Prem langsung menghapus air mata yang ada di pipi Boun. Dia tidak tau mengapa Boun menangis karena faktanya dia sedang tertidur.
Jane yang melihatnya pun heran mengapa Boun menangis sampai bantal pun basah karena air mata Boun. Dia berfikir bahwa Boun mungkin kesakitan sehingga dia menangis.
"Boun" panggil Jane membangunkan Boun namun dia tidak kunjung membuka mata membuat keduanya cemas.
"Dok, saya mohon jangan kasih tau kalo saya pura-pura tidur. Bilang kalo saya baik-baik aja dan saya gak mau diganggu sama siapapun" pesan Boun kepada dokter Raffi.
"Saya mengerti keadaan kamu, baiklah kalau begitu nanti saya beritahu ke temen-temennya" jawab dokter Raffi.
Setelah Prem dan Jane memanggil dokter, akhirnya dokter Raffi mengecek kondisi Boun dan meminta Jane dan Prem untuk keluar sebentar.
Dokter Raffi menghela nafas pelan sebelum dia memeriksa Boun yang bangun terlebih dahulu. Dia meminta kepada dokter Raffi dan disetujui olehnya, dia beruntuk bertemu dokter sebaik dokter Raffi.
"Kondisinya baik-baik saja, tapi lebih baik untuk sekarang biarkan dia sendiri dulu karena pasien membutuhkan istirahat yang cukup" jelas dokter Raffi memberitahu Prem dan Jane.
Boun yang mendengarkan dari dalam kembali meneteskan air matanya. Dia harus menenangkan dirinya sendiri dan berusaha menghilangkan perasaannya untuk Prem.
Boun mengambil handphone dan menyalakannya. Wallpaper yang digunakannya itu membuat dirinya menangis menjadi jadi sebab disana terdapat fotonya dan kedua orang tuanya.
Dia merindukan sosok ibu dan ayah ditambah lagi saat ini hatinya sedang hancur sehingga dia membutuhkan seseorang untuk menenangkannya.
"Ma, Pa, Boun mohon jemput Boun ya. Boun janji kalo udah ketemu sama mama sama papa, Boun ceritain hidup Boun selama gak ada kalian. Ma, pa, Boun butuh orang yang bisa nenangin Boun, yang bisa dengerin keluh kesah Boun, dan yang bisa cinta sama Boun" ujar Boun di sela Isak tangisnya.
Dokter Raffi yang tidak sengaja mendengarkannya pun merasa iba kepada Boun dan ingin sekali merangkulnya dan menenangkannya.
Namun sepertinya Boun ingin sendiri dan tidak mau diganggu oleh siapapun. Jadi Dokter Raffi memutuskan untuk kembali ke ruangannya saja.
"Prem, kamu bakalan kesini lagi?" Tanya Jane ketika mereka berjalan keluar dari rumah sakit.
"Iya Jane, gw gak mungkin juga ngebiarin Boun sendiri" jawab Prem kemudian Jane mengangguk setuju dan masuk kedalam mobil Prem.
Jane mengerti dan tau bahwa Prem dan Boun memang berteman dan Jane tidak keberatan jika Prem menjaga temannya sendiri terlebih lagi Boun memang tinggal sendiri.
Setelah Prem mengantar Jane pulang, dia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit saja. Dia takut Boun menginginkan sesuatu dan tidak ada yang menemaninya.
"Boun?" Panggil Prem setelah kembali ke ruangan tempat Boun dirawat.
Boun yang terlihat sedang berbaring dan menatap jendela pun menoleh ke arah Prem yang mendekat kearahnya.
"Lo pulang aja, ada suster yang rawat gw" ujar Boun kemudian memalingkan wajah ke arah jendela dan enggan melihat Prem.
"Gakpapa biar gw yang nemenin lo" ucap Prem bersikeras.
Boun tidak menjawab lagi dan membiarkan Prem duduk di sampingnya karena bagaimanapun juga Prem tidak akan pergi jika bukan kemauannya sendiri.
"Lo belum makan kan? Sini biar gw suapin" ujar Prem mengambil makanan yang berada diatas meja.
Boun menoleh kemudian mengambil makanan dan sendok yang berada di tangan Prem kemudian makan sendiri tanpa memperdulikan Prem.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend | BounPrem [✓]
Fiksi Penggemar"Gw janji bakal lakuin apapun demi lo supaya lo gak pergi ninggalin gw Prem!" - Boun Noppanut Guntachai bxb🌈