Sandrinna tengah menatap Rey dengan penuh arti.

"Ayo!" Rey membuka pembicaraan dengan mengajak Sandrinna keluar dari studio photo. Sandrinna yang tengah memandanginya tersentak kaget. Kemudian, berjalan pelan mengimbangi langkah kaki Rey.

Saat ingin membuka pintu kaca, sepatu ber hak tinggi milik Sandrinna tak sengaja terkiuk dan hampir terjatuh. Namun, dengan sigap Rey langsung menangkap Sandrinna dalam pelukannya. Netra mata mereka saling bertemu, dada mereka saling bergemuruh satu sama lain. Rey menggeleng, kemudian membenarkan posisi mereka. Ini salah, seharusnya debaran ini hanya untuk Saskia, Kekasihnya.

"Terima kasih, Rey!" Sandrinna terlihat kikuk dan salah tingkah, dada nya masih berdegup secara abnormal.

"Tak masalah, lain kali berhati - hatilah." Sama seperti Sandrinna, Rey juga terlihat salah tingkah namun ia berusaha menepis debaran aneh itu.

Mereka kembali berjalan menuju arah parkiran di depan studio photo. Rey naik dan menyalakan mesin motornya, dengan Sandrinna yang langsung naik di jok belakang. Entah mengapa, rasanya ingin sekali dirinya memeluk pinggang pria itu.

K dan STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang