BF_16

2.3K 206 0
                                    

Boun mengerjakan matanya dan melihat jam dinding yang menunjukkan sudah pukul tiga dini hari. Lehernya terasa sedikit sakit karena terlalu lama tertidur di paha Prem sehingga membuat dia duduk dan memegang lehernya.

Dia melihat ke arah Prem yang sedang tertidur kemudian mengangkatnya dan memindahkan Prem ke tempat tidurnya.

"Tidur yang nyenyak Prem" ujar Boun sedikit berbisik karena takut Prem akan terbangun karena suaranya.

Setelah memakaikan Prem selimut, Boun berbaring di samping Prem dan hendak memeluk Prem namun niatnya urung karena teringat bahwa Prem sudah menjadi milik Jane.

"Jangan pernah tinggalin gw" ujar Prem dengan mata tertutup sambil memegang tangan Boun yang hendak memeluknya sehingga membuat Boun kaget.

Prem menjadikan tangan Boun sebagai bantalnya kemudian meraih tangan Boun yang lain untuk membiarkan Boun memeluknya.

Boun tersenyum bahagia dan menatap wajah Prem yang sedang tertidur kemudian dia mengecup kening Prem cukup lama dan memejamkan matanya kembali.

Setelah cukup lama, Prem membuka matanya dan melihat wajah Boun yang sangat dekat dengan wajahnya sambil tersenyum. Rasanya nyaman ketika Boun memperlakukannya seperti ini namun dia berfikir tidak ada salahnya karena mereka hanya berteman dan tidak melibatkan perasaan terkecuali Boun yang sudah beberapa kali mengatakan padanya jika Boun menyukainya.

Prem mendekatkan tubuhnya ke pelukan Boun dan refleks karena pergerakan Prem membuat tangan Boun langsung mengelus lembut punggungnya untuk membuatnya tertidur. 

Sinar matahari pagi masuk ke sela-sela jendela kamar Boun yang membuat Prem terbangun dan mengerjapkan matanya dan melihat Boun tidak ada disebelahnya.

"Boun?" Panggil Prem dengan suara khas bangun tidur kemudian dia turun dari tempat tidur dan mencari keberadaan Boun.

"Boun" panggil Prem kembali dengan sedikit berteriak.

Boun yang mendengarnya dari dapurpun langsung menghampiri Prem yang berada di kamar karena takut terjadi apa-apa kepada Prem.

"Kenapa?" Tanya Boun sedikit panik dan terburu buru.

Prem yang masih di ambang pintu kamar pun melihat Boun menggunakan celemek dan mengernyitkan kening bingung.

"Gw didapur Prem" tambah Boun.

Prem yang masih mengumpulkan nyawanya kehilangan keseimbangan sehingga memeluk Boun dan membuat Boun langsung menangkapnya.

Dia mendudukkan Prem di sofa kemudian kembali lagi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Biar gw aja" ujar Prem yang menyusulnya ke dapur dengan berjalan sempoyongan karena masih mengantuk.

Boun yang sudah selesai menggoreng telur pun kemudian membuka celemeknya dan mengajak Boun ke meja makan untuk sarapan bersamanya.

"Buka mulutnya" titah Boun karena dia tau Prem masih terlihat sedikit mengantuk. Prem menurut kemudian Boun menyuapinya sampai telur yang ia buat tidak tersisa sedikitpun.

"Lo gak makan?" Tanya Prem setelah dia mengambil gelas yang berisi air putih dari tangan Boun.

"Gw nanti" jawab Boun kemudian Prem mengangguk setuju dan pergi ke kamar mandi karena dia ada kelas pagi ini.

Boun menggelengkan kepalanya kemudian membereskan meja makan dan tidak lupa mencuci kembali piring dan gelas yang tadi ia gunakan.

"Prem" panggil Boun ketika Prem keluar dari kamar dan terburu buru hendak pergi kuliah.

Boun menghampirinya dan membenarkan kerah serta dasi yang terlihat sedikit berantakan.

"Belajar yang bener" ucap Boun sambil menepuk lembut kepala Prem.

"Lo gak masuk kelas?" Tanya Prem sambil menggendong tasnya.

"Kelas gw siang" jawab Boun kemudian Prem mengangguk.

"Kalo gitu gw berangkat sekalian mau jemput Jane dulu" ucap Prem kemudian Boun mengangguk dan tersenyum namun tidak dengan hatinya.

Mengapa harus menyebutkan nama Jane ketika ia tidak ingin mendengarnya? Ia sudah sedikit lupa namun teringat kembali karena ucapan Prem dan membuat hatinya sakit lagi.

•••

Boyfriend | BounPrem [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang