First

81 3 0
                                    

Sedari tadi mata lentik gadis cantik itu terus melirik lirik objek tampan yang tidak lain adalah Kakak nya, Evan. Sudah sejak semalam ia membujuk evan yang sedang mendiamkan nya karena peristiwa mangga yang mengakibatkan dirinya dan kenzie di hukum membersihkan kandang si jona dan Joni. Angsa besar dan galak milik uncle Alex hingga al hasil Evan dan kenzie pulang dengan keadaan mirip gembel, baju kotor tercabik cabik penuh bulu dan jangan lupa bau yang sangat menyengat.

Mata gadis itu beralih menatap kedepan dimana pintu gerbang sekolahan nya sudah terlihat, dengan gelisah ia kembali menatap Evan.

"Van maafin dong!!" Ia kembali merengek.

"Evan ayo dong ih, kan salah lo sendiri yang ga hati-hati!"

"Gue nangis nih!!!"

Evan masih mengacuhkan nya hingga mobil mereka tiba di parkiran sekolah yang sudah ramai.

"Evan yaampun!! Gue jadi takut jangan-jangan telinga lo kena patok angsa makanya jadi tuli."

Masih diam, hal itu sukses membuat tifah menjambak rambut nya sendiri.

"Bodo ah males ngebujukin batu hidup!" Ketus nya,meraih tas nya dan hendak membuka pintu.

"Jaga jarak sama cowok!" Perintah Evan datar membuat tifah semakin kesal.

"Ogah!! Emang Lo siapa? Mak gue?" Gadis itu mengibaskan rambut nya dan berbalik berjalan sambil menghentak hentakkan kaki nya kesal.

***
Byurrr

Tifah menutup matanya merasakan sensasi air dingin yang mengalir dari kepalanya membasahi seragam sekolah nya. Gadis itu berbalik dan mendapati tiga orang siswi yang menatap nya sinis, matanya beralih menatap siswi di tengah yang memegang ember.

"Masalah kalian apa?" Tifah menatap ketiga siswi yang ia duga kakak kelasnya itu terbukti dari lambang kelas di lengan kanan nya.

"Kita Gak bakalan ada masalah sama Lo kalau Lo gak keganjenan sama cowok-cowok di sekolah ini! Apa lagi cowok nya kita!"Gadis berbaju ketat yang memegang ember itu menatap tifah dengan geram, terdapat juga raut wajah yang begitu angkuh.

Satu alis Tifah terangkat, "keganjenan? Yang ada cowok kalian yang kegatelan ke gue kali."

"Lo nge hayal?"

Tifah melipat tangan nya di dada "Ngehayal? Ngapain? Emang gitu fakta nya kan?" Mata tifah menyipit membaca papan nama di seragam cewek itu yang bertuliskan Viola Margaret.

Gadis yang tifah tebak di panggil vio itu melotot ke arah tifah yang tubuhnya sudah basah setengah, ia maju selangkah sambil bersedekap dada, "Lo sok kecantikan banget yah?"

Kini Tifah malah terkekeh pelan sambil menutup mulutnya dengan anggun,"Lah  emamg gue cantik kan? Kenapa? Takut tersaingi kah?"

Mata cantik gadis itu meneliti tampilan kakak kelasnya yang malah terlihat seperti tante-tante sekolahan, "Pantasan cowok nya lari ke gue semua, modelan nya kayak gini juga," ia lalu  maju selangkah "Kakak cantik kekurangan uang yah? Makanya pake baju Adek nya yang kekecilan? Kalau iya nanti tifah beliin yang baru yah."

Wajah vio memerah emosi, ia hendak meraih tifah namun gadis itu sigap menghindar.

"Eits! tangan kakak nya kotor jangan nyentuh!" Ledek tifah lagi tidak merasa takut, gadis itu berjalan maju menerobos ketiga Kakak kelas nya "Makanya kalau punya cowok itu di jaga biar ga kelayapan nyari cewek lain." ucap nya hendak melangkah namun sebuah tarikan kencang dari belakang membuat nya tertarik dan terhempas ke dinding toilet.

Plak!!!!
Tifah memegang pipinya yang memanas.

"Lain kali habis Lo di tangan gue bitch!!" Teriak via menatap tifah mengancam, wajah nya benar benar sudah memerah marah.

"Cabut!"

Begitu kepergian tiga Kakak kelas gila itu tifah mendongak sambil masih memegangi pipi nya yang masih terasa sangat panas, ia yakin bekas memerah pasti akan tercetak jelas di sana.

Tifah terkekeh pelan,"Tamparan pertama di hidup gue." kekeh nya lalu berjalan pergi meninggalkan toilet.

_

Sepasang mata hitam legam menatap satu objek di depan nya dengan tajam, seorang gadis yang tengah terduduk bersandar di sebuah pohon besar di taman belakang sekolah sambil menekuk lututnya menenggelamkan kepalanya di sana.

Pria itu berjalan pelan ke arah gadis itu dan bersandar di pohon sambil bersedekap dada dan memejamkan matanya. Niatnya hanya ingin berdiam diri di sana namun suara isakan gadis itu benar benar membuatnya terganggu hingga ia merasa kesal.

Pria berwajah tampan itu memasang wajah yang datar lalu berdecih pelan, "Dasar manusia cengeng." gumam nya lalu kembali menutup mata.

"Lo, lo siapa?"

Tubuh pria itu menegang, ia membuka matanya dan menoleh menatap gadis itu yang juga menatap nya dengan mata sembab dan hidung memerah.

Pria itu menoleh ke samping, belakang hingga depan berfikir kalau gadis itu berbicara dengan orang lain namun nihil hanya ada mereka berdua.

"Gue nanya, lo ngapain di sini? Ga lihat gue lagi mau sendiri?" Ucap gadis itu lagi yang sukses membuat pria itu kembali menegang.

"Lo bicara sama gue?" Gadis itu mengangguk.

"Emang di sini ada siapa lagi selain kita?"

"Lo bisa ngelihat gue?"

Satu alis gadis itu mengernyit bingung "Emang Lo hantu sampai gabisa gue lihat?"

Pria itu terdiam membuat gadis yang ternyata tifah itu langsung mendengus "Dasar cowok aneh," gumam nya lalu berdiri membersihkan rok nya hendak pergi.

"Kalau lo berfikiran buat ke kelas dalam keadaan kayak gitu mending gausah." Ucapan tiba-tiba pria itu membuat langkah tifah terhenti.

Gadis itu berbalik menatap pria yang masih berada di posisi yang sama "Tau dari mana lo kalau gue mau ke kelas?"

"Menurut lo?"

"Ha?" Tifah terdiam.

Pria itu menghela nafas pelan, ia membuka matanya dan berjalan sambil bersedekap dada dan berhenti tepat di depan gadis itu.

"Kenapa gak lo lawan?"

Lagi lagi tifah melongo bingung, "ha?"

Pria itu berdecak malas dan meraih pipi kanan tifah yang terlihat memerah lalu mengusap-usap nya dengan lembuh. Hal yang mampu membuat tubuh tifah membeku.

"Vio, kenapa lo gak lawan?"

Tifah Langsung tersadar dan menghempaskan tangan pria itu yang tadinya masih menyapu lembut pipinya.

"Dasar cowok mesum!!!" Tifah berteriak lalu berlari pergi meninggalkan pria itu yang menatap nya datar tanpa ekspresi.

My hanshome ghost!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang