Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Jane memikirkan ucapan Prem tadi. Sebenarnya dia yakin jika Prem memang menyukai dirinya karena dia sudah merasakan sejak Prem selalu peduli terhadapnya.
Setibanya di ruangan yang ditempati Boun, mereka melihat bahwa Boun sedang tertidur pulas kemudian duduk di sofa yang tak jauh dari ranjang Boun.
"Emm, Prem" panggil Jane sedikit canggung dan Prem pun langsung menoleh kepada Jane yang berada di sisinya.
"Soal yang tadi boleh gw jawab sekarang aja?" Tanya Jane hati-hati.
Prem terlihat sangat antusias kemudian mengangguk setuju. Dia yakin Jane tidak mungkin menolak cintanya sebab dia juga tau Jane menyukai dirinya.
"Setelah dari tadi gw fikirin, gw percaya sama apa yang Lo rasain dan gw juga rasain itu. Mulai sekarang kita jalanin dulu ya Prem" jawab Jane membuat Prem tersenyum bahagia. Dia langsung memeluk Jane sebagai bukti bahwa dia berhasil membuat Jane menjadi miliknya.
Tetesan air mata dari mata Boun yang sengaja pura-pura tertidur itu mulai membasahi bantal yang dia pakai. Lebih baik jika itu tidak dibicarakan di depannya dan lebih baik jika ia tidak tau sama sekali dibanding harus mendengarnya langsung karena itu hanya membuat dia sakit hati.
Boun sadar bahwa kepedulian Prem adalah bukti bahwa Prem hanya menganggapnya sebagai teman dan kalimat yang ia lontarkan kepada Prem selama ini tidak berarti apa-apa bagi Prem karena hati Prem sudah jelas dia akan memilih Jane.
Dia berharap Tuhan mencabut nyawanya sekarang juga agar dia tidak merasakan hatinya sakit lagi. Boun tidak ingin membuka mata sampai Jane dan Prem meninggalkan ruangannya dan dia akan terus berpura pura tertidur saja.
Air matanya tak dapat ia hentikan sekarang, dia takut jika Prem mengetahui bahwa dia tidak benar-benar tertidur.
"Prem! Malu ntar Boun liat" ujar Jane sambil tertawa malu dan mendorong lembut tubuh Prem.
"Emang kenapa kalo dia liat? Orang kita pacaran juga" ucap Prem dan membuat Boun merasakan hatinya semakin sakit dan air matanya tak bisa ia kendalikan.
Jane dan Prem hanya bercanda tawa sambil menunggu Boun bangun dari tidurnya. Dia tetap saja menutup mata sambil mendengarkan pembicaraan Prem dan Jane.
Perjuangannya sia-sia demi mendapatkan Prem. Boun berteriak di dalam hatinya sambil menangis tanpa suara, hanya air matanya saja yang terus keluar.
"Tuhan, ambil gw sekarang juga. jika memang cinta gw sama Prem ini salah ambil nyawa gw sekarang! Ma, Pa, jemput Boun. Boun pengen ketemu sama mama sama papa. Boun gak bisa kalo harus hidup sendiri tanpa orang yang Boun cintai, dia udah jadi milik orang lain ma. Pa, bilang sama tuhan kalo Boun pengen pulang sekarang. Tolong ambil nyawa Boun sekarang" Teriaknya dalam hati.
Orang tua Boun meninggal 3 tahun yang lalu karena kecelakaan mobil yang dialaminya dan membuat Boun harus hidup sendiri. Orang tuanya tau bahwa Boun memang tidak menyukai Perempuan dan mereka menerimanya walaupun ada sedikit kesedihan namun semakin berjalannya waktu, orang tuanya mengerti.
"Boun bangun" ucap Prem lembut membangunkan Boun yang tertidur.
"Loh? Boun? Dia nangis?" Ucap Jane ketika sadar dan melihat bahwa pipi Boun basah.
Boun masih diam dengan mata tertutup. Dia tidak ingin melihat keduanya dan semoga saja orang tuanya dapat menjemputnya sekarang juga.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend | BounPrem [✓]
Fanfic"Gw janji bakal lakuin apapun demi lo supaya lo gak pergi ninggalin gw Prem!" - Boun Noppanut Guntachai bxb🌈