Start

58 4 0
                                    

"Gelard"

"Hmm?"

"Kalau misalnya Lo itu bukan hantu gimana?"

Gelard menoleh, kini mereka sedang berada di rooftop sekolah, berselonjoran di lantai dan bersandar pada tembok pembatas.

"Terus Lo fikir gue apa?" Tifah tampak berfikir, ia mengusap usap dagunya lalu kembali menoleh.

"Gimana kalau semisal nya lo roh yang kehilangan badan? Oh atau lo roh yang ga sengaja keluar dari badan Lo?" Ucap nya menyuarakan isi Fikiran Rendom ya, ia hanya merasa gelard bukan hantu yang sembarangan mungkin saja tebakan nya benar.

Sejenak gelard terdiam, ia sendiri tidak tau apa dirinya yang ia ingat hanya kilasan kecil saat pisau tajam itu menembus tubuhnya, "Lo ngaco." gumam gelard tidak ingin berekspektasi terlalu tinggi.

Tifah cemberut, "Ya kali aja kan Emang bener gitu,kayak semacam lo lagi Koma gitu terus roh lo ninggalin raga lo gitu."

"Ga ada, itu mitos fah."

Terdengar suara helaan nafas pelan dari tifah "Salah ga sih kalau gue berharap Lo itu nyata?" Ekspresi tifah terlihat sendu, ia tidak kuat membayangkan bagaimana menjadi gelard, kesepian dan tidak punya arah. Ia bahkan tidak bisa mengelak bahwa ia merasa nyaman berada di dekat hantu tampan itu.

sudah sebulan lebih gelard terus ada di sekitaran nya hal itu membuat tifah takut jika nanti hantu tampan itu Tiba2 meninggalkan nya bagaimana pun dia tidak nyata.

"Emang nya kenapa kalau gue nyata?"

"Ya setidaknya guee bisa lihat Lo bercanda2 bareng layaknya siswa lain, gue pengen ngelihat lo ngelakuin aktifitas normal." tifah menoleh menatap gelard yang juga menatap nya.

"Gue pengen nyemangatin lo saat lo main futsal secara nyata bukan hanya diam di pinggir lapangan seakan gue orang bodoh yang lagi ngehayal mandang lapangan kosong di mata orang orang."

"Tifah."

"Gue juga pengen kayak teman2 yang lain, gue pengen ngajak lo jalan, nge mall, nge bioskop, juga makan bareng." ada jeda, "Dan yang paling pasti gue pengen ngenalin lo ke keluarga dan teman2 gue gelard." gadis itu kembali menoleh menghadap ruang hampa di depan nya, "tapi sayangnya fakta kalau lo ga nyata benar-benar nampar gue dengan keras Lard." tifah terkekeh pelan begitu menyelesaikan ungkapan akan harapan nya yang selama ini ia pendam.

Gelard yang tadinya terdiam kini terbentuk lengkungan tipis bibir nya, tangan nya terangkat mengusap lembut surai gadis itu, "Tapi setidaknya dengan gue yang ga bisa di lihat siapa2 gue bisa terus ada di samping lo fah, gue tetap bisa ganggu Lo yang lagi belajar tanpa harus di usir sama guru mapel lo juga kan." pria itu tersenyum menatap gadis cantik di samping nya.

Tanpa mereka katakan pun, dalam waktu sebulan ini entah sejak kapan mereka merasa saling nyaman, sikap gelard yang awalnya dingin tak tersentuh kini melunak di depan tifah, begitupun sikap tifah yang galak dan barbar kini ikut melembut menghadapi gelard. Ia sudah terbiasa.

Tifah ikutan tersenyum, "Pada dasarnya Emang lo yang kelewatan jahil, gue sampai bosan dengar mereka Ngatain gue cantik tapi aneh karna keseringan kelihatan ngomong sendiri," kekeh nya mengingat moment konyol yang terjadi antara dirinya dan gelard.

Tawa tifah terhenti lalu kembali menatap gelard dengan tatapan yang serius "Gelard?"

"Kenapa hmm?"

"Gue bakalan mulai nyari tau tentang kehidupan lo, selama ini gue terlalu santai dan gak bergerak sama sekali padahal niat gue gabung sama kak Daffa, Andre dan Leon itu buat nyari tau tentang Lo tapi ternyata di luar rencana gue beneran nyaman ada di cirkle kalian dan Lupain rencana gue." keluh tifah merasa kesal terhadap dirinya sendiri. Gelard mengangguk.

My hanshome ghost!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang