..
"Nyonya Choi Yoona, silahkan tanda tangan surat kepemilikan tanah dan rumah disini."
Yoona tak menjawab, ia terus terang menandatangani beberapa lembar kertas dihadapannya. Jujur, dari lubuk hatinya yang paling dalam, ia merasa lega dan juga tak enak hati pada Eunji.
Setelah pertemuannya beberapa hari lalu dengan Eunji, teman lamanya itu dengan tanpa berat hati meminjami beberapa juta won pada Yoona untuk memperjelas masalah kepemilikan tanah ini. Dan pula, sungguh, pada titik ini Yoona sendiri menjadi bimbang atas apa yang sudah ia lakukan. Tapi apa boleh buat, sudah terjadi.
"Dengan ini, jelas, Tuan Jackson lepas atas pengakuannya untuk tanah ini. Sepenuhnya sudah menjadi milikmu dan putramu."
"Terimakasih, Jinyoung. Diantara pesuruh Kim Jackson, kaulah yang paling sopan. Aku sangat terbantu," tutur Yoona dengan senyum tipisnya.
Lelaki itu juga membalas dengan senyum kecilnya selagi membereskan berkas yang ada di meja itu. "Beginilah bekerja pada Tuan Jackson, tapi aku tidak menyesal untuk menjalaninya."
"Emm, sejujurnya aku ingin tanya," pinta Yoona.
"Silahkan."
"Kenapa lahan ini bisa masuk dalam list wilayah perusahan Kim Jackson?"
Jinyoung menghela napas mendengarnya. Tidak heran, ini pertanyaan yang paling sering ia temui dan ia dengar dari orang yang ia datangi. Seperti Yoona contohnya.
"Kemungkinan besar suamimu pernah menanam saham dengan perusahaan Tuan Jackson, maka dari itu lahan ini bisa saja Tuan klaim sebagai miliknya. Yah, kurang lebih seperti itu mekanisme yang Tuan pakai," jelas Jinyoung. Ia sendiri tak banyak protes, apalagi ia tak punya cadangan pekerjaan jika sampai Jackson tahu jika apa yang ia kerjakan tidak becus.
Yoona mengangguk paham. "Huh... aku lega sekarang."
Jinyoung juga hanya membalas dengan anggukan kecil. Pun saat ia melirik sekilas ke arah jam yang melingkar di tangan kirinya itu, ia segera bangkit dari sofa. "Maaf Nyonya, aku harus pergi. Masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan."
"Ah begitu, tidak apa. Terimakasih sudah membantuku."
Jinyoung tersenyum di ambang pintu. "Sama-sama. Aku pergi dulu," ucapnya selagi melangkahkan kaki menjauhi pekarangan rumah Yoona dan berakhir dengan masuk mobil yang sudah ia parkirkan di dekat pohon.
"Eunji, aku harus membalas kebaikanmu."
..
Termenung.
Mungkin itu adalah kata yang cocok menggambarkan Yeonjun saat ini. Sedari tadi ia hanya diam di balkon rooftop, tentu saja tidak sendirian. Jungwon dan Beomgyu menemaninya. Hanya saja mereka berdua sedang asyik bermain jenga di sisi rooftop.
Hingga saat dimana suara jenga yang runtuh itu membuat Yeonjun tersadar dari lamunannya. Ia seketika menoleh ke arah Beomgyu yang mengusap rambut setengah frustasi dan Jungwon dengan raut kemenangannya. Yeonjun menggelengkan kepalanya kemudian.
Ia lagi-lagi mengalihkan pandangannya lurus ke depan.
"Yeon, kau sungguh tak peduli jika aku kalah?"
Yeonjun menoleh sekilas. "Untuk apa?"
Beomgyu membeo, "astaga. Kenapa hidupmu sangat datar, aku heran kenapa Yeji bisa dekat denganmu yang kelewat datar ini. Ish…"
Jangan tanya dengan respon kedua lelaki disana. Mereka menoleh secara bersamaan dengan jawaban yang bertolak belakang.
"Kenapa jadi Yeji?"
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUPHORIA [✔]
Fanfiction"Aku yakin kita pasti akan bertemu di lain waktu." -dariku untukmu, Si penyuka buku dan penikmat kesendirian. Semoga Tuhan mengizinkan kita untuk menatap satu sama lain, lagi. P.s. 143-637 . . . . . in TXTZY line Written by @Imchole ----- read first...