Letta partner

49 2 0
                                    

Alunan musik pelan memenuhi Indra pendengaran keempat remaja yang tengah sibuk dengan dunia mereka masing-masing, hingga sebuah suara lembut membuat mereka terfokus pada sang pemilik suara.

"Kak, kalau Tifah nanya-nanya tentang Gelard? Gapapa?" Gadis itu bertanya dengan nada yang terdengar ragu, ia cukup berperasaan ingin menanyakan hal sensitif bagi mereka.

Setelah diam sejenak, Daffa yang tadi nya tengah membaca sebuah buku mulai bersuara, "Tanya aja." Ujarnya membuat senyum Tifah mengembang sempurna.

"Aduh Tifah! Jangan suka senyum kayak gitu! Bukan cuma Abang yang mleyot, tapi tuh buaya-buaya jalanan udah ikutan mleyot." Tegur Andre mengarahkan pandangan nya pada beberapa cowok yang juga berada pada caffe itu sedang menatap Tifah dengan binar yang jelas di mata mereka.

Mereka ikut mengalihkan tatapan nya tidak heran lagi, pesona Tifah memang tidak bisa di ragukan.

Gadis yang menjadi pusat perhatian itu hanya cengingisan manis, dan itu jelas membuat para buaya kembali menahan hasrat untuk tidak mengantongi gadis itu secepat mungkin.
"Yaudah nanti Tifah pake masker aja kemana-mana." Kekeh nya.

"Kalau perlu pakai cadar, Fah. Biar Masyaallah gitu." Goda Leon.

"Kalau tifah pakai cadar, Emang kak Leon mau jadi Abi nya tifah?" Godaan iseng gadis itu sukses membuat Leon memegang dadanya yang berdegup kencang.

"Cukup dek! Abang ga kuat di giniin." Ucap nya dengan senyuman yang tidak lepas dari wajah nya.

"Dih di godain gitu aja udah meleleh." Ejek Andre membuat Leon menoleh pada sahabat nya itu.

"Emang lo tahan kalau yang godain itu Tifah?"

Andre meringis lalu menggeleng pelan, "Enggak sih." Jawab nya pelan membuat ketiga nya tertawa sebagai tanggapan.

Dafa meletakkan buku nya di meja, "udah, bercanda nya," ucap nya membuat ketiga nya menghentikan tawa, ia beralih menatap Tifah yang tengah menyeruput americano coffie nya. "Tifah, kurangi kafein," Peringat nya di angguki oleh gadis itu, "Lo mau Nanya apa tadi?"

Tifah berdehem meletakkan cangkir kopi nya dan memulai dengan pertanyaan yang paling menganggu nya, "Kan kakak sahabat nya gelard, gak mungkin dong kalau kakak gak dekat sama keluarga nya?"

"Kami dekat, hanya saja setelah kejadian itu mereka gak pernah kelihatan lagi di Indonesia, gue dengar-dengar mereka milih buat menetap di Rusia dan ngurus perusahaan mereka yang ada di sana." Jelas Andre.

Tifah tampak berfikir keras, "Emang nomor keluarganya udah gada lagi yah?" Kini Leon yang menggeleng.

"Kami udah nyoba buat hubungin nomor keluarga gelard, hanya saja semuanya sudah di ganti. Gue sampai curiga kalau mereka sengaja nge hilangin diri dari indonesia, entah itu karna apa."

"Lo benar," Andre kembali menyahut, "kalau seandainya gelard emang kehilangan nyawa, apa salahnya ngabarin kami di indo? Kenapa harus mutusin kontak tanpa kejelasan gini?" Raut wajah pria itu mendadak berubah, kebingungan tampak jelas di wajah nya.

"Mungkin aja mereka belum mau nerima kejadian itu ndre." Dafa mulai angkat bicara.

Rahang Andre mulai mengeras, "Gue tau mereka pasti sakit hati karena kejadian itu, tapi apa mereka Gak mikir kalau kita jauh lebih sakit hati karena gabisa jagain gelard? Dengan mereka mutusin kontak dengan kita itu sama aja ngebuat kita larut dalam rasa bersalah yang nyiksa!"

Tifah terdiam, ia jadi merasa bersalah karena mengungkit masalah seperti ini. Kening nya mengkerut menandakan ia telah berfikir keras, semenit setelah itu tatapan nya terangkat dengan binar di matanya.

My hanshome ghost!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang