.."Yap yap! Aaaaaa– jangan kalah lagi… aish!"
"Sedikit lagi!"
"Aaaah, payah. Aku akan ganti pemain saja, Yeon, aku pakai pemainmu."
Tak ada sahutan dari Sang lawan bicara. Beomgyu yang merasa aneh, akhirnya menoleh ke belakang, dimana Yeonjun sedang berdiam diri sembari memandangi jendela yang terbuka separuh itu. Mengabaikan buku yang ada dalam genggamannya.
Beomgyu menghela napas lagi-lagi. "Yeon!"
"Yeonjun."
"Choi Yeonjun! Pabo!" Dan tepat saat bolpoin yang ada di sebelah Beomgyu terlempar ke arah dada Yeonjun, lelaki itu menoleh tiba-tiba dan setengah terkejut.
"Ck. Apa?" Jawabnya sedikit malas.
"Kau itu kenapa, ha? Suram sekali auramu, seperti ditinggalkan seseorang saja."
"Bukan," bukan aku yang ditinggalkan, tapi aku yang sengaja meninggalkan, Beom.
Beomgyu mengerutkan alisnya tanda bertanya, "lalu apa? Kau sungguh menjengkelkan dengan wajah redup seperti itu. Bukan Yeonjun sekali," tukasnya.
Yeonjun juga menghela napas jengahnya. Ia menutup buku yang baru ia baca sedikit itu kemudian, meletakkannya pada nakas dan mulai berbaring dengan asal di atas benda empuk itu. Juga menatap langit-langit tanpa arti. Bahkan Beomgyu sampai membatin, dasar aneh.
"Aku tidak tahu harus memulainya dari mana, tapi sepertinya bagian ini akan membuatmu terkejut?"
"Apa itu?"
"Aku tidak bisa dekat dengan Yeji." Kini Yeonjun hanya ada rasa pasrah saja dalam dirinya. Tak tahu ingin melakukan apalagi setelah ini.
Tentu saja Beomgyu yang mendengar itu jadi terheran-heran sendiri. "Kenapa? Tidak ada yang melarang kalian, kan? Kau bisa dekat dengannya kapan saja dan dimana saja."
Tapi lagi-lagi Yeonjun menghela napasnya. "Ini bukan pasal larangan dan juga waktu, tapi Yeji sedang sakit. Dia sakit karena aku, aku yang membuatnya menderita. Ibunya benar, mungkin jika aku tidak ada di samping Yeji, dia akan baik-baik saja seperti sebelumnya."
"Aku tidak tahu apakah itu benar-benar tepat atau tidak, tapi aku yakin jika Yeji juga akan sembuh jika dia tidak dekat denganku."
"Haha, aku ini konyol sekali, ya? Bercerita hal seperti ini."
Beomgyu yang mendengarnya hanya menggeleng. Bukan, menurutnya, Yeonjun bukanlah orang yang konyol akan hal-hal seperti ini. Yeonjun berani mengungkapkan gelisahnya pada Beomgyu untuk pertama kalinya. Tentang gadis dan juga apa yang membuat mereka tidak bisa seperti waktu lalu. Dan Beomgyu sedikit tahu tentang ini.
Apakah ia harus bercerita kepada Yeonjun sekarang juga? "Itu hal normal. Perasaanmu menunjukkan bahwa kau peduli dengan Yeji dan apa yang ada pada Yeji. Tapi caramu menjauhinya seperti ini, apa tidak membuat Yeji sedih dan semakin kesepian?"
"Kau ingat, kan? Kak Hyunjin sudah berangkat ke luar negeri, dan ini sudah memasuki semester awal kelas. Ku rasa Yeji terlalu lama untuk menahannya sendirian."
Beomgyu juga tak habis pikir dengan Yeonjun. Bisa-bisanya sahabatnya itu menyembunyikan ini darinya, dan mungkin juga Ryujin. Ini juga alasan kenapa Yeji lebih banyak diam saat mereka pergi bersama atau bertemu. Karena Yeonjun menghindari gadis itu.
Beomgyu menepuk jidatnya pelan, "kau tahu, Yeon, kau sedikit keterlaluan. Kau–"
Tapi Yeonjun memotong ucapan Beomgyu dengan cepat, "aku harus melawan Ibuku dan Ibunya Yeji, begitu? Dulu Ibuku sudah menerima Yeji, dia mengkhawatirkannya, tapi sekarang dia juga membatasiku untuk bersama dengan Yeji."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUPHORIA [✔]
Fanfiction"Aku yakin kita pasti akan bertemu di lain waktu." -dariku untukmu, Si penyuka buku dan penikmat kesendirian. Semoga Tuhan mengizinkan kita untuk menatap satu sama lain, lagi. P.s. 143-637 . . . . . in TXTZY line Written by @Imchole ----- read first...