Sudah dua hari Prem berbaring di ranjang rumah sakit. Dia tidak tahan dan ingin segera bertemu dengan Boun.
"Jane, gw pengen ketemu Boun" ujar Prem kepada Jane yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Jane mendekati Boun dengan langkahnya yang berat kemudian menghela nafas pelan.
Jane mengambil sesuatu dari tasnya yang berupa kertas dan sebuah gelang kemudian menyodorkannya kepada Prem.
'Prem, sebelumnya gw minta maaf karena gak bisa bilang secara langsung sama lo.
Terimakasih buat satu harinya yang buat gw bahagia.
Terimakasih udah ngebiarin gw jatuh cinta sama lo walaupun lo masih gak yakin sama isi hati lo.Gw udah ngerelain lo sama Jane dan berusaha buat kubur dalam-dalam perasaan gw sama lo. Jangan pernah sakiti dia Prem inget kata-kata gw waktu itu.
Sebenernya berat buat gw ninggalin lo kayak gini, tapi demi kebahagiaan lo gw yakin kepergian gw akan jauh lebih buat lo bahagia sama Jane.
Prem,
Dulu gw selalu berharap nyusul orang tua gw di surga, tapi setelah gw liat lo dan setelah Lo buat gw jatuh cinta, harapan itu hilang sementara.Hal yang buat gw sakit hati ketika lo milih Jane buat jadi pasangan lo dan itu ngebuat harapan gw kembali lagi. Setiap malam gw udah gak tahan sama penyakit gw, gw berdoa semoga orang tua gw jemput gw sekarang juga tapi hal itu gak pernah terjadi.
Gw yang selalu bahagia di depan lo sebenernya gw rapuh di belakang lo. Gw yang selalu ketawa saat bareng lo sebenernya di belakang lo, gw nahan sakit.
Gak ada kata-kata lagi yang harus gw bilang sama lo, gw harus pergi dan ninggalin semuanya.
Semoga bahagia Prem'
Prem menangis membaca surat terakhir dari Boun. Kemudian Jane memeluknya dan mengelus punggungnya.
"Kenapa lo gak bilang Jane?" Tanya Prem di sela tangisnya.
"Maaf Prem, gw terlalu khawatir sama kondisi lo. Dave nyuruh gw ke ruangan Boun dan dia kasih surat sama gelang ini buat gw kasih sama lo" jelas Jane setelah melepaskan pelukannya.
"Dia pergi kemana?" Tanya Prem panik. Air matanya terus bercucuran tak bisa ia bendung.
"Gw gaktau Prem, kondisi dia saat gw ke ruangannya itu keliatan gak baik-baik aja tapi dia berusaha nulis surat buat lo" ucap Jane membuat Prem semakin terisak.
Prem menundukkan kepalanya dan merasa bersalah atas kepergian Boun yang entah kemana. Rasanya ingin sekali dia mengejar Boun dan hidup bersama selamanya, dia benar-benar tidak ingin kehilangan Boun.
Jane menangis melihat Boun terisak seperti itu. Dia takut itu akan membuat kondisinya melemah lagi.
Prem kembali melipat surat tersebut dan memakai gelang pemberian Boun. Dia berbaring dan memegang surat di dadanya.
"Makan dulu Prem" ujar Jane namun Prem memalingkan wajahnya ke arah jendela dan melamun sambil meneteskan air matanya.
"Lo harus makan Prem biar Lo cepet sembuh" tambah Jane membujuk Prem namun usahanya gagal karena yang Prem butuhkan bukanlah makanan namun Boun. Dia menginginkan Boun disini menjaganya.
"Gw pengen sendiri Jane" ujar Prem tanpa melihat ke arah Jane kemudian Jane mengerti dan keluar ruangan.
Prem menangis sekeras kerasnya sambil menyebut nama Boun berkali kali. Dia menatap gelangnya sambil menangis membayangkan Boun yang sekarang entah dimana dan bersama siapa.
"Boun kenapa lo ninggalin gw?" Tanya Prem pada dirinya sendiri. Dia menangisi Boun tanpa henti sampai dia tertidur pulas karena lelah.
Dave memeluk Boun yang duduk di kursi roda sambil menangis mendengar teriakan Prem dari luar ruangan.
"Makasih Jane, lo udah bantuin gw" ujar Boun kepada Jane.
Sebenarnya Jane tau bahwa Boun akan pergi meninggalkan Prem namun dia menghargai keputusan Boun untuk tidak memberitahu Prem mengenai hal itu.
Setelah tenang, Dave mendorong kursi rodanya untuk meninggalkan rumah sakit dan bergegas pergi dengan hati yang harus menahan sakit.
•END•
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend | BounPrem [✓]
Fanfiction"Gw janji bakal lakuin apapun demi lo supaya lo gak pergi ninggalin gw Prem!" - Boun Noppanut Guntachai bxb🌈